Arti Kita Sahabat Sejati - Novel Ku



Aku Kamu Dia adalah Kita

By: W.H.C.S.A


Arti Sahabat Sejati

Hay guys! kalian tau nggak arti sahabat yang sebenarnya, sebenarnya sih aku juga nggak tahu, tapi ini tentang kisahku bersama sahabat-sahabatku.
Hari berganti hari, dimana hari yang tak pernah kunantikan itu tiba begitu cepat. Seakan hari tak pernah berganti, ketika sang surya mulai menampakkan cahayanya. Aku harus pergi kerumah keduaku, yaitu ke gakko. Saat ini aku masih duduk dibangku shi-to, disitu aku mulai mengerti arti teman sejati. Teng… teng… teng… kurasa bel sudah berbunyi, dan aku harus masuk kelas untuk mengikuti pelajaran, dan mata pelajaran pertama sudah bikin aku akiru. Sampai akhirnya aku putuskan untuk pergi ke kelas yang sepertinya itu adalah kelas surga bagi murid, yaitu kantin..
Saat tiba di kantin aku menemui sekelompok josei yang ternyata mereka satu kelas denganku.
“Yeach… sepertinya kita dapat atu teman lagi untuk bolos pelajaran”.
“Yaech… sepertinya tidak…” ucapku sambil memesan menu makanan yang ada dikantin.
“Lantas mengapa kau ada disini?”
“Sepertinya kau udah tau aku kesini untuk apa!”
“Yeach… kami tau kau sedang pesan makanan, lantas kenapa diwaktu jam pelajaran berlangsung?”
“Karena aku lapar, dan aku kurang minat dengan mata pelajaran Bahasa Inggris!”
“Kenapa??, Toh bahasa itu juga bahasa internasional!”
Kenapa harus belajar bahasa dari Negara lain, kalau kita ndak bisa mempelajari Bahasa Negara kita dengan baik, durhaka dong kita sama Negara sendiri!”
“Iya juga sih.. “
Seketika itu ada salah seorang guru lagi menuju ke musholah sekolah, yang dekat sama kantin.
“Sembunyi… “ pinta salah sekelompok josei tadi.
“Ada apa, memang kita lagi main petak umpet hingga harus bersembunyi, biar nggak ketahuan kita disini?”
“Tadi aku lihat ada salah seorang guru menuju mushollah!”
“Lantas kenapa kita harus sembunyi, toh beliau tau kantin itu tempat makan!”

“Tapi kita makan dijam pelajaran berlangsung!”
Selepas bel berbunyi untuk yang kedua kalinya, dan menandakan jam pertama sudah berlalu, aku pun kembali ke kelas.
Sesampai di kelas, ternyata gurunya masih berada dalam kelas, seketika aku masuk, beliau memanggilku.
“Ata!!”
“Iya Mr Alex”
“Kamu dari mana, sejak pelajaran berlangsung kamu tidak berada dalam kelas untuk mengikuti mata pelajaran saya?”
Tapi beliau bertanya menggunakan Bahasa Inggris yang sebenarnya aku tak mengerti akan terjemahnya.
“Saya habis dari UKS Mr, perut saya sakit”
Hahaha… UKS (Untuk makan diKanti Sekolah) ucapku dalam hati.
“Ya… udah kalau begitu kamu istirahat di UKS saja!”
“Tapi ini waktunya mata pelajaran Matematika Mr”
“Lantas??”
“Saya mau mengikutinya!”
“Dengan keadaan perutmu yang sakit, apa bisa kamu mengikutinya??”
“Bisa!” uacapku dengan lantang.
“Lantas kenapa yang pelajaran Matematika menghitung kamu bisa mengikutinya, dari pada mata pelajaran saya??”
“Habis pelajaran Mr susah sih!!” ucap ku dalam hati.
Sepulang sekolah, aku diajak Dina untuk pulang, akan tetapi aku masih ingin berada di sekolah untuk maen sakka, selagi sekolah udah sepi. Oh ya sampai lupa, Dina tuh teman deketku sejak kecil. Dia pintar, rajin, pendiam, tapi juga humoris.
Karena kami berangkat sekolah bersama, Dina memutuskan untuk pulang bersama, dia menunggu sampai aku selesai maen sakka. Dia begitu setia dan tak pernah membocorkan semua rahasiaku, meskipun aku berkali- kali mengecewakannya.
Karna melihat Dina menunggu begitu lama, aku tak tega membiarkan dia sendiri di tepi lapangan, akhirnya aku memutuskan untuk menghentikan permainan.
“Napa kau tak pulang dulu??”
“Tapi tadi kita berangkat bersama, bukankah pulangnya harus sama juga ya?”
“Yeach… thank’s kalau gitu, sudah menunggu!”
“Ngomong- ngomong kenapa kau suka bola??”
“Bukankah kita udah berteman sejak kecil ya, kenapa kau masih tanya??”
“Aku nggak tahu kalau kau suka maen sakka, dan kau pun jago juga dalam bermain tadi, Ayahku juga suka maen bola, tapi bola voly!”
“Kalau kau suka olaraga apa??”
“Aku suka maen Bulutangkis, apa kau bisa memainkannya??”
“Hmm. Nggak tau ya, sepertinya aku nggak bisa!”
“Tak apa nanti aku ajari!”
“Apa kau mau juga ku ajari maen sakka??”
Oh.. kalau itu nggak usah deh, aku kurang minat akan permainan  cowok! Dan kenapa kau suka maen sakka?”
“Aku suka maen sakka, karena cowok udah memandang cewek akan kelemahannya, dan aku mau membuktikan kalau tak semua cewek itu lemah!”
“Oh… bukankah kau lagi sakit??”
“Lantas kalau aku sakit, aku tak boleh maen sakka??”
“Bukan gitu, nggak baik buat kesehatan kau!’’
“Lama- lama kau crewet juga seperti bunda ku!”
“Udah ah pulang yuk sudah siang!!”
Sesampainya dirumah aku mulai mengerjakan tugas, lalu tidur.
Akan tetapi aku tak bisa tidur karna teringat perkataan  Dina tadi.
“Ah buat apa aku pikirkan, toh sekarang aku juga tak apa-apa!” ucap ku dalam hati.
Beberapa bulan kemudian kami naik ke go-to aku diajak ortu untuk menempati rumah baru kami, yang artinya aku harus pergi meninggalkan Dina, tetapi tidak untuk sekolah, aku tidak mau pindah sekolah juga. Karna hanya rumah kedua itu yang bisa mempertemukan aku dengan Dina.
Setelah beberapa Minggu aku diantar Ayah, hari ini aku putuskan untuk berangkat sekolah sendiri, karena aku merasa sudah besar.
Aku sengaja hari ini berangkat pagi, karena aku mau berangkat bersama Dina.
Sesampai dirumah Dina, dia terkejut melihat aku sudah nongol didepan pintu.
“Kau seperti penjaga pintu aja!, napa kau tak masuk?”
“Tak apa aku seperti penjaga pintu, kalau pintunya surga, akan ku masukkan kau ke surga, hehehe”
“Kau bercanda aja!”
Selepas itu bunda Dina keluar, “Eh.. Ata, kenapa diam disini, nggak langsung masuk aja!”
“Ya.. Bun nanti!”
Oh ya aku juga memanggil Bunda Dina dengan sebutan Bunda.
Jangan kira aku punya bunda 2 ya!
Aku pun masuk, dan makan bersama Dina, tak tau ya aku sama Dina tuh teman tapi udah kayak saudara sendiri.
“Eh tumben kau bawa bicycle sendiri, apa kau tak takut?”
Kenapa harus takut, aku kan sudah besar!”
“Berangkat yuk dah kesiangan ntar dihukum, lagi!”
Kemudian kami berangkat, sesampainya disekolah, gerbang sudah mau ditutup tapi Dina pandai dalam menyelanya.
“Eh..eh.. Pak tunggu..!!!”
“Kalian ini, udah cepat masuk”
Karena sudah telat beberapa menit, kami pun disuruh berdoa sendiri. Masih untung tak disuruh bersihin kamar mandi sekolah..
Hari ini kami sudah telat, berarti besok aku harus berangkat lebih pagi lagi.
Sepulang sekolah seperti biasa Dina udah nangkring di tepi lapangan.
Kenapa kau nangkring disini?”
“Ya mau lihat kau maen sakka lah, apa lagi!”
“Eh neng, kau tak lihat aku tadi berangkat naik apa?”
“Naik bicycle bukan?”
“Iya”
“Lantas?”
“Lantas, kalau aku maen sakka, ntar yang ada aku pulang udah sore”
“oh iya ya! Ya sudah pulang yuk!”
Eh katanya kau mau ngajari aku maen bulkis!”
“Bulkis???” tanya Dina kebingungan.
“Bulutangkis neng!”
“Gitu aja pakek kau singkat”
“Aku kan suka yang singkat-singkat”
“Apa kau mau nama kau aku singkat?”
“Yeach.. namaku meski disingkat tetep Ata!”
“Ihh, bukan Ata lagi, melainkan At!”
“Ta, lebih baik!”
Sesampai dirumah, aku sudah disambut sama bunda.
“Kak kamu sudah bunda daftarkan bimbingan belajar dideket rumah!”
Kenapa, ndak bilang dulu sih?” ucap ku sambil melepas sepatu. “Kalau bilang dulu sama kamu, nanti kamu tak mau ikut bimbingan itu!”
“Yalah, nanti pukul berapa aku harus bangun?”
“pukul 15.00
Ntar bangunkan aku ya Bun!”
Setelah bangun tidur aku bersiap- siap untuk mengikuti bimbingan belajar, disitu hanya ada aku, adikku, temannya bersama kakaknya.
Guru pembingnya pun mulai memperkenalkan aku.
Ini Ata, teman baru kalian! Dia atu kelas ama kamu Nanda”
Lama aku kenal Nanda, sepertinya dia anak yang baik.
Tapi kita berlawanan, yaitu aku suka Matematika dan tidak suka Bahasa Inggris, tapi Nanda kebalikanku.
Tak lama aku mengikuti bimbingan, sudah ada 2  anak baru sepertinya mereka tampak serupa yaitu kembar.
Namanya Risky dan Rezky, ya namanya hampir mirip.
Disitu aku mulai menyadari kalau aku suka ama Rezky, habis dia lucu, seperti Mochi (hamster peliharaanku).
Tapi kelihatannya dia suka sama Nanda.
“Nda, apa kau kenal sama mereka?”
Ya kenal lah, mereka tuh teman sekolahku!” jawab Nanda. Yang semakin membuatku jadi gimana gitu??
Oh.. Apa kau suka sama Rezky?”
“Hahahaa….pertanyaan kau ngaco, dia tuh sudah seperti saudaraku!” jelas Nanda.
Huuuffftt, syukurlah” ucap ku dalamm hati.


Hari Menyakitkan

Hari berganti hari, sudah beberapa minggu berangkat sekolah naik bicycle.
Begitu juga hari ini, tapi aku tidak berangkat bersama Dina, sepertinya aku sudah kesiangan, Dinapun pasti sudah berangkat.
Sesampai di sekolah Dina bertanya, “Kenapa tadi kau tak kerumah ku?”
“Hari ini aku kesiangan!”
“Besok berangkat bersama ya, aku kesepian tak ada kau!”
Ok!” jawabku singkat, tapi tak tau kenapa hari ini aku merasa gelisah, sepertinya akan terjadi sesuatu padaku.
Sepulang sekolah aku diajak anak-anak maen sakka, tapi aku mau cepat-cepat pulang.
Ditengah perjalanan, ketika aku mau menyebrang jalan, aku rasa jalan sudah sepi, dan aku putuskan untuk menyeberang.
Seketika aku menyeberang, tiba-tiba… “Brak..” aku tertabrak sepeda motor yang dikendarai dengan kecepatan tinggi.
Ditengah jalan aku terjatuh, dan sepertinya orang yang menabrakkupun juga, tapi jaraknya agak jauh denganku.
Disitu aku hanya menangis, dan menyebut nama bunda…bunda karena, mau ketepi jalan akupun tak sanggup untuk berdiri, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang menggendongku ketepi jalan, dan memberi aku minum, tapi aku masih menyebut nama bunda… bunda…
Bapak itupun meminta nomer handphone bunda. Aku memberinya, dengan suara pelan. Karna kesakitan.
Ketika itu keadaanku tak begitu parah, sampai akhirnya aku dibawa kerumah sakit, yang sepertinya tak jauh dari rumahku.
Sesampainya di rumah sakit, bapak itu menghubungi bunda. Tetapi bunda harus mengambil bicycleku dulu yang dititipkan di rumah orang yang dekat dengan aku terjatuh tadi.
Selepas itu bunda mulai menjengukku dirumah sakit, ketika mau menebus obat, tiba-tiba aku menjerit kesakitan didaerah tulang belakang. Yang sampai akhirnya aku diperiksa ditempat yang sepertinya aku tak tau itu tempat apa.
Tapi tau-tau aku di suruh menginap dirumah sakit. Aku pun bertanya-tanya kenapa aku masih disini.
Ketika salah seorang dokter memasukkan jarum ke tanganku, aku hanya menangis kesakitan. Dan bunda hanya menunggu diluar karena sebenarnya beliau tak tega.
Setelah itu aku dipindah ke ruang inap. Disitu hanya ada bunda, nenek, dan bibi yang dalam keadaan mengandung. Saat itu ayah belum tau kalau aku masuk ke rumah sakit, bunda takut mau memberi taunya. Takutnya ayah tidak konsen dengan pekerjaannya.
Ketika ayah pulang kerja bundapun pulang, dan memberi tau ke ayah, kalu aku ada di rumah sakit. Mereka pun bergegas menuju ke rumah sakit, dan ayah masih berfikir mau bayar rumah sakit dengan apa??
Dan akhirnya beliau meminjam pada koperasi beliau bekerja, semenjak itu rekan-rekan ayah berdatangan. Dan posisi bajuku yang masih mengenakan baju seragam Merah Putih. Ternyata semua biaya sudah dibayar sama orang yang menabrakku tadi.. Hmm aku sih senang karena tak usah mengeluarkan uang. Tapi ayah malah mau membayar, sudah tau tidak punya uang.. tapi ya sudahlah..
Ketika aku mengganti pakaian, aku menjerit kesakitan sepertinya jarum yang dimasukkan ke tanganku seakan-akan mau lepas.
Akhirnya aku tak jadi mengganti pakaian.
Malam harinya aku tidak boleh dokter untuk bergerak, aku sangat capek kalau tidur terus, sampai akhirnya aku diberi obat bius.
Bangun dari tidur, aku melihat tv dan salah seorang suster mengganti cairan yang akan dimasukkan dalam tubuhku. Dan aku tertawa, karena aku berfikir tadi cairannya berwarna putih yang aku kira itu air, dan sekarang merah, apakah itu sirup…
Aku tidak tau Dina dan guru pembimbingku juga datang menjengukku.
“Ata, kenapa kau belum sembuh, disekolah aku tak ada temannya”
Dan guru pembimbingkupun bilang, “ Ya Ata sepi tak ada kamu!”
“Kalian kok bisa tau aku disini?”
“Aku tau, karena kau tak masuk sekolah dan bunda yang memberi tauku”.
“Kalau ibu dikasih tau Risky dan Rezky!”
Kenapa mereka tak ikut ibu?”
“Ata, merekakan harus belajar bersama Pak Wahyu”
Malam harinya aku masih merasa kesakitan, dan nenek memanggil suster.
“Suster!!!!!”
“Iya nek ada apa??”
Ini, kenapa Ata masih kesakitan, bukankah kalau udah dibius tidak sakit!!”
Kemudian, suster memanggil dokter, dan membawa hasil periksa Ata.
“Mungkin karena ada tulang Ata yang patah atau bergeser dan belum kembali seperti semula!!”
“Oh, itu sebabnya Ata nggak boleh bergerak ya dok??”
“Iya nek, dan besok akan datang Dokter bedah!! Apa Ata sudah siap??”
“Siap apa dok??” tanya ku kebingungan.
“Ya siap dioprasi!!!”
“Ndak, aku ndak mau dioprasi Bun… Nek aku ndak mau!!!”
Aku merengek pada bunda dan nenek.
Keeesokan harinya, ada dokter yang masuk, dan sebenarnya aku udah bangun, ya sebenarnya bukan bangun sih, karena aku semalam tidak tidur, tapi karena aku takut ya aku pura-pura tidur.
Karena dokter melihat aku masih tidur akhirnya, beliau berbicara pada bunda, dan meminta ijin untuk melakukan pemeriksaan lagi, barangkali tulangnya sudah kembali.
Kemudian aku dibawa ruang periksa lagi, dan untungnya ada nenek yang menemaniku.
Setelah hasilnya keluar, ternyata aku mulai bisa bergerak tanpa kesakitan, tetapi aku masih belum boleh mengangkat apapun.
2 hari kemudian, aku sudah boleh pulang, meskipun udah pulang dari rumah sakit, aku harus tetap minum obat, yang sebenarnya aku malas untuk melihatnya.
Dan akupun belum boleh pergi ke sekolah, setelah aku masuk sekolah, hiiii… betapa betenya aku, karena tidak bisa lagi main sakka bersama teman-teman.
Satu minggu kemudian, pastinya aku sudah agak sembuh, dan aku mau berangkat sekolah naik bicycle. Tetapi itu semua dibantah oleh ayah. Dan itu tandanya aku diantar lagi kesekolah.
Setelah mengikuti UAS aku naik ke roku-to. Dan aku duduk dengan Fifa, karna Dina udah duduk dengan Nia.
Tapi itu semua tak membuat aku sedih, karna aku punya kesamaan dengan Fifa, yaitu sama-sama suka main sakka.
Dan sekarang aku punya 3 teman baik, salah satunya yaitu Dina. Mereka begitu baik denganku, sampai akhirnya kami kemana-mana selalu berempat. Dan sewaktu pelajaran Bahasa Inggris kami disuruh buat kelompok yang terdiri dari 6 orang.
Akhirnya kami kedatangan teman baru, yaitu April dan Ana. Kami berenam bekerja sama dengan baik. Sampai akhirnya kami membuat sebuah kelompok, ya semacam geng gitu lah.
Tak disengaja kami semua suka maen sakka, tapi tidak buat Dina, akhirnya lama melihat kami bermain sakka, Dina pun tertarik untuk mencobanya.
Ketika kami bermain sakka dilapangan sekolah, ada sebuah geng yang menantang kita untuk main sakka. Dan April langsung menerimanya.
Ketika permainan dimulai, salah seorang dari geng mereka ada yang bermain curang, dengan menginjak kaki Dina, hingga dia tak bisa bermain lagi.
Akhirnya aku masuk untuk menggantikan posisi Dina, dan aku berencana untuk membalasnya. Karna dia sudah menyakiti adikku.
Posisi yang kuinginkan tepat sasaran, dan aku menginjak 2 pemain lawan, yang menyebabkan April mencetak 1 gol. Dan kami menghentikan permainan, geng kami pun menang 1-0.
Mereka tak terima akan itu semua, sampai akhirnya kami terlibat perkelahian yang sangat hebat, salah seorang teman kami, yaitu April yang kepalanya dibenturkan ketembok parkiran. Aku tak terima akan itu semua, dia sudah bermain curang sekarang menyakiti teman-temanku.
Kemudian aku membalasnya, selepas aku membalasnya  kami buru-buru pulang, sebelum mereka mengejar kami.
Keesokan harinya aku berangkat sangat pagi, dan memikirkan apa yang akan dilakukan geng kemarin pada geng kami hari ini.
Akan tetapi pikiranku berubah, karna Dina menggertakku.
“Hayo mikir apa??”
“Apa sih ganggu aja!!”
“Eh… Novi hari ini tak masuk, jadi kita aman!!!”
“Iyakah??” tanyaku masih tak percaya, dan ada kelegahan.
“Iya”
Kau tadi mikir apa??”
“Tak mikir apa-apa”
“Hahhh…kau takut ya akan ancamnya??”
“Kau mengejekku ya!!!!”
“Ndak, memang apa yang kau pikirkan tadi??”
“Aku berpikir apa yang akan dilakukan Novi dan teman-temannya, pada kita!!!”
“Owh.. tapi tenang aja, dia tak masuk hari ini!!!”










Happy Birthday

Hari berganti hari, hari ini aku adalah hari dimana aku dilahirkan ke dunia. Yeach seperti tahun-tahun lalu, Ortu dan keluarga ku pasti tak ingat. Untungnya masih ada Franklind, mereka yang selalu mengisinya dengan canda tawa. Ini yang sangat berkesan dalam hidupku, mereka merayakan hari ultahku di sawah, tempatnya tak jauh dari tempat bimbingan belajarku. Disitu aku ndak tau kalau aku mau dikerjain. Seketika aku berjalan, mereka menjauh dan salah dari mereka mengguyurku dengan air, bersamaan dengan tepung.. Apa yang terjadi aku seperti adonan kue yang tak jadi.. hahaha, diperjalanan semua mata tertuju padaku, ada yang bilang aku seperti nenek-nenek, ada yang bilang aku seperti hantu karna waktu itu rambutku terurai kedepan, dan masih banyak lagi..
Seakan-akan mereka tak punya salah padaku, mereka malah menambahkan telur yang dipecahkan diatas kepalaku, bayangkan betapa malunya diriku…
Sesampai dirumah aku mandi, untuk membersihkan adonan tersebut dari badanku. Franklind menungguku dikamar.
Selepas aku mandi, mereka memberi ku kado, dan isinya apa….... ada bawang putih, bawang merah, cabai, kertas-kertas yang menutupi sebuah benda didalamnya..
Itu sangat berkesan, buatku meski keluargaku tak ingat tetapi masih ada sahabat-sahabatku yang setia menemaniku..
Hari berganti hari, seolah-olah pergantian detik, menit, jam disituhlah hari berganti begitu cepat. Hari dimana aku merasa ditinggalkan oleh orang yang paling deket ama aku, yaitu ayah. Beliau mau meninggalkan aku, lantaran mau bekerja di Kalimantan jauh rasanya. Seakan-akan aku tak tahan berdiam diri dirumah , apalagi tak ada ayah yang suka ngajarin aku alat music dan melukis. Yeach.. aku lebih suka maen alat musik piano, tapi ayah lebih mengerti tentang gitar. Hmm… apalah itu aku tak peduli, aku hanya ingin menggambar wajah ayah yang sedang asyiknya melukis.
Sampai akhirnya hari dimana aku harus mengerjakannya dengan serius, yaitu hari dimana aku bersama anak Franklind harus menjalani UN.
Aku hanya ingin mendapat nilai yang baik, karna aku mau membuktikan pada ayah kalau aku tuh bisa, tanpa tergantung pada seseorang. Yuph, aku terbiasa menggantungkan persoalan demi persoalan yang aku anggap itu tak penting, padahal itu sangatlah penting.
Aku tak peduli akan semua masalah yang ada, aku hanya ingin mengerjakan soal UN dengan hati yang tenang. Hari demi hari, UN pun udah berlalu, sekarang aku hanya berdoa, agar keinginanku terkabul untuk mendapatkan nilai yang baik, meski tak maksimal.
Seketika hari kelulusan tiba, aku hanya tertunduk dan mengumpulkan semua nyaliku untuk melihat hasil UN.
Seketika aku melihatnya………..
Anak-anak Franklind pun bersorak, begitu juga aku…
Yuph… apa yang aku inginkan bisa aku dapatkan. Hasil UN ku lebih baik dari anak-anak Franklind.
Aku tak menyangka akan itu semua, tapi… salah seorang anak Franklind yang hasilnya sangat rendah, itu artinya kami harus berpisah.
Aku hanya ingin yang terbaik buat teman-temanku God…
Jagalah mereka seketika aku tak berada disampingnya…
Itu adalah kata yang selalu aku ucapkan setiap memulai hariku. Kini aku sudah masuk disalah atu sekolah menengah pertama yang deket sekali dengan rumahku, padahal aku berharap aku bisa atu sekolah lagi ama Dina, tapi itu semua tak mungkin, dan tak akan pernah mungkin.
Di tempat aku menuntut ilmu sekarang, aku menemui seorang cowok, yang amat… sangat… keren… Dia putih, imut, hidungnya mancung seperti boneka pinokio… eh ndak sih kalau seperti pinokio ntar kepanjangan. Tapi dia tak terlalu tinggi sih, namanya Hilmy. Pertama masuk, dia memanggilku dengan sebutan “josei berambut panjang, dengan tas biru” yeach… waktu thu aku segugus dengannya pada masa orientasi siswa baru yang sering bisebut MOS. Gila saat pertama masuk aku seperti “wong gendheng anyaran”. So aku hanya bisa mengikutinya, lantaran tak mau dihukum.
Hari berganti hari, seolah-olah aku udah lupa akan pertemuanku dengan si kembar Risky dan Rezky. Yang ada di otak ku kali ini hanyalah Hilmy. Aku sangat berharap bisa atu kelas dengannya. Setiap hari aku memandanginya tanpa kusadari, tanganku bergerak menggambar wajah Hilmy. Disitu teman sebangku ku melihat dengan tersenyum, dan bertukar tempat dengan Hilmy. Saat tuh aku tak sadar kalau orang yang aku gambar wajahnya, dia sedang duduk disampingku.
“Ata” teriak Zia teman sebangku ku yang berada dibangku Hilmy, disitu aku baru sadar, kalau Zia disana, yang sisampingku siapa donk???
Seketika aku menengok, Hilmy membalikkan badannya.
“Hilmy??” ucapku spontan. Kemudian dia menoleh kearahku, begitu dekat. Sehingga begitu kencang jantung ini berdetak. Tak pernah sedeket ini aku ama cowok!! Karna dia udah terlanjur lihat gambaranku, aku pun merasa malu, dan membuang gambar itu ke tempat sampah.
Ketika bel pulang berbunyi aku pulang, tanpa berpikir kalau Hilmy akan menggambil gambar yang sudah aku buang. Keesokan harinya, yeach hari dimana giliranku untuk piket, aku sangat suka melihat rahasia-rahasia yang ditaruh di setiap map dokumen, tapi map teman, bukan guru ya…
Seketika aku melihat map dokumen urutan 17, aku tak menyangka ada gambar Hilmy yang udah kubuangnya ke tempat sampah.
Aku melihat semua dokumennya, disitu aku menemukan sebuah foto josei, yang  sangat cantik, dibelakangnya tertulis
“ Hilmy sayang ama Diva”
Terjatuh sudah sapu yang ku bawa, tak tau kenapa hati ini terasa perihhh… seakan-akan teriris pisau yang amat tajam. Hmm.. ndak juga sih, terlalu lebay kalau gitu. Kemudian aku duduk dibangku lantaran menghapus nama Hilmy yang ada dibangku . Sungguh baru pertama kalinya aku merasa seperti ini, sangat berbeda ama perasaanku yang ditinggal ayah ke Kalimantan.
Zia, yang baru datang melihatku duduk termenung di bangku, dia menghampiriku. “ Napa kau sedih, udahlah ayah kau kan kerja, janganlah kau bersedih mulu!!”
“Aku sedih bukan karna ditinggal ayah!”
“Lantas??”
“Aku, sedih karna Hilmy suka ama Diva”
“Lantas, masalah kau apa? Oh jangan-jangan kau suka ya ama Hilmy??” ucap Zia dengan memandangku penuh curiga.
“Eh.. ndak ya!!”
“Lantas napa kau seperti ini??”
“Iya… deh aku jujur, aku emang suka ama Hilmy!!”
“Udahlah lupain aja, toh kamu masih bisa berteman dengan dia!!”
Akan tetapi aku, masih bingung apa aku bisa melupakannya, yang sepertinya aku tak akan mungkin bisa. Setiap mata pelajaran aku ikuti, tapi mata pelajaran yang terakhir aku ijin ke kamar mandi lantaran, itu adalah Bahasa Inggris.
Yeach kebiasaanku sejak dulu tak bisa dihilangkan, seakan-akan itu sudah menjadi hal yang wajib untuk aku lakukan.
Di kamar mandi aku bertemu Hilmy, yang sepertinya dia juga, mau bolos mata pelajaran itu. Yeach… dalam hati aku senang karna aku ada teman untuk setiap bolos mata pelajaran Bahasa Inggris. Kemudian Hilmy mendekat, tapi aku berusaha menjauhinya, selagi aku melangkah dia menarik tanganku seakan-akan dia tak mau aku menjauh darinya.
“Kau mau kemana Ata??”
“Bukan urusan kau!!” jawabku dengan jutek.
“Kau kenapa sih, sejak tadi pagi, sepertinya kau menjauh dariku??”
“Aku kan dah bilang,  bukan urusan kau, lantas napa kau masih nanya juga sih, tak punya telinga ya!!”
“Ya… memang aku tak punya telinga, bisakah kau pinjamkan telingamu satu untukku??”
“Memang telingaku benda apa??, yang bisa dipinjamkan ke sapa aja, dan kalau memang telingaku bisa dilepas, tak akan kupinjamkan ke anak usotsuki seperti kau!!”
“Apa maksud kau menuduh aku anak usotsuki??”
“Jangan sok berlagak deh, aku udah tau kalau kau ada hubungan dengan Diva”
“Lantas kalau aku ada hubugan dengan Diva, ada yang salah??”
“Ya… ndak sih!!” ucapku sambil tertunduk malu.
“Oh… jangan-jangan kau cemburu ya, hayo ngaku…!!”
“Idihh. Jangan sok keren kau, sapa juga yang cemburu?”
“Lantas napa kau bersifat, layaknya orang cemburu??”
Seketika aku berdebat ama Hilmy, tiba-tiba Zia datang menghampiriku dengan terburu-buru.
“Ata??”
“Ada apa… adda apa…”
“Kau dipanggil ama BaNana!!”
“Apa kau bilang Banana, memang pisang bisa ngomong, sampai panggil Ata??” tanya Hilmy spontan.
“Tu Bu Nana, kami lebih suka memanggilnya dengan sebutan Banana, lucu bukan??”
“Lucu batukmu peyang, kau sedang dipanggil beliau diruang guru!!”
“Hahaha… mati kau dipanggil beliau!!” ejek Hilmy.
“Mati, memang beliau pembunuh??”
“Ah.. kau ini!!”
Sesampainya diruang guru.
“Ata… kenapa kau tak hadir dalam mata pelajaran saya??” tanyanya dengan nada menyidang.
“Bu, begini ya saya tadi ndak hadir.. ibu panggil, lantas Hilmy tadi kan ndak hadir juga bu!!”
“Oh… iya, panggil dia sekarang!!”
“Hahahaha…” terkekeh aku dalam hati.
Akhirnya dengan senang hati memanggil Hilmy, berarti kalau ntar dihukum aku masih ada Hilmy yang menemani.
“Eh… kau juga dipanggil Banana sekarang!!”
“Kan kau yang dipanggil, napa aku harus ikut juga??”
“Udah lha jangan banyak cakap!!”
Sesampainya di ruang guru. “Kenapa kalian tak hadir dalam mata pelajaran saya??” tanya Banana.
“Ni bu, saya diajak Hilmy, keluar kelas!!”
“Enak aja, kan kau ndiri yang keluar!”
“Udah… udah.. jangan ribut disini, sekarang kalian saya hukum menggerjakan lks sampai hal terakhir”
“Boleh nawar ndak bu??”
“Emang saya jualan pakek nawar-nawar segala?? Udah kembali kekelas dan kerjakan tugas kalian!!”
“Siap bu!!”











Kaulah Hidupku

Setelah menyelesaikan hukuman, aku pergi ke kantin. Tapi kenapa Hilmy masih aja mengikuti..
“Eh, napa sih kau mengikuti aku terus??”
“Mang salah ya, kau juga sih yang salah!!”
“Lho kok malah aku yang kena??”
“Habisnya kau tak kasih peringatan”
“Peringatan apa?”
“Ya… Dilarang mengikuti atau dilarang berjalan dibelakangku”
“Dasar kichigai no”
“Hah… cakap apa sih kau??”
“Au.. ah..gelap”
“Mana, wong terang benderang gini kok, gelap.. dasar gelok”
“Ya kau yang gelok, enak saja ngatain orang gelok!, Udah ah aku mau ke kantin dulu.. Sayonara…”
“Sayonara… sayonara.. sampai berjumpa lagi!!”
“Dasar gelok, gitu aja pakek dinyanyiin..”
Setelah bel pulang sekolah, aku ndak langsung pulang melainkan harus piket dulu.. Yeach aku kan tipe anak yang rajin, dilarang kaisetsu ya!!
Lepas itu aku nunggu jemputan, yang tak kunjung datang, sampai akhirnya aku putuskan untuk jalan kaki, yang kira-kira jaraknya + 10 km.
Tiba-tiba ditengah perjalanan sepertinya ada yang mengikutiku, setelah aku tengok, ternyata tak ada seseorang pun. Hiii, aku merasa takut, karna sepertinya orang itu semakin dekat.
Kemudian aku berlari, dia pun ikut berlari, ketika aku menengok untuk yang kedua kalinya, ternyata dia adalah Wahyu. Eh sepertinya aku tadi belum menceritakan tentang Wahyu ya, dia tuh temen ku, yang paling deket banget ama aku.
“Napa kau berlari sih?? Capek tau mengejarnya!!”
“Sapa suruh, dan kenapa kau tak panggil aku aja sih??”
“Ya aku kan mau buat kau terkejut aja, eh bukanya terkejut, kau malah berlari, mana kencang lagi kau lari tadi”.
Hari berganti hari, hari yang kutunggu pun tiba, dimana hari ini Wahyu mengajakku keluar, tak tau kenapa aku merasa dia itu seperti Ani yang dikirim oleh God untuk menjaga ku.
Sampai-sampai dia rela berkorban demi aku, dimana waktu ada ulangan dadakan, ketika aku belum belajar.. eh aku mau koreksi perkataanku yang mengatakan aku rajin, itu semua adalah omong kosong. Disitu Wahyu mengerjakan soal ku, dan soalnya dibiarkan kosong..
Sesampai ditempat tujuan, Wahyu membelikan aku minum. Ketika aku duduk ama dia, tiba-tiba disamping kiri aku melihat sosok Hilmy bersama cewek, sepertinya itu Diva.
Dengan sengaja aku menyuruh Wahyu menghubungi Hilmy berkali-kali. Tapi dia hanya menjawabnya dengan atu kata aja yaitu, _ _ _ kata ini tak pantas diucapkan.
“Dasar usotsuki!!, hiii bete”.
“Bete kenapa sih dek??”
“Tuh lihat!!” ucapku sambil menunjuk arah Hilmy.
“Oh.. karna itu! Napa ndak adek samperin aja??”
“Masak josei nyamperi cowok, mang aku josei apaan Ani??”
“Ya josei beneran gini lho dek, lha emang adek josei jadi-jadian apa??”
“Hiii, apa sih Ani ini??”
“Udah ah.. balik aja kalau gitu!!” sambil menunjukan wajah yang sedang marah.
Sesampainya dirumah, Wahyu yang aku sebut dengan Ani, dia tak biasanya habis antar aku pulang dia langsung cabut tanpa meninggalkan atu kata pun.
“Hmm apa Ani marah ya ama aku??” tanya ku dalam hati.
Keesokan harinya, disekolah aku meminta maaf pada Wahyu.
“Ani, yurushi!!
“Buat??”
“Ya masalah kemaren Ani!!”
“Emm.. tak pa, aku juga dah lupa!”
“Berarti Ani udah ndak marah dong!!”
“Ndak!!!”
“Berarti ntar pulang sekolah bisa keluar lagi dong seperti biasa??”
“Kalau itu aku belum bisa njamin, apa aku bisa atau ndak”
“Ani…”
“What???”
“Kok gitu sih sekarang??”
“Habis kau sih, Hilmy kan udah punya josei, kau ndak boleh merebutnya!!”
“Iya Ani, yurushi…”
Hari berganti hari, dimana hari ini aku melakukan ujian kenaikan kelas, aku sangat berharap bisa atu ruang ama Wahyu. Ternyata itu adalah sebuah kata yang tak bisa terpenuhi, aku malah atu ruang ama Hilmy, bukan atu ruang aja melainkan atu bangku. Hiii, aku harus merasa gimana, aku senang, ataukah aku harus marah, karna tau Hilmy seorang usotsuki. Setiap mengerjakan soal ujian Hilmy malah tidur-tiduran sambil melihat mataku, disitu aku sangat marah, apalagi aku tak suka dipandang seperti itu.
“Apa sih??” bentak ku sambil memukul kepalanya dengan pensil yang ku pegang.
Hmm. Why is it that you seem so angry at me??
Hmm. Kubiarkan dia mengoceh, tak atu pun kata yang aku dengarkan, seketika itu kata terakhir yang diucapkan membuat aku tertawa.
“Apa salahku… kau buat begini…”
“Salah kau sangat… amat… banyak…”
“Apa masih bisa dimaafkan???”
“Ndak!!”
Kemudian sensei memberi peringatan kalau waktu mengerjakan tinggal 5 menit lagi, dan Hilmy sama sekali belum mengerjakan soalnya. Disitu aku merasa iba.
“Sini aku bantu!!”
“Katanya kau lagi marah ama aku, lantas napa kau mau bantu??”
“Hmmm, aku kasihan melihat kau”
But I do not need pity, I just need your forgiveness Ata!!”
“Yeach.. aku maafkan!!”
“Benar???”
“Yeach..”
“Ya udah kita mengerjakan nomer berapa dulu”
“Ya nomer atu lah, kau kan sama sekali belum mengerjakan!!!”
“Hmm.. sebenarnya aku udah selesai Ata!!”
“HAAAAHH???, tapi lembar jawaban kau masih kosong!”
Yeah I have not move it on the answer sheet!
“Dasar??”
“Dasar apa Ata???”
“Hmm, ndak!!”
“Hayo ngaku aja deh, kalau kau itu suka ama aku!!”
“PD amat sih kau??”
“Halah.. kau jangan berlagak deh, kau kira aku begok apa??”
that is to say??”
“Aku tau kalau kau tuh suka ama aku!!”
“Dari mana kau tau?”
Yes of hello again if I am not of his friend and brother you! "
“Sapa??”
“Masih aja ndak ngaku ni anak!!”
“Masak sih Zia, ama kak Wahyu begitu??”
“Jujur deh sekarang!!”
Kemudian bel berbunyi, yang menandakan waktu mengerjakan udah selesai.
“Udah sekarang kumpulkan dalam hitungan 10 belum juga dikumpulkan, ndak saya terima!!” ucap sensei.
Setelah itu aku keluar, untuk menemui kak Wahyu dan Zia di kantin. Seketika aku berjalan, tiba-tiba Hilmy menarik tanganku, dan memandangku seakan-akan sedang memandang Diva.
Ternyata disamping kiri aku melihat sosok Diva yang sedang memandangiku dan Hilmy, disitu aku baru sadar kalau aku, hanya buat pelarian aja. Tanpa basa-basi, kutampar Hillmy sekeras mungkin, untuk meringankan amarahku.
“Kichigai no kau!!”
“Kau yang gila, kau memanfaatkan aku untuk membuat Diva cemburu kan??”
Disitu Hilmy hanya tertunduk, beberapa menit kemudian dia memandangku dan bilang,
“Apa yang akan kau lakukan apabila kau diduakan??”
“Ya… aku putuskan dia lah!!”
“Itu sebabnya, aku seperti ini ama kau!!”
“Jadi… kau udah putus ama Diva??”
“Iya!!”
Teng.. teng… teng… teng… Bunyi bel keempat adalah tanda pulang sekolah. Disitu Hilmy memintaku untuk menemaninya pergi ketaman. Aku baru sadar kalau aku tadi ndak jadi menemui Zia dan kak Wahyu.. Astaga… Tak lama kemudian kak Wahyu dan Zia mulai menyidangku,
“Kenapa kau tadi ndak pergi kekantin??”
“Jawab Ata!!!”
“Jangan diam aja!!”
“Iya… iya.. aku tadi sedang bersama Hilmy!!”
Seketika aku menjelaskan, tiba-tiba Hilmy muncul dan mengajakku pergi, mau gimana lagi aku tadi emang udah janji ama dia, untuk menemaninya pergi ke taman.
“Ata.. pergi sekarang yukk!!!”
“Pergi kemana kau???”
“eh, kau mau ajak adekku kemana??”
“Halah.. jangan takut gitu napa!! Ku Cuma mau ajak Ata ke taman.
“Kak, aku pergi dulu ya. Ntar malam jadi kan??”
“Iya.. nanti aku jemput..”
Sesampainya ditaman, Hilmy bertanya
“kau nanti malam mau kemana ama Wahyu??”
“Ada deh??”
“Ata, kau gitu sekarang?”
“Mau tau aja, atau mau tau banget???”
“Mau tau benget!!”
“Ntar malam, aku mau pergi kesuatu tempat yang kurasa tempat yang indah, nyaman, damai, dan yang terpenting tak ada kau!!!”
“Mang kalau ada akku kenapa??”
“Ya kau kan virus!!!”
“What… kau kata aku virus, ya kau bakteri!!”
“Owh Anjing!!”
“Owh Dog!!!”
“Owh guguk!!!”
“Apa sih ini malah bahas anjing??”
“Kan kau yang mulai dulu!!”
“Lantas. Napa kau teruskan??”
Hari semakin gelap, waktunya bintang menampakkan cahayanya.
“Eh… BTW dah malam nih!!”
“Lantas??”
“Ya kita pulang!!”
“Oh iya ya aku kan ada janji ama kak Wahyu!!”
“Kalau gitu jangan pulang dulu deh, biarin Wahyu nungguin kau!!!”
“Udah gila yak kau??”
“Napa kau marah??”
“Karna aku tak akan pernah ngecewakan kak Wahyu!!”
“Sini ikut aku!!”
“Kau mau apa??”
“Tengok keatas!!”
Malam terasa indah, dengan kembang api bertaburan dilangit, bulan yang bersinar terang, seakan mengandung makna, dan gelapnya malam yang membuat bintang tampak jelas.
“Wow…!!”
“Indah bukan??”
“Gila, aku tak pernah melihat malam seperti ini!!!”
“Apa kau pernah merasakan ini, sebelumnya saat bersama Wahyu??”
“Tak pernah!!”
Sambil menikmati malam yang indah Hilmy memandangku dan seakan mau mengatakan sesuatu tapi tak mampu mengucapkan.
What??, like you want to say something?
“Ndak, katanya tadi kau mau jalan ama Wahyu, pulang yuk!!”
“Astaga.. aku lupa. Kau sih!!”
“Haahhh… kok aku sih, mang salah ku apa toh neng??”
“Ya salah kau, lagian pakek ngajak aku kesini!!”
“Yealah memang aku yang salah!!”
“Hehehe.. jangan lesu gitu dong, aku kan Cuma bercanda.”
“Hmmm.. kirain beneran… huuuuffftt”
Setelah itu Hilmy mengantarku pulang dan didepan pintu sudah ada kak Wahyu yang sedang ketiduran menungguku kelamaan pulang.
“Ani??”
“Eh, dah pulang!!”
“Jadi kita pergi sekarang??”
“Ya jadi lah!”
“Ani cuci muka aja dulu kedalam, eh Ani ama ijin ke bunda ya!”
“Ok!!” ucap kak Wahyu sambil mengangkat ibu jari.
Seletah itu kak Wahyu mengajakku pergi ke suatu tempat, disitu aku sangat takut karna sangat amat gelap, tak ada cahaya yang bersinar atu pun. Tapi kak Wahyu membawa tanshoto dengan itu aku merasa lebih lega.
Saat melangkahi sebuah lubang, ternyata kaki ku tak sampai, yang akhirnya aku terjatuh kedalam lubang tersebut. Dan tiba-tiba kak Wahyu menggendongku sampai ke tempat tujuan, dan tempatnya yang agak tinggi.
Aduhhh romantisnya ini cowok. Hussttt Ata, dia sebagai Ani tak lebih.
Setelah itu kak Wahyu menurunkan ku, dan menyuruhku untuk tutup mata.
“Ata.. tutup mata kau sekarang!”
“Mang harus ya??”
“Harus, dan wajib dilaksanakan!!!”
“Ok lha kalau begitu, tapi jangan dikerjain ya!!”
“Iya.. iya..”
Beberapa menit kemudian, kak Wahyu menyuruhku untuk membuka mata. Astaga hari ini adalah hari yang paling istimewa buat ku, dengan duduk diatas perbukitan, udara yang sejuk, dengan kunang-kunang yang menerangi..
“Gimana??”
“Gimana apanya??”
“Ya tempatnya!!”
“Hm sangat indah!!”
“Oh, ya kau tadi habis dari mana ama Hilmy??”
“Aku tadi diajak disuatu tempat, indah banget kak, bisa melihat bintang dengan jelas, aku ndak bisa jelaskan deh, pokoknya aku tadi bahagia banget!!”
“Bahagia karna kau tadi pergi ama Hilmy kan??”
“Apa sih Ani, mulaikan ngajak ributnya!!!”
“Sapa juga yang ngajak ribut??”
“Tuh tadi apa, kalau ndak ngajak ribut???”
“Udah ah, ndak perlu dibahas!! Lapar ndak??”
“Tau aja kalau aku lapar!!”
“Kan aku cuman tanya doang!!”
“Ihh.. ndak asyik nih!!”
“Iya..iya.. mau jagung bakar ndak??”
“Mau..mau…!! mana jagungnya??”
“Tuh ada disamping kau!”
“Ya kok masih gini??”
“Iya emang, kan belum dibakar!!”
“Lantas napa tadi tanya??”
“Mang ndak boleh kalau Ani tanya??”
“Ya ndak papa sih, kirain jagung bakarnya udah jadi!!”
“Ya udah kalau mau ya bantuin bakar dong, biar cepat!!”
“Iya.. iya..” dalam hati aku masih ngedumel..


Teman jadi Ani

Hari berganti hari, hari ini adalah hari terakhir melakukan UAS, dan itu artinya ku ndak bisa deket lagi ama Hilmy. Astaga Ata napa sih mikirin Hilmy melulu??
Setelah bel masuk, oh ya hari ini aku melaksanakan UAS mata pelajaran Senbud, ya aku sangat senang dengan hanya disuruh menggambar, seperti anak TK aja. Tapi menggambarnya harus mengandung makna.
Hufft, lagi-lagi Hilmy memasang wajah melasnya. Dasarr..
“Ata???”
“Hm…??”
“Ata, ntar jalan yuk!!”
“Emm, aku dah ada janji ama…”
“Ama Wahyu???”
“Kalau ya mang napa???”
“Kau dah hubungan apa sih ama Wahyu, kok dikit-dikit Wahyu, Wahyu lagi.. Wahyu lagi..”
“Wahyu tuh udah seperti Ani ku ndiri, dia selalu menjagaku, melindungiku…”
“Apa aku boleh Ani kau??”
“Haahhh??”
“Napa kok gitu??”
“Ndak papa, alasannya kau mau jadi Ani ku apa??”
“Ya mau jaga kau lah!!”
“Emm, boleh sih tapi ntar dah yang marah lagi??”
“Sapa??”
“Ya Diva lah, sapa lagi!!”
“Udah jangan pikirin dia, toh aku juga dah putus ama dia!!”
“Hmm??”
“Eh, apa aku nanti boleh ikut kau jalan ama Wahyu?”
“Ya boleh lah, nanti datang aja ke rumah!!”
“Ok!!”
Tak lama kemudian kak Wahyu menghampiriku, “Ata ngapain sih ama nih curut??”
“Kok curut sih, namanya kan Hilmy Ani!!”
“Ya tapi lebih pantas dipanggil curut!!”
“Ah ndak baik, kalau Ani masih panggil dia seperti itu, nanti ndak jadi jalan!!”
“Ya kok gitu??”
“Habis Ani sih??”
“Iya deh, maaph?”
“Ya minta maaph ama Hilmy dong Ani!!”
“Hil, aku minta maaph!!”
“Ok tak masalah!! Ata ntar jam berapa??”
“Apanya jam berapa?” sahut kak Wahyu.
“Ya jalannya lah!!”
“Mang sapa yang ngajak kau?”
“Ata!!”
“Ata, napa kau ajak dia sih???”  bisik kak Wahyu.
“Biar rame aja Ani!! tak apa kan?”
“Hmm, tak apalah!!”
“Ok!!”
Beberapa jam kemudian, Hilmy udah datang tapi kak Wahyunya yang belum datang.
“Mana sih Wahyu, wah tak bisa Ontime nih anak!!!”
“Apa sih ngedumel aja, mungkin kak Wahyu ada halangan dikit, jadi telat!!!”
“Iya…iya maaph, gitu aja sewot!!!”
Tak lama kemudian kak WAhyu datang tapi, kok jalan kaki ya.
“Ani, mana motornya, kok jalan kaki sih??”
“Lho kok ndak bilang kalau Ani disuruh bawa motor??”
“Ya inisiatif dong Ani, kita kan jalan bertiga, masak ya kita boncengan tiga sih, ntar kalau ditilang bapak polisi gimana??”
“Ya udah Ata kita jalan berdua aja!!” sahut Hilmy.
“Ogah!!! Kalau ama kau aku tak bisa jajan, kau kan pelit!!”
“Kau bilang apa, enak aja ngatain orang pelit!!”
“Emang iya kan??”
“Halah Ani kau Wahyu juga pelit!!!”
“Eh ndak ya, aku kalau minta apa-apa selalu dibeliin, ndak kayak kau, aku minta coklat aja pakek ngitung-ngitung duit segala”.
“Tuh kan dulu Ata, masih juga diungkit-ungkit!!”
“Ya bagus kalau kau inget”
“Sebagai gantinya sekarang kau mau apa??”
“Hmmm, apa ya, oh itu aja pulsa…!!”
“What pulsa?? Kau aja tak pernah hubungin aku masak kau minta pulsa ke aku??”
“Ohh, jadi tak mau ni, ok dasar pee….”
“Iya.. iya… mang berapa??”
“Tak banyak kok cuman 100.000!!!”
“What gila ya kau, kau memeras aku tuh namanya Ata, baru jadi Ani kau sehari aja kau udah meras aku, Gimana dengan wahyu??”
“Eh maksudku 100.000 nolnya dikurangi atu!!!”
“Jadi 10.000!!”
“Nah sip!”
“Ok, bentar tak mintakan temenku!!”
“Asyik dapet pulsa gratis, hahaha..” ucap ku dalam hati.
Tak lama kemudian kak Wahyu datang, “Ayo berangkat!!”
“Ayo, Ata kau mau dibonceng sapa??”
“Ata biar ama aku aja, lebih aman!!” sahut kak Wahyu.
“Kau kira kalau Ata dengan ku tak aman gitu??”
“Emang iya!!”
“Udah jangan ribut dong, aku ama kak Wahyu, ntar pulangnya ama kak Hilmy”
“Iya udah lah!!”
Diperjalanan kak Wahyu bertanya, “Napa kau panggil dia Ani sih??”
“Habis dia ngemis-ngemis sih mau jadi Ani ku!!”
“Tapi jangan terlalu deket!!”
“Siap boss!!!”
Sesampainya ditempat tujuan, Kak Wahyu dan Hilmy parkir sepeda, dan aku menunggu mereka dipingggir jalan. Tak sengaja aku bertemu segerombolan orang mabuk, disitu aku hanya diam aja tak bersuara, karna saat tuh aku sangat ketakutan, setelah mereka lewat, aku langsung menghampiri kak Wahyu dan Hilmy.
“Kenapa kau kusut begitu??”
“Habis bertemu hantu??”
“Aku tadi habis bertemu segerombolan orang mabuk kak, aku takut!!”
“Hahhh, tapi kau tak papa kan???”
“Tak, tapi aku masih takut!!”
“Udah, kan sekarang udah ada Ani!!!”
“Dua lagi Aninya sekarang!!”
Disitu aku udah agak tenang, tapi masih agak takut juga sih!! “Kau mau beli apa??”
“Kak aku mau minum!!!”
“Ya udah kalian tunggu disini aja, biar kubelikan minum!!!” sahut Hilmy.
Saat membeli minum, tiba-tiba segerombolan orang tadi menghampiri Hilmy, yang tiba-tiba langsung memukul Hilmy.
“Ani…!!!!” teriak ku yang mengejutkan kak Wahyu.
“Apa sih Ata??”
“Ani, tengok!!” ucapku sambil menunjuk arah Hilmy.
“Astaga Hilmy!!!!” ucap kak Wahyu sambil melompat dari tempat duduknya.
“Hilmy, kau kenapa?? Ata Hilmy kenapa??”
“Tadi aku lihat kak Hilmy dipukul ama segerombolan orang yang aku ceritain tadi!!! Ani aku mau pulang, aku takut…”
“Tapi Hilmy masih luka!! Dan tak sadarkan diri”
“Udah ntar kan bisa diobati dirumah Ani”
“ya udah!!”
Ketika kami mau pulang, tiba-tiba Hilmy sadar, “Aduhhh!! Sial, sapa yang pukul aku tadi ya sakit banget rasanya??”
“Ani ayo pulang!!”
“Lho kok pulang??”  tanya Hilmy.
“Ata ketakutan!!”
“Ata, jadi kan kau pulang ama aku??”
“Ya.. aku kan udah janji, ayo cepat kita pulang!!”
“Iya…iya… bentar, kau tunggu disini dulu Ani ama Hilmy mau ambil sepeda dulu!!!”
“Aku ikut, aku tak mau tunggu disini!!!”
“Tapi disana sangat bahaya buat anak josei seperti kau Ata!!”
“Iya Ata, kami tak mau kau kenapa-kenapa!!”
“Yaudah lah, tapi cepat ya ambil sepedanya!!!”
“Iya.. iya…”
Setelah mengambil sepeda Hilmy mengajak aku ama kak Wahyu kesuatu tempat, disitu sangat sepi, hanya ada suara hewan-hewan malam. Dan kunang-kunang.
“Napa kita kesini??”
“Tadi kita tak jadi ketempat yang ditentukan Ani kau tuh Wahyu, sekarang giliranku menentukan tempat!!”
“Yurushi Ata, tadi Ani ngajak kau ketempat begitu!!”
“Tak apa Ani, lagian Ani kan ndak tau kalau kejadiannya akan seperti itu!! Yurushi juga ya Hil, muka kau jadi bonyok begitu!!”
“Ok tak masalah!!!”
“Eh Ani, terus kita ngapain disini??”
“Menghitung bintang!!”
“Hahhh”         sahut kak Wahyu.
“Boleh..boleh…aku yang sebelah kiri ya, kak Wahyu sebelah kanan, dan kak Hilmy tengah”
“Ok!!”
“Tapi tak seru Ani, kalau tak ada taruhannya!!”
“Wah betul juga ya!!”
“Bagaimana kalau taruhannya menyanyi aja!!” sahut Hilmy.
“Terserah kau aja lha!” jawab kak Wahyu.
“Ok. Mulai dari sekarang ya!!”
“1… 2… 3… 4… 5… 6… 7…”
Setelah lelah menghitung aku merasa ngantuk banget, akhirnya kak Wahyu..
“Sandarkan kepala kau dibahuku!!” pinta kak Wahyu.
“Dibahuku aja Ata!!!” sahut Hilmy.
“Udah… udah… pulang aja, aku ngantuk, ceppat!!! Huahhh..”
“Iya udah, pulangnya ama aku aja, kan searah!!” ucap Hilmy.
“Tak, Ata ama aku aja, aku kan Ani nya!!”
“Eitzz, aku juga Ani nya!!!”
“Diammm… kalau masih ribut, aku pulang sendiri”
“ya udah aku ngalah, kau ama Wahyu aja!!”
“Ok!!”
Sesampainya dirumah, ternyata bunda udah didepan pintu yang menungguku pulang.
“Eh, Wahyu dari mana aja kok baru pulang???”
“Habis jalan-jalan Bun!!”
“Terus temen kau yang atu lagi mana??”
“Dia udah pulang duluan Bun!!”
“Oh, ya udah Wahyu kamu pulang juga dah malam!!”
“Iya Bunda!! Sampai jumpa esok Ata!!”
“ok, eh esok jemput aku ya. Aku malas bawa sepeda!!”
“Siap boss!!”
Setelah itu aku masuk ke kamar dan mulai memejamkan mata,, tapi tak bisa, kemudian aku membuka jendela kamar atas dan mulai melihat bintang. Tiba-tiba aku teringat akan Hilmy, gila dulu aku yang diam-diam menyukainya, dan berharap bisa deket ama dia, kini menjadi nyata, dan kak Wahyu pun semakin sayang padaku, hmm, betapa bahagianya aku. Tiba-tiba ada yang melemparku dengan batu kecil dari bawah… “Sial… sapa sih, iseng banget!!” kemudian aku terus melihat keatas tanpa melihat ke bawah. Tukk!!!... kali ini batunya mengenai kepala ku, “Woy, kichhigai no…!!!!” teriak ku dari atas, kemudian aku menengok kebawah, dan ternyata.. “Ani!!” ucap ku kaget + kesal.
“Iya ini Ani, keluar dong!!!”
“Tapi ini dah malam Ani!!”
“Bentar doang!!”
“Ok… ok!!! Tunggu sebentar!!!”
“Konbanwa Ani!!!”
“Konbanwa”
“Dah apa sih??”
“Aku tak bisa tidur!!!”
“Lantas, lau ndak bisa tidur ngapain Ani kemari, ntar lau bunda tau gimana??”
“Ya udah deh aku pulang dulu!!”
“Hahh!!!”
“Kok Hahhh!!!”
“Cuman gini doang!!  Kirain mau bicara apa!!”
Setelah kak Wahyu pulang, tiba-tiba aku menemukan bingkisan yang dibungkus dengan cantik. Ya udah aku bawa masuk, kemudian aku buka, wow… ternyata isinya sebuah yubi-wa yang bertuliskan A.H.C.S.A… cantik banget, tak lama kemudian… kak Wahyu menghubungiku, “Gimana?? Suka???”
“Ani emang is the best, jadi seorang Ani.. Aku sangat suka!”
“Esok pakai ya!!!”
“OK…OK..!!!”
“Udah dulu, sana gih tidur dah malam!!”
“Tapi aku tak bisa tidur, aku mau tidur kalau Ani menyanyikan sebuah lagu untuk ku, dengan maen gitar!!!”
“Ya udah.. dengar ya!!!”
… … … …
Lama kak Wahyu bernyanyi, aku pun tertidur pulas..
Gila, saat tertidur aku malah memimpikan seorang Hilmy, disitu dia sedang bersama seorang josei, bercanda, dan aku dicuekkin ama Hilmy. Beda banget ama kak Wahyu, yang tak lepas akan tanggung jawabnya untuk menjaga adhiknya..
Kemudian aku dibangunkan sebuah tokei yang bordering begitu keras. “Ok!! Ngajak ribut ini benda!!!” tak segan-segan aku lempar tokei itu sampai mengenai Ane ku… “Hmmm… yurushi Ane…!!!!” Oh ya aku lupa, Ane ku.. bernama Fia. Kemudian kak Fia mengambil tokei tersebut dan menaruhnya ketempat semula, “Dha pukul berapa ini, kau tak sekolah??”
“Mang pukul berapa??”
“Tau, salah ndiri tokei kau lempar-lempar!!!!”
Aku mengambil sebuah jam tangan yang tak jauh dengan posisiku sekarang. Ternyata udah pukul setengah 7. Kemudian aku cepat-cepat mandi, berganti pakaian dan tak sempat untuk makan pagi..
“Eiittzz… cantik juga ni yubi-wa, coba tengok dari sapa ya??”
“Apa sih Ane.. tuh dari kak Wahyu!!!”
“Oh. Kok Ane tak dikasih juga??”
“Tau, Ane tanya jha langsung ke anaknya!!!”
“Tunggu… tunggu… ini kok ada tulis A.H.C.S.A??”
“Tak tau deh kak Wahyu, ntar coba aku tanya!! Ya udah kak aku berangkat dulu!!”
“Tunggu… tunggu… Ane antar aja biar cepat!!!”
“Ok… ok… tuh lebih baik!! Cepat Ane, ayo ngebut…!!!”
Semprull saat kak Fia ngebut dan tak memperhatikan jalanan yang berlubang… “Adhuuuuu!!!” teriak ku,  “hati-hati kak!!!!”
“Yurushi Ata!!” tiba-tiba Ciiieeetttttttt, kak Fia menghentikan sepeda.. Aduh, emang Ane ku ini cocok jadi pembalap seperti sapa ya..??? Oh ya Rosy kale..
Setelah itu aku bergegas untuk masuk ke dalam kelas. Kemudian aku melihat kak Wahyu  yang sedang berjalan menuju ruangan. Sepertinya ruang itu adalah lab bahasa… Ngapain ya kak Wahyu masuk kesitu???
“Ani, ngapain disini???”
“Tak pa, kelas Ani lagi dipakai sosialisasi.. jadi kami pindah kesini deh!!! ngomong-ngomong kau baru datang ya. Wahh ndugal juga ya adik ku…”
“Hehehe… eh Ani, tadi kak Fia tanya A.H.C.S.A thu apa??”
“Ani Hanya Cyank Sama Ata!! Bagus bukan??”
“Iya, aku akui hadiah Ani emang bagus!!! Eh udah jam segini kok belum juga tengok kak Hilmy ya???” tanya ku.
“Ata, hari ini dia sakit!!”
“What?? Oh God, adhik macam apa aku ini, Aninya sedang sakit aja aku tak tau!!!”
“Tak usah kau sesali gitu ah, lagian dia kan…”
“Kan apa???”
“Dia kan udah ada yang menemani!!”
“Mang sapa??” sahut ku sambil menunduk gelisah.
“Ya Diva lha, mang sapa lagi??”
“Koreksi… mang kak Hilmy, balikan ama Diva??”
“Hmmm, kau belum tau ya, aku kan udah pernah bilang jangan terlalu deket ama thu curut, sakit hati kan??”
“Hmmm, dikit sih. Kita jenguk yuk!!”
“Ok. Tapi ntar kau malah sakit hati lagi!!!”
“Tak usah khawatir!!!”
Setelah sampai dirumah Hilmy,aku langsung nyelonong masuk aja, gila banget kan dirumah orang seperti itu..Hahaha..
“Eh.. Ata, kau tak sopan banget sih. Dirumah orang kayak gitu..”
Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang sedang menuju arah kami, “Kamu Ata ya???” tanyanya sambil tersenyum melihatku, “Saya sering mendengar nama kamu, kata Hilmy dia disekolah punya adhik namanya Ata”
“Hehehe, iya Tan saya Ata, memang Hilmy cerita apa saja ke tante, pasti yang jelek-jelek ya Tan tentang saya??”
“Ndak Ata, dia selalu cerita ama Tante setiap habis bersama kamu, katanya kamu itu anaknya jail” Ucap bunda Hilmy sambil tertawa. “Sial ini anak, awas kau Hilmy” dumelku dalam hati.
Setelah itu aku ama kak Wahyu pergi kekamar Hilmy. Dan ternyata disitu coba tebak ada sapa…?? Ya ada Diva lah.. Hmm.. “Ayo masuk!!” ajak kak Wahyu. “Ogah ah Ani aja yang masuk, ntar lau thu anak dha pulang panggil aku. Ya udah aku ke ruang tamu aja. Sampaikan ke Hilmy kalau aku tak ikut..”
Ucap ku sambil berjalan menjauh dari kamar Hilmy. “Lho kok gitu Ta, kau sih dibilangin tak mau dengar gini kan jadinya..” sahut kak Wayu. Beberapa menit kemudian Diva keluar dari kamar Hilmy, disitu aku baru mau masuk kamar Hilmy.
“Kau dari mana sih, aku dah nunggu kau dari tadi, eh malah ni anak yang muncul.” Celtukan Hilmy yang membuat My kuping bengkak. “He lau ada orang ngomong tuh didengerin napa!!” tambahan cultukannya yang semakin enggan akan ku dengarkan. Sesekali aku terlena dengan suara lembut yang terdengar sekilas di My kuping. “Ata..!!” ternyata itu tuh suara Hilmy dan kak Wahyu berbarengan memanggilku, yeach apa boleh buat. “Hmmm” jawabku sambil melihat arah jam dinding.
“Ata, yang manggil disini bukan disana!!” sahut Hilmy.
“Hmm, sepertinya ada suara, tapi kok tak nampak orangnya ya??” Sepertinya Hilmy sudah geram, dia mulai bangkit dari tempat tidurnya, menuju kearah ku, yang sepertinya dia sudah menyiapkan beberapa celtukan buatku. Wah sepertinya gak akan pulang ni aku?? Ucap ku dalam hati..
Seketika itu, Hilmy hanya memegang tanganku dan diarahkannya ku arah jantungnya yang begitu kencang berdetaknya.. Dagh.. Digh.. Dugh.. gimana gitu.. Hilmy memandangku, tak berapa lama dia mulai mengeluarkan celtukan yang udah disiapkan dari tadi, waduh keluar sudah ni racun-racunnya..”Ata. naljkjkklkmnmbm sepertinya huruf A B C sampai Z masuk semua tuh ke kalimat yang diucapkan.
Hari berganti hari, sepertinya hari udah tak bersahabat denganku, yang membuat hubunganku dengan kak Wahyu dan Hilmy makin hari, makin renggang, seolah olah tak ada kenangan yang mengingatkan akan kedekatan kami. Setiap kekantin aku hanya berharap bisa atu meja ama kak Wahyu, Hilmy, dan Zia. Kini hanya ada aku dan Zia. Kangen rasanya mengulang hari-hari kemaren. Tapi ya udahlah inilah kehidupan… Kadang bahagia, terkadang juga sedih.
Hari ini aku naik kekelas IX. Aku hanya ingin focus pada sekolah ku, aku ingin mendapatkan nilai yang baik, dan bisa melanjutkan kesekolah yang aku inginkan sejak dulu. Kini aku semakin liar lau dirumah, rumah bagiku hanyalah sebuah tempat untuk mengisi bensin istilahnya. Setelah itu aku pergi lagi, sampai-sampai telingaku ku udah kebal dengan celtukan bunda yang tak henti-hentinya. Aku hanya menganggapnya seperti angin berlalu. Sekarang aku deket ama beberapa cowok, mereka perokok, sesekali mereka menawarkan padaku, aku ragu untuk menerimanya. Tapi mereka menyodorkan atu batang rokok yang udah dinyalakan dengan api. Apa boleh buat aku menerimanya, ketika batang rokok itu mau masuk dalam mulutku, ada san  cowok yang datang, atu cowok yang mengambil batang rokokku, dua lagi cowok yang lagi memarahi beberapa cowok yang memberi aku rokok tadi, tapi sebelum rokok itu diambil sepertinya aku udah menghisap atu kali, dan rasanya tak selezat permen. Tapi aku tau mana rokok yang enak, dan mana rokok yang tak enak. Karna aku pernah mencicipi, hm hanya menjilat rokok punya ayahku, dan itu rasanya manis.
San cowok itu pun mengajakku pergi dari tempat yang sepertinya tak pantaslah buat anak josei sepertiku. Mereka memaki-makiku. “Kau udah gila, kau mau aja disuruh menghisap rokok??”
“Kau tau, diam-diam kau telah dijerumuskan ke hal-hal yang negative..”
“Apa kau ndak kasihan dengan orang tuamu??””
Yeach atu san cowok itu menceramahiku. Disitu aku hanya diam aja, ya sepertinya aku juga salah dalam memilih pergaulan. Seketika aku menjawab, “Kalian sapa sih, ngomel-ngomel ndak jelas!!!”
“Bukanya trima kasih, karna dijauhkan dari cowok-cowok liar malah marah-marah”
“Aku tak butuh bantuan kalian, asal kalian tau aku ini bukan josei yang lemah!!”
“Hahahhaaha” serentak tawa mengejekku.
“Napa kalian tertawa ada yang lucu??” tanyaku heran.
“Kau yang lucu, barusan kau cakap apa?? Bukan josei yang lemah, tengok matamu.. Baru mengghisap sebatang rokok aja uda merah, batuk-batuk lagi!!”
“Koreksi!!! Aku kan josei, wajar aja kan??”
“Udah-udah malah ribut, kenalin aku Reno, ini temanku Rony, dan yang ini Roy. Rumah kau mana??”
“Hm… aku Ata, dan rumahku tak kubawa!!”
“Eh maksudku kau tinggal dimana???” tanya Reno.
“Aku tinggal di Jl. Delima no. 264 tepatnya dibelakang taman kota!!”
“Wah, sepertinya kita tetanggaan rumah kami juga di Jl. Delima, rumahku no. 262, rumah Rony no. 266, dan Roy no. 268”
“Aku ndak tanya tuh!!!”
“Tapi kenapa kami tak pernah melihat kau??”
“Karna aku tak pernah dirumah!!”
“Kalau tak pernah dirumah kau kemana??”
“Kepo banget sih kalian!!! Udah aku pulang dulu. Btw thankz buat tadi!”
“ok, tak masalah, gimana kalau kita pulang bareng, kan searah!!”
“Terserah kau aja lah, tak penting juga buatku!!”
“Eh, Ata kapan-kapan kita maen yuk!!” ajak Roy.
“Hmm… Boleh tuh, kemana??”
“Kemana aja?? Tapi apa kau tak dimarahi orang tua kau??”
“Masalah orang tua tenang aja, bisa diatur, sekarang tentukan tempatnya!!”
“Gimana kalau ke rumah nenekku!!” usul Roy.
“Eh Roy rumah nenek kau kan jauh!!!”
“Iya ni Roy, kira-kira napa kalau mau ngajak anak josei orang!!!
“Mang rumahnya dimana sih???” tanyaku kepo.
“Di Kediri!!”
“Halah, tak jauh juga sih… kapan berangkat??”
“Gimana kalau lusa!!!”
“Boleh tuh!! Koreksi, mang kita kesana naik apa?? “
“Iya… ya… hmm naik Bus aja!!” sahut Rony.
“Ok deal!!!”
“Eh.. apa kalian tak inget kita kan mau tanding futsal kan lusa!!” ucap Reno.
“Kita kan bisa berangkat setelah kalian tanding, mangkanya punya otak tuh dipakai!!!” sahutku keceplosan.
“Amblasss!!! Mangkanya kalau mau cakap tuh dipikir dulu, kalau udah matang baru cakap!! Sahut Roy dan Rony.
“Wkwkwkwkw!!!”
“Eh, ternyata Ata juga bisa ketawa, eh pipinya merah tuh, hah dia malu tuh!!!”
“Apa sih, aku kan manusia!!”
“Saapa juga yang bilang kamu setan!!”
“Amblasss!!! Mangkanya dicerna dulu sebelum cakap!..”
“Apa sih, dari tadi cakap amblass.. amblass… aja!!”
“Wkwkwkwkwk!!! Eh dah sampai ni!!”
“Eh lusa kalian tanding futsalnya dimana??”
“Di GOR apa kau mau tengok kami???”
“Y.. Kalau ada waktu!!”
“Yalah.. kami tunggu lho!!”
“Ok!!!! Bye!!!”
“Bye!!!”
Ketika aku hendak masuk kamar, tiba-tiba bunda memanggilku, “Ata!!”
“Iya!! Ada apa??”
“Kamu dari mana aja, jam segini baru pulang??”  tanya bunda dengan menunjukkan wajah marah.
“Dari main, udah ah aku capek mau tidur!!”
“Ata!!!” teriak bunda.
“Hm… seperti biasa bantal aku letakkan di kepalaku persis untuk menutupi kupingku.. Bisa-bisa pecah ni gendang telinga.
Keesokan harinya, seperti biasa aku mengharapkan kak Wahyu menjemputku seperti dulu. Tapi kini semua hanya khayalanku saja, beberapa menit kemudian Rony, Reno, dan Roy.. baru mau berangkat sekolah, “Pagi Ata??” sapa Roy.
“Hmm. Pagi Roy!!” jawab ku dengan muka suntuk.
“Eh. Muka kau emang gitu ya, atau kau lagi ada masalah sih, sejak kemaren kau tekuk aja tuh muka. Kasihan tau kan muka kau tak bisa ngerasain indahnya pagi hari…” sahut Reno.
“Kau dari kemaren ngajak ribut aja sih, terserah dong, mau kutekuk kek, ku tampar. Toh ni juga muka-muka gue, masalah buat loe??”
“Ammmmbblllaaasssss!!!!! Mangkanya tuh cakap dijaga, jangan asal njeplak aja, baru tau kan rasanya disemprot ama singa yang lagi ngamuk!!!” ucap Rony.
“Apa kau cakap, kau kata aku singa???”
“Wkwkwkwkw!!!!!” tawa yang tak henti-henti dari mulut Roy yang membuat kuping ku jadi nyut-nyutan mendengarnya.
“Diamm!!!” seketika itu Roy menghentika tawanya, “Eh kau mau berangkat sekolah ya??” tanya Reno.
“Mang kalau pakek seragam mau kemana lagi sih, kalau ndak ke sekolah. Kau bisa mikir kan???”
“Udah ah mending aku ndak usah ngomong deh. Kalau kena semprot mulu!!!” sahut Reno.
“Bagus kalau kau sadar!!”
“Ata, kau mau bareng kami ndak!!!!” tanya Roy.
“Mang boleh??”
“Yalah… Eh esok jadi kan ke Kedirinya??” tanya Rony.
“Ya harus jadi lah!!!” cakap ku bersemangat, yang menghentikan langkah san cowok tersebut.
“Kok berhenti sih??? Ada yang salah ya dengan cakap ku??”
“Ndak ada yang salah sih. Aku heran aja, kenapa kau semangat sekali untuk pergi jauh???” tanya Reno.
“Yalah aku semangat, pasti seru kan??”
“Iya sih seru. Esok ngumpul dirumah sapa??” tanya Roy.
“Gimana kalau dirumah Reno aja!!” sahut Rony.
“Terserah kalian aja lah, eh dah siang ni. Napa masih berhenti sih??”
“Ya udah lari yuk!! Dari pada kita telat” sahut Roy.
“Capek tau” jawab ku sambil ngedumel.
Kemudian Reno membungkuk, “naik!!!!” ucap Reno.
“Mang kau kuat menggendongku?”
“Halah badan kau kan kecil. Masak berat sih??” sahut Roy.
“Eitzz.. jangan salah gini-gini makan ku banyak lho!!”
“Dasar rakus, tapi kok ndak gemuk-gemuk ya??” sahut Roy.
“Ndak kirei lagi dong aku lau gemuk???”
“Wkwkwkwkw!!!! Tak pa ntar kita panggil kau ndut…” sahut Reno.
“Apa sih. Kau ya dari tadi ngajak ribut aja..!!”
“Ren cepat lha lama amat kau jalan??” ucap Roy.
“Woy.. kira-kira dong. Aku kan bawa muatan maklumin dong. Berat tau ndak!!” jawab Reno.
“Wkwkwkwk!!!! Salah ndiri kau kan yang minta nggendong Ata!!” sahut Rony.
“Stop!!!”
“Apa sih main stop-stop aja. Kayak tukang parkir aja kau ni. Udah telat ni kita!!” ucap Reno.
“Woy. Bang ni dha nyampek sekolah ku. Memang kau mau bawa aku kesekolahmu apa??”
“Oh ini sekolah kamu??” tanya Roy.
“Koreksi.. ini bukan sekolahku. Tepatnya aku hanya bersekolah disini!!”
“Iya maksud ku gitu tadi” sahut Roy.
“Ata ntar kau pulang jam berapa. Kita jemput ya!!!” ucap Rony.
“Apa kau kata. Mang kita ntar pulang jam berapa pakek jemput ni anak segala??” sahut Reno.
“Apa sih. Sepertinya kau sensi banget ama aku??”
“Bukannya sejak pertama kali kita bertemu kau yang sensi ama kita??” ucap Reno.
“Udah ah kalian ni. Kalau ketemu udah kayak film kartun tuh yang kucing ama tikus!!!” sahut Rony.
“Oh Tom & Jery ya Ron??” tanya Roy.
“Yo’i Roy!!”
“Sialan kalian berdua. Temen ndiri dikatain kucing!!”
“Mang kau kayak kucing.. meong..pus… meong..”
“Wkwkwkwkwkwk” Tawa Rony dan Roy. Yang membuat Reno melemparkan sepatunya.
“Aduh!!!” ucap Rony sambil mengelus-elus palanya, yang kena pesawat terbang yang jatuh tepat sasaran. Sepatu Reno maksudnya.
“Mangkanya punya cakap tuh dijaga!!!”
“Eh denger ndak????” tanya Reno.
“Denger apa. Palingan juga suara cacing yang ada diperut Roy!!” Sahut Rony.
“Eh kali ini cacing diperutku udah aku kasih makan. Tuh denger ndak bunyi kan??” ucap Roy sambil menyeret kuping Rony kearah perutnya.
“Kalian tuh. Bukan cacing diperut Roy. Tapi bel masuk dari sekolah kita udah bunyi!!!” sahut Reno.
“Wah iya.. cepat lari. Ntar kena hukuman lagi. Bye Ata!!!!” kata terakhir yang diucapkan Roy seketika meninggalkanku.
“Bye..”
“Gila… akhirnya sampai juga!!” ucap lega dari bibir manis Reno.
Sepulang sekolah. Seperti janji san cowok tadi. Yang akan menjemputku pulang sekolah. Ternyata mereka beneran menjemputku.
“Konichiwa Ata!!” ucap Rony.
“Konichiwa Ron!!!”
“Eh.. bisa ndak kita pulang sekarang. Aku capek ni???” sahut Reno.
“Iya.. iya..!!!” jawab Roy.
“Eh. Gimana kalau esok kita berangkatnya pagi buta aja!!!”
“Pagi buta??? Mang kau udah ada persiapan??” tanya Reno.
“Halah.. persiapan gitu aja. Hanya butuh waktu 1 menit kali..”
“Ok kalau begitu. Awas nanti kalau ada yang telat. Langsung ditinggal deal!!!” sahut Reno.
“Dealll”
“Eh Ata kau jangan tidur malam-malam ntar telat kita tinggal lho!!!” sahut Roy.
“Siap boss!!!”
Sesampainya dirumah. Aku mulai mempersiapkan apa yang aku perlukan selama bepergian ke Kediri esok. Baju… udah, topi… udah, Luchy… udah masuk dalam tas, handphone… udah pasti, nah cemilan ni yang belum…
Tok… tok… tok… kak… kak…
“Iya Ata, ada apa???”
“Kak anterin aku beli cemilan dong!!”
“Buat apa sih??. Lagian ini kan udah malam Ata!!!!”
“Aku esok mau pergi ke Kediri kak!!! Buat cemilan di bus!!”
“Ke Kediri??? Ama sapa Ata. Kok Ane ndak diajak??”
“Aku aja diajak Reno, Rony, dan Roy!!!!”
“Apa kau udah bilang ama bunda??”
“Udah. Katanya hati-hati… ni aku dikasih uang buat beli cemilan. Anterin yuk kak!!”
“Ya. Bentar Ane ganti baju dulu!!!”
“Aku tunggu didepan ya!!”
“Ya!!”
Esok harinya. Tepatnya pukul 6 setengah.. eh.. maksudnya setengah 6. Ternyata udah ada Reno dan Rony. Yang sedang maen gitar didepan rumah.
“Pagi.. lho Roy mana???”
“Tau thu anak. Padahal kemaren udah janji mau datang duluan. Eh ternyata mblendes..!!!” sahut Rony.
“Eh thu dia.. panjang umur kau Roy!!!” ucap Reno.
“Hayo.. hayo.. aku digosipin ya.. dasar tante… tante…!!!” sahut Roy.
“Udah yuk berangkat sekarang, ntar kesiangan lagi!!!!” ajak Reno.
“Eh Ren. Apa kau tak bawa gitar kau???” tanya Rony.
“Buat apa..??? berat tau!!!” jawab Reno.
“Ren bawa aja. Biar ndak Akiru ntar ndek bus.!!!!”
“Nah.. benar thu Ren cakap Ata!!!” sahut Roy.
Didalam bus, tak seperti biasa Reno mengajakku barcanda.. begitu juga dengan Roy.. datangnya udah telat.. di bus kerjanya hanya tidur aja!!
“Emang ni anak.. dasar kebo!!” ucap Rony. Sambil menjitak pala Roy.
“Aduh.. apa sih kau?? Sakit tau!!!” sahut Roy yang terbangun atas jitakkan maut Rony.
Aku ama Reno hanya ketawa.. ketiwi.. habis mau gimana lagi. Emang tuh anak kerjanya hanya ngebo!!!
“Ren apa kau bisa nyanyiin lagu Dear God???”
“Eh lau ndak salah tuh lagunya A7X bukan???” tanya Roy.
“Apa sih.. ikut aja urusan orang.. udah sana ngebo lagi sana!!!”
“Ya bisa lah. Wong itu lagu favoritnya Reno!!!” sahut Roiny yang membuatku melongo karna sepertinya itu juga lagu favoritku..
“Emang bener Ren??”
“Lau  iya mang napa??” tanya Reno.
“Iya ndak papa. Apa kau mau nyanyikan lagu itu untukku!!!!”
“Tentu saja, napa tidak. Tapi kau ikut nyanyi ya!!!” sahut Reno.  sambil tersenyum.
“ok!!”
A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love purpose hard to find
While I recall all the words you spoke to me
Can't help but wish that I was there
Back where I'd love to be, oh yeah
Dear God the only thing yo yeah
I ask of you is
to hold her when I'm not around
when I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again
There's nothing here for me on this barren road
There's no one here while the city sleeps
and all the shops are closed
Can't help but think of the times I've had with you
Pictures and some memories will have to help me through,
oh yeah
Dear God the only thing I ask of you is
to hold her when I'm not around
when I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again”
Karna lelah. Aku pun tertidur… sepertinya pulas lagi.. Bangun.. bangun..
“Eh.. maaph… maaph… aku ndak sengaja!!” ucap ku sambil mengangkat pala ku dari bahu Reno.
“Hm.. tak masalah. Lagian aku tak tega bangunkan kau. Sepertinya kau sangat lelah!!” sahut Reno.
“Iya sih” sahut ku sambil meletakkan kembali palaku ke bahu Reno.
“Cie… cie… yang lagi asyik ni!!!” ucap Roy.
“Apa sih kau.. udah ah. Ndak mut lagi buat tidur!!”
“Udah Ata kau tidur aja!! Lagian perjalanannya kan masih jauh juga”. Sahut Reno.
“Eh tumben kau Roy ndak ngebo??” tanya Rony.
“Orang tidur salah. Sekarang orang ndak tidur. Salah juga. Ribet banget hidup gue???” sahut Roy sambil menampakkan wajah sok melas.
“Eh… apa ndak ada yang bawa makanan apa??? Aku laper ni!!!” Ucap Rony.
“Eh tunggu. Sepertinya aku kemaren beli makanan ringan..ini…”
Beberapa jam kemudian kami sampai di Kediri. Tapi tempat bus berhenti masih jauh dengan jarak tempat tujuan kami…
“Terus kita kerumah nenek kau naik apa??” tanya Rony sambil melihat arah Roy yang sedang asyik makan..
“Eh.. tengok tuh!!! Becak!!!” sahut Reno.
“Apa becek??? Ndak becek gini lho..” ucap Roy.
“Bukan becek ndul. Tapi BECAK!!!!” sahut Rony.
“Oh becak. Mang muat kita berempat naik dalam atu becak. Mang abangnya kuat??”
“Ya muat lha. Wong kita semua badannya kecil-kecil. Apalagi tengok tuh Roy ama Ata. Lebih kecil kan!!!” Sahut Reno.
“Kau ngeledek ya??”
“Sapa yang ngeledek. Mang kau merasa ya!!!” ucap Reno.
“Udah.. jangan ribut.. bang becak..!!!” ucap Roy sambil menghentikan salah atu becak yang melewati kami.
“Eh Ata ama Reno diatas. Aku ama Roy yang dibawah” ucap Rony.
Diperjalanan.. Roy menceritakan tentang desa tempat neneknya tinggal.
“Eh. Ata ntar lau nyampai ikut aku yuk!!!!” ajak Roy.
“Eh kau mau ajak Ata kemana?? Kok kita-kita ndak kau ajak juga!!!” sahut Rony.
"Halah. Ke sungai. Kalau kalian mau ikut ya ikut aja. Sungainya tuh bersih lho. Ndak seperti sungai yang dirumah kita!!!” ucap Roy.
“Wah boleh tuh!!” sahut Rony.
Sesampainya dirumah nenek Roy. Kami disambut dengan ramah sekali. Sepertinya sifat Roy turun dari neneknya.
“Eh kalian udah sampai. Gimana perjalanannya. Menyenangkan??” tanya nenek Roy.
“Menyenangkan sekali nek. Eh nek apa Roy kalau naik bus itu selalu tidur ya???”
“Iya. Roy emang kerjanya suka tidur. Kalau kena angin sama denger lagu. Wah udah terlelap dia!!” jelas nenek Roy.
“Oh.. pantesan ketika Reno nyanyi tadi si Roy udah ngebo!!” sahut Rony.
“Wkwkwkwk!!!” kami semua  tertawa. Sampai Roy pun ikut tertawa. Aneh.. padahal kan kami sekarang lagi bicarain dia. Napa dia ikut ketawa..???
“Woy.. Roy napa kau ikut ketawa.. kami semua lho lagi ngomongin kau..??” sahut Rony.
“Hahhhh????” jawab Roy.
“Eh.. Roy jadi kan ke Sungainya??”
“Oh.. jadilah.. btw apa kau tak lelah???” tanya Roy.
“Tak!!”
“Ya udah.. bentar aku izin ke nenek dulu!!” sahut Roy.
“Jangan lama-lama!!!” teriak Rony dari luar..
Di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba aku terpleset.. habis jalannya licin… untung aja ada Reno dibelakangku. Jadi aku ndak jadi jatuh…
“Eh.. eh… lepas… lepas dipegang kau tuh menjadi nightmare buat ku..”
“Ketus banget sih kau… Masih untung kau ndak jatuh. Kalau tau gini. Mending aku  biarin kau jatuh aja tadi!!!” sahut Reno.
“Udah. Kalian ini ya. Kalau bertemu kerjanya berantem mulu. Capek aku lihatnya!!!” ucap Rony.
“Kalau kau capek ya.. tak usah kau lihat simpel kan??” sahut Reno.
“Lho. Aku punya mata.. meskipun aku ndak mau melihat.. toh kelihatan juga kan!!!” Jawab Rony.
“Eh dah sampai ni.!!!” Ucap Roy.
“Wah.. indah banget Roy pemandangannya!!!”
“Ya lha. Lau ndak indah ngapain kalian aku ajak kesini??” sahut Roy.
“Eh.. apa kau sering kesini???” tanya Rony.
“Ya.. dulu waktu ama nenek. Sekarang nenek makin tua.” Jelas Roy.
“Eh Roy. Ntar malem anterin aku kesini dong!!”
“Ngapain kau ajak Roy kesini malem-malem??” tanya Reno.
“Apa sih kau?? Kepo banget jadi orang!!”
“Hayoooo ngapain ajak Roy malem-malem kesungai???” ucap Rony penuh curiga.
“Kau mikir apa sih??” tanya Roy.
“Eh.. eh.. aku hanya mau tau aja. Tempat ini kalau malem seperti apa?? Pasti lebih indah. Apalagi kalau ada kunang-kunangnya!!!”
“Eh.. kunang-kunang tuh bukannya kukunya orang yang udah mati ya???” tanya Rony.
“Aku juga ndak tau sih. Ntar lau dah pulang. Aku tak pergi kemakam nenek ku deh!!”
“Hahhh… buat apa kau kemakam nenek kau??” tanya Reno.
“Ya, buat ziarah lha. Dan tanya ke nenek. Apa kukunya nenek ku jadi kunang-kunang tau ndak!!” sahut ku yang membuat san cowok itu melongo.
“Kichigai no kau. Masak orang mati diajak bicara???” ucap Reno.
“Kau yang kichigai no”.
“Pukul berapa Ata. Ntar kita kesini??” tanya Roy.
“Terserah kau aja!!”
“Aku ikut ya!!” ucap Rony.
“Boleh.. eh kau tak ikut juga Ren??”
“Tumben kau mengajakku??” tanya Reno memandangku.
“Ya, kalau kau tak mau juga ndak papa sih!!”
Malam hari. Tepatnya pukul 20.00.. aku bersama Roy, dan Rony. Keluar rumah. Tapi kami tak izin ama neneknya Roy. Ntar malah ndak boleh pergi lagi.. seketika kami mau pergi tiba-tiba..
“Eh. Katanya kau tak ikut???” tanya Rony.
“Akhirnya jadi ikut juga kau??”
“Ndak boleh. Ya udah kalau ndak boleh, aku masuk lagi!!!” sahut Reno.
“Eh..eh.. jangan ngambek gitu dong.. cup..cup..!!!”
“Kau kira aku anak kecil apa??” ketus Reno.
“Udah.. udah jadi pergi ndak sih??” tanya Roy.
“Jadi..jadi…berangkat sekarang yuk. Ntar keburu nenek kau bangun lagi!!”
Sesampainya di sungai yang kami datangi tadi siang.. Wow.. sungguh memang sangatlah indah kalau di malam hari..
“Widihhh… ini tempat indah juga ya.. kalau di malam hari????” ucap Reno.
“Eh. Roy boleh pinjem jacketnya ndak???”
“Kau kedinginan ya??” tanya  Roy. Sambil memakaikan jacketnya ketubuhku.. Gila ini anak emang sosweetnya minta ampun. Tapi ya gitu deh. Anaknya sedikit gimana gitu???
“Widih… sosweetnya!!” ucap Rony menggoda.
“Eh… Reno mana???” tanya Roy.
“Oh.. iya ndak sadar aku. Lau anak itu menghilang..!! padahal baru aja ama aku disini” sahut Rony.
“Ren.. ngapain kau disini??”
“Aku menghitung bintang. mau ikut??” sahut Reno.
Gila. Tiba-tiba aja aku inget ama kak Wahyu dan Hilmy…
“Ndak!!” bentak ku pada Reno. Tapi aku ndak sengaja untuk membentaknya. Tiba-tiba aja amarah ku datang dengan sendirinya.
“Kau kenapa sih.. aku kan tanya baik-baik napa kau sewot gitu sih??” sahut Reno meninggalkan ku sendirian ditepi sungai.
“Eh. Ren apa kau liat Ata??” tanya Roy.
“Tau ah gelap!!” jawab Reno cuek. Seakan akan mendengar namaku aja udah marah..
“Roy… Ata ditepi sungai!!” teriak Rony.
“Ngapain sih kau disini. Lau kau jatuh kesungai gimana??” ucap Roy. Memandangku khawatir.
“Wkwkwkwk… Roy kan ndak bisa berenang. Gimana dia mau nolongin kau???” sahut Reno.
“udah.udah balik yuk. Ntar nenek kau bangun. Terus nyariin kita lagi!!!” sahut Rony.
“Sesampainya di rumah. Kami masuk kamar untuk beristirahat. Kami tidur dalam atu ruangan. Tapi jangan pikir kami kumpul kebo ya.. Is Not Good… meskipun kami tidurnya atu ruang. Tapi diruangan itu terdapat beberapa ranjang. Jadi.. atu ranjang atu orang..
Ketika ku pejamkan mata.. tiba-tiba..
“Ata…”
Sepertinya ada yang memanggil namaku. Tapi kuliat anak-anak udah pada ngebo semua… Haaa. Apa jangan.. jangan hantu lagi… Hiiiiii…
“Ata…”
“Haduh ini sapa sih panggil-panggil???” teriakkku.
“Aku Reno.. Ata.. kau belum tidur???” tanya Reno.
“Belum!! Ada apa???”
“Apa aku boleh tanya sesuatu???” tanya Reno. Yang membuat ku jadi bangun dari posisi tidur. Dan memandangnya dengan sedikit ragu.
“Tanya apa????”
“Apa kau suka ama Roy??” lagi-lagi pertanyaan Reno membuatku tertawa.
“Hahahaha.. napa kau cakap begitu. Mang lau aku suka ama Roy. Masalah??”
“Ndak sih. Ya udah kalau gitu. Kau tidur gih dah malam!!!” sahut Reno. Sambil mengambil selimut.
Ya udah aku pun tidur. Tapi aneh mengapa Reno tanya gitu ya… Hmmm… apa dia suka ama aku..
No… no… no… tuh tak mungkin.. udah ah dari pada mikirin tuh anak mending aku tidur.
Keesokan harinya.. Roy mengajakku jalan-jalan menikmati indahnya suasana pagi…
“Ohayo gozaimasu Ata!!!” ucap Roy..
“Ohayo gozaimasu Roy..”
“Ata.. ikut aku yuk.. jalan-jalan!!” ajak Roy.
“Tapi Rony dan Reno gimana??”
“mereka kan masih ngebo..” jelas Roy.
“Tumben kau bangun pagi. Biasanya kan kau yang suka ngebo!!!” perkataan ku yang membuat Roy tertawa…
“Ya kan ini.. didesa… !!” sahut Roy..
“Eh. Kau mau ajak aku jalan-jalan kemana??”
“Hmm. Kesuatu tempat…” ucap Roy yang membuatku semakin penasaran..
“Kau tuh selalu aja…”
“Ya kan aku mau kasih kejutan buat kau Ata!!” sahut Roy.
Kemudian kami jalan.. tiba-tiba Roy berhenti..
“Napa berhenti???”
“Sini… sini…” Roy mengajakku ke semak-semak..
“Eh… kau mau mesum ya!! Aku ndak nyangka kau sepicik ini” tuduh ku ke Roy..
“Udah ngocehnya??? Aku mau ngasih tau kau ini!!” jelas Roy sambil menunjukkan bahwa dibelakang semak-semak itu terdapat waterfall yang indah banget.. airnya sangat jernih..
“Hehehehe… yurushi!!”
“Yurushi.. yurushi… mangkanya punya ba to the cot itu dijaga!!! Kau kok bisa sih mikir kalau aku mau berbuat mesum??” tanya Roy.
“Habis.. tiba-tiba kau ajak aku ke semak-semak. Mana sepi lagi..”
“Hehehe.. kau takut ya…??” goda Roy…yang membuatku sangat kesal padanya..
“Ya.. takut lah.. apalagi tampang kau seperti itu!!”
“Eztt.. memang tampangku gimana tampan bukan??. Eh Ata.. aku mau cakap sesuatu pada kau..” ucap Roy..
“Mang kau mau cakap apa??”
“Aku… aku…”
“Iya kau.. kau kenapa??”
“Aku.. suka ama kau Ata.. maukah kau jadi joseiku..??” perkataan Roy barusan membuatku melongo.. bagaimana tidak.. semenjak aku punya cowok.. aku selalu menganggap mereka adalah seorang Ani bagiku.. masak aku mau ngulangin itu lagi sih.. Gimana ini.. jujur.. aku pernah deket ama Rezky. Dan merasa kalau dia itu First Love ku… tapi aku masih ragu.
“Hey.. Ata… masih bernafas??” tanya Roy..
“Ya masih lah!!”
“Lantas napa kok bengong.. hayo mikir apa??” goda Roy.
“Apa sih. Kepo banget!!!!”
“Eh.. kau belum jawab lho!!!!” sahut Roy.
“Mang kau tadi nanya apa??”
 “Huuuffftttt. Harus ya diulang??” sahut Roy..
“Harusss!!!”
“Yealah…Ata aku suka ama kau.. apa kau mau jadi joseiku??” tanya Roy mengulang perkataanya tadi. Yang sengaja aku suruh mengulang.
“Hmm.. gimana ya?? Mang kau maunya aku jawab apa???”
“Aku mau kau jawab ya” sahut Roy.
“Kalau begitu.. ya!!”
“Benar.. kau mau jadi joseiku??” tanya Roy masih belum yakin..
“Iya.. Roy… apa kurang jelas. Eh tunggu. Tapi jangan kasih tau Rony ama Reno..!!!”
“Lho emang napa? Kan mereka sobat!!!” tanya Roy..
“Ya aku ndak mau mereka menggoda ku turus.. menerus!!!!”
“Ok.. ya udah pulang yuk.. ntar mereka nyariin kita!!!” Ajak Roy..
Selama perjalanan pulang. Aku dan Roy bercakap.. cakap.. tiba-tiba ada Rony ama Reno yang berjalan menuju kami.
“Dari mana aja kau??” tanya Reno.
“Iya nih. Jalan-jalan ndak ngajak-ngajak!!” sahut Rony.
“Eh. Kalian mau kemana???” tanya Roy pada kedua temannya.
“Kepo banget sih!!” sahut Reno sinis..
“Sinis amat sih Ren??”
“Masalah buat lho??” tanya Reno..
“Udah ah Roy. Balik aja kalau gitu..”
“Eh . aku balik dulu ya!!” sahut Roy pada kedua temannya.
Aku masih ndak ngerti aja. Tentang sifat Reno.. dikit baik. Dikit marah.. dasar anak aneh.
Sesampainya di rumah. Aku mulai membantu nenek Roy masak.. ya padahal aku tuh sebenarnya ndak bisa masak. Tapi taka apa lah..
“Ata. Tolong ambilkan nenek merica!!!” pinta nenek yang membuatku jadi mati kutu.. aku  kan sama sekali ndak tau bumbu dapur.. mampus aku…
“Ata.. tolong ambilkan nenek merica.. tuh disebelah kamu!!!!” pinta nenek sekali lagi..
Aduhh gimana nih.. karna bingung sampai-sampai aku mandi keringat.. gila..
Tanpa pikir panjang aku pun mengambil salah atu bumbu dapur yang bentuknya bullet-bulet kecil.. setahuku merica itu bentuknya gitu kan..
“Ini nek!!!!” tanganku gemetaran saat memberikannya…
“Eh.. Ata ini apa??.. bukan merica!!!! “sahut neneknya Roy.
“Hahhh.. oh iya nek maaph nek saya tadi melamun!!!” sahutku.. hehehe. Padahalkan aku tadi ndak melamun. Aku kan emang ndak tau itu bumbu yang mana..
Akhiirnya nenek mengambilnya sendiri dan beliau tunjukkan padaku..
“Ini lho yang namanya merica itu!!!!” tunjuk nenek Roy.
“Nek..Roy mana ya??”
“Di.. belakang rumah mungkin!!! Kamuu pangggil aja sekalian suruh dia makan!!!” sahut nenek.
Aku pun keluar mencari Roy.. Eh ternyata dia malah asyik-asyikan maen gitar ama Reno, ama Rony..
“Eh Ata… sini ikut nyanyi yuk!!!” ajak Rony.
“Ndak ah.. malas..!!”
“Kok malas??? Tanya Roy.
“Lantas napa kau kesini??” tanya Reno sinis..
“Hiii kau ni emang nyebelin banget sih jadi orang..!!!! Aku tadi disuruh panggil kalian ama nenek. Untuk makan.. udah ah.. jadi bete aku kalau gini!!”
“Eh.. Ata tunggu!!!” cegah Roy sambil mengejarku..
“Apa lagi sih. Kau udah tau kan. Kalau kehadiranku disini ndak disukai ama teman kau!!!”
“Udah.. hiraukan aja tuh anak. Dia emang gitu. Tapi sebenarnya dia itu baik!!!” jelas Roy.
“Udah. Panggil teman kau. Suruh mereka makan!!”
“Ron, Ren… makan yuk dah disuruh nenek!!!” teriak Roy.
“Aku ntar aja Roy.. kau makan lah dulu!!!” sahut Reno.
“Eh.. kau cakap apa barusan… kasihan tau. Nenek Roy udah masak buat kita.. hargai dikit napa!!!!” bantah Rony.
Kemudian kami makan bersama. Dan Reno masih melihatkan wajahnya yang kesal..
“Roy… esok aku mau balik.. aku kangen ama Orang rumah!!!”
“Lho kok buru-buru.. lagian liburan kalian kan masih satu minggu lagi???” tanya nenek Roy.
“Iya nih Ata. Udah disini aja dulu.. kan masih lama liburan kita.. toh kalau kau kangen. Kau kan bisa telfon mereka.. apa gunanya kau bawa handphone??” sahut Rony.
“Heyy ada apa sih??” tanya Roy dengan lembut..
Selepas makan aku. Mulai bercerita pada Roy.. kalau sifat Reno padaku agak gimana gitu..
“Roy.. Reno kok gitu sih ama aku??”
“Gitu gimana maksudnya??” tanya Roy.
“Ya, dia tuh aneh.. kadang baik.. kadang kesal padaku. Padahalkan aku tak pernah berbuat apa-apa yang bisa buat dia kesal!!”
“Ya. Mungkin aja dia seperti itu. Biar dia mengenal kau lebih deket!!!” jelas Roy.
“Apa dia tau lau kita ada hibungan?? “
“Hmmm.. yurushi Ata.. mereka udah tau..!!” ucap Roy merasa bersalah.
“Udahlah tak apa. toh cepat atau lambat mereka juga tau!!”
“Apa kau esok jadi balik??” tanya Roy penuh harapan..
“Hmmm.. kasih tau ndak ya???”
“Ata. Kau jangan buat aku jadi kepo dong!!!” ucap Roy yang membuatku jadi tertawa geli..
“Hmmm.. ndak!!”
“Maksudnya kau tak jadi balik??” tanya Roy sedikit tersenyum.
“Iya.. Eh.. apa aku boleh panggil kau Ani??”
“Tentu. Napa tidak??” sahut Roy membuatku jadi lebih tenang.
“Arigato. Kau emang Ani ku yang paling baik..!!” Wadhuu sepertinya sifat ku kembali lagi.. oh Ata.. jangan sampai kau melakukannya lagi…
Maen gitar yuk ama Reno. Ama Rony. Sekalian kau kan bisa deket ama Reno. Jadi tak berantem lagi!!” jealas Roy.
“Hmmm. Ya udah lha!!!”
“Hey… nyanyikan lagu tinggal kenangan dong!!!” pinta Roy.
“Hmmm. Ngapain kau ajak tuh anak sih Roy??” sifat sinis Reno pun muncul..
“Halahh. Kau ini!!!!” sahut Rony.
“Ya udah lagu apa tadi?? Eh Ata kalau kau bisa. Kau boleh ikut nyanyi juga..” ucap Rony.
Pernah ada rasa cinta antara kita
Kini tinggal kenangan
Ingin kulupakan semua tentang dirimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu oh bintangku
Jauh kau pergi meninggalkan diriku
Di sini aku merindukan dirimu
Kini ku coba mencari penggantimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu oh kekasih
” Roy memandangku. Gila sosweet banget ini anak..
“Modus kau Roy” sahut Reno. Yang membuatku jadi tersenyum.
Lama-lama Reno pun mengajak aku berbicara..
“Ata. Apa kau bisa lagunya A7X yang SEIZE THE DAY???” tanya Reno..
“Hmm. Bisa mang napa?”
“Tak apa. katanya Roy itu enak lagunya!!” sahut Reno.
“Mang bisa dimakan??” hmm lagi-lagi aku bisa membuat Reno tersenyum.
“hahahahay kau ini bisa aja. Maksudku lagunya enak untuk didengerin!!!” jelas Reno.
Ketika aku menyanyikan lagu itu.. Reno pun menyanyikannya dalam bahasa indonesian..
Seize the day or die
Manfaatkan waktu atau (kau 'kan) mati
Regretting the time you lost
Menyesali waktu yang hilang
It's empty and cold without you here
Rasanya hampa dan dingin tanpamu di sini
Too many people to ache over
Terlalu banyak orang yang harus dipikirkan
I see my vision burn
Kulihat visiku terbakar
I feel my memories fade with time
Kurasakan kenanganku memudar seiring waktu
But I'm too young to worry
Namun aku terlalu muda untuk kuatir
These streets we travel on
Jalan-jalan yang kita lalui ini
Will undergo our same lost past
Akan mengalami kehilangan seperti di masa lalu
I found you here
Kutemukan kau di sini
Now please just stay for a while
Kini tinggallah sebentar saja
I can move on with you around
Aku bisa bertahan bersamamu
I hand you my mortal life
Kuserahkan nyawaku yang tak abadi
But will it be forever?
Namun akankah ini selamanya?
Ketika itu. Aku mulai berhenti. Dan mengingat akan pertanyaan Reno waktu itu..
“Napa berhenti??” tanya Reno..
“Hmmm.. capek!!!”
Malam harinya tak tau kenapa. Tiba-tiba Rony. Menghampiriku.. kelihatannya dia mau bilang sesuatu padaku..
“Ata. Bisa bicara ndak??” tanya Rony.
“Hmm.. bentar!! Ada apa??”
“Sebenarnya tuh aku suka ama kau!! Tapi Roy udah bilang duluan ke kau jadi ya.. aku jadi ragu” sahut Rony yang membuatku jadi bingung.
“Hmm. Tapi aku ama Roy ada hubungan. Dan aku udah anggap dia sebagai Ani ku.!!”
“Apa aku juga boleh jadi Ani kau??” tanya Rony.
“Hmm. Ya boleh lah!!!”
“Ya udah. Sana gih tidur. Dah malam!!” pinta Rony.
“Siap Ani.. hehehe..”
Hmmmm. Aku udah deket ama Rony. Bahkan aku udah pacaran ama Roy. Tapi masih ada yang kurang sihh?? astaga Reno. Susah amat sih tuh anak dideketin??
Esok harinya. Tiba-tiba Reno mengajakku pergi kesungai. Tak seperti biasanya nih anak baik-baik ama aku..
“Ata.. ke sungai yuk!!” ajak Reno.
“Tumben kau baik??”
“Kau nih gimana sih.. aku cuek… kau marah.. aku baik.. kau jadi sinis??” sahut Reno..
“Ya.. aku heran aja!!!”
Sesampainya di sungai. Reno. Menaruh sesuatu diatas kepalaku..
“Eh.. kau kasih apa ini?”
“Hmm.. bunga!!!” sahutnya sambil tersenyum.
“Tumben kau sosweet banget hari ini?????”
“Ya, ndak papa. Mang ndak boleh??”
“Ya boleh sih. Tapi tak seperti biasanya aja. Kau yang biasanya jutek. Sekarang seromantis ini!!!”
“Tapi sayang kau udah ama Roy!!!” sahut Reno sambil menatapku. Kelihatannya mengandung makna tuh tatapan. Tapi aku ndak tau apa.
“Hmm. Mang napa??”
“Ya. Aku mau jujur pada kau..!!”
“Tentang apa??”
“Perasaanku pada kau. Kenapa aku selama ini sinis, jutek, cuek pada kau. Karna aku suka pada kau. Tapi kau udah ama Roy. Ndak mungkin kalau aku mendekati kau” jelas Reno. Membuatku berfikir panjang. Gila ternyata aku terjebak pada apa ini. Masak cinta segi empat sih. Tapi memang sih aku. Pernah berharap kalau aku bisa deket ama Reno. Habis dia keren sih... Tapi Roy juga tak kalah keren.. Hmm semuanya begitu rumit..
“Kok.. diem. Aku salah cakap ya?? Yurushi ya. Aku Cuma mau jujur tentang perasaanku aja!!” tanya Reno..
“Hmm. Ndak papa.. bagus kalau kau jujur. Jadi aku tau kenapa kau selama ini bersifat seperti itu..! tapi kau juga bisa deket ama aku. Lebih dari seorang teman”
“Maksud kau.. kau mau duain Roy gitu??” tanya Reno heran..
“Ehh.. ndak. Gitu. Maksudku kau bisa jadi Aniku..”
“Oke Lha. Tak apa!!”
“Balik yuk!!!” gila napa aku jadi gugup gini ya.. ndak seperti biasanya..
“Eh.. napa kau.. gugup ya.. hayo Ata??” Ejek Reno.
“Apa sih kau.. ndak ya!!! Ngapain aku gugup??”
Seketika kami balik. Astaga Roy….
“Ngapain kau berduaan ama Ata??” tanya Roy sinis pada Reno.
“Hmm. Kami Cuma jalan-jalan aja. Mang ndak boleh ta???” sahut Reno.
“Apa benar Ata??”
“Iya Ani ngapain juga sih aku bohong??”
“Ok.. btw esok kita udah bisa balik. Aku udah bilang ke nenek!!” jawab Roy.
“Eh. Ren.. apa kau liat kaosku warna putih??” teriak Rony.
“Oh.. aku kira kain pel!!!” sahut Reno.
“Kain pel pala lo peyang. Tuh kaos kesayanganku ndul…” bantah Rony.
“Udah.. udah ntar kan bisa dicuci. Gitu aja ribut.”
Tak lama kemudian nenek memanggilku..
“Wah.. ada apa nih.. ampun deh.. apa nenek minta bantuanku untuk memasak.. aduhh. Mampus aku?? “
“Hey.. kau dipanggil nenek tuh!!” gertak Rony.
“Iya..iya aku dah denger kali!!!”
“Kalau dah denger ngapain kau masih disini??” tanya Reno kembali sinis. Tapi aku tau maksudnya.. biar  Roy ama Rony tak curiga. Lau Reno habis nyatain perasaanya padaku..
“Ata.. napa sih?? Ada masalah??” tanya Roy dengan lembut.. ya bisa dibilang selembut kain sutera atau semacamnya.
“Hmm.. aku takut disuruh bantuin nenek memasak!!!” jawabku yang membuat ketiga cowok itu melongo. Menatapku penuh makna. Atau sebaliknya yang menganggpku aneh.. iya sih emang aku tak bakat kalau disuruh menghafal bumbu dapur.
“Apa.. kau tak bisa masak??” tanya Reno.
“Kau ini josei lho Ata. Masak kau tak bisa memasak sih??? Adik ku aja josei. Kelas 3 SD udah bisa masak apa aja!!!” sahut Rony.
“Kau ngeledek ku ya. Awas kau. Aku cincang mampus kau!!!”
“Ya. Udah sana gih.. ntar aku bilangin ke nenek kalau kau tak bisa memasak. Biar kau diajari ama beliau!!” sahut Roy.
“Apa kau udah gila.. mau ditaruh mana ini muka??”
“Aku lebih malu lagi. Punya cewek kok ndak bisa memasak.!!” Sahut Roy..
“Oh.. jadi kau malu.. ya. Udah kalau gitu lebih baik kita End saja.. kau tak malu. Dan aku tak usah susah payah belajar memasak!!!! “
“Kok gitu sih??” tanya Roy.
“Habis kau kan yang mulai duluan..”
“Tapi. Aku mau kau itu bisa melakukan hal yang sangat wajib dilakukan ama seorang josei.” Sahut Roy.
“Udah.. Ata gini aja. Lebih baik kau jujur ama nenek. Jadi kau tak perlu lagi deh bantu beliau!!” saran Rony.
“Tapi. Kau akan diajari beliau memasak!!” lanjut Reno.
“Hmmm.. yalah.. aku ngalah.. ok Roy. Kali ini aku turutin apa yang kau mau. Awas kau kalau ndak mau nurutin apa yang aku mau!!!”
“Ok!!” sahut Roy jelas. Sambil memberi motifasi untuk giat belajar masak ama nenek.
Beberapa bulan kemudian.. aku dah lulus Sekolah Menengah Pertama. Itu tandanya aku akan melanjutkan ke Sekolah Menenngah Atas.. Hmm. Roy, Reno, ama Rony.. mengajakku berlibur lagi ke rumah nenek Roy. Hmm… Kali ini aku tak perlu takut lagi untuk bantuin neneknya Roy memasak. Karna aku udah beberapa bulan ini belajar ama memez.
“Ata. Apa kau tak takut. Ntar kalau disuruh nenek bantuin masak??” tanya Roy.
“Hmm. Tak lah.. aku kan dah jago memasaknya!!!”
“’Halahhh. Palingan juga masak air??” ejek Reno.,
“Kalau masak air sih. Semua orang bisa ndul!!”
“Wkwkwkwkww!!!” tawa Rony.
Selama dirumah nenek Roy. Aku tak bosen-bosennya buat kue. Kue apa aja udah pernah aku coba untuk membuatnya. Sampai-sampai nenek Roy yang belajar padaku.. hmm kali ini aku naik pangkat nih.. hehehe..
“Ata.. apa kau bisa bikin kue Nastar????”  tanya Rony.
“Hmmm. Ya bisa lha.. tapi apa kau punya duit??”
“Buat apa duit???” tanya Rony. Yang seperti orang tak punya otak.
“Ya.. buat beli bahannya lah!!!!”
“Lho. Kau bukannya udah beli ya kemaren??”
“Itu.. bahan buat bikin kue putu kali!!!”
“Mang ndak sama ta. Bahannya???” tanya Reno.
“Ya ndak lah!!”
“Ye.. cewek ku sekarang udah pinter ni ye.. !!” sahut Roy.
“Ya lah.. kan belajar!!”
“Aku juga mau dong jadi cowok kau Ata??” sahut Rony.
“Aku juga Ata?? Lanjut Reno.”
Sepertinya perkataan Rony ama Reno. Membuat pala Roy muncul tanduk merahnya tuh.,.hehehehe….
“Udah.. udah.. sebenarnya aku. Tuh ndak anggap Roy sebagai cowok ku!!!!”
“Hahhhh??? Lantas selama ini kau anggap aku apa??” tanya Roy. Menatapku.
“Aku. Udah anggap kalian seperti Ani ku. Karna aku ingin sekali punya Ani. karna kan kalau punya Ani tuh bisa menjagaku. Roy yurushi..”
“Hmm. Tak apa Ata.. aku mengerti.. aku dah tau kali. Kalau kau tuh selama punya cowok.. cowok kau pasti.. kau anggap sebagai Ani!!!” jelas Roy. Yang membuatku bingung. Gimana dia bisa tau. Padahal aku tak pernah cerita soal itu pada siapa pun. Termasuk Ane ku sendiri.
“Hm.. dari mana kau bisa tau??”
“Ya.. tau lah.. apa kau kenal Wahyu???” Pertanyaan Roy barusan mengingatkanku pada kak Wahyu. Eh.. kok Roy bisa tau tentang kak Wahyu juga sih..
“Hmm.. Wahyu sapa??”
“Hmm. Kau kan pernah atu kelas kan ama dia??”
“Haaaa.. kak Wahyu.. kok kau bisa kenal ma dia??”
“Ya kenal lha.. Wahyu itu saudara ku. Dia pernah cerita lau punya adhik namanya Ata, rumahnya deket rumah ku.. jadi ketika pertama kali kita bertemu tuh. Sebenarnya aku dah tau kau Ata!!!!”
“Sialan.. napa kau tak pernah bilang sih???”
“Hmmm. Tak apa.. Wahyu banyak cerita tentang kau, dan Hilmy…” sahut Roy.
“Hilmy tuh sapa?? Apa dia mantan kau??” tanya Rony.
“Hmmm. Dia temen ku.. yang paling resek.. tapi dia baik.. dan dia pernah jadi Ani ku..Semenjak kak Wahyu ama Hilmy tak tau kabarnya. Dan aku bertemu ama kalian . aku ingin sekali kalian tuh bisa jadi Aniku. Sampai akhirnya gini dhe urusannya????”
“Hmmm tapi kan kita semua. Bahagia dengan adanya kau Ata!!” sahut Rony.
“Akhirnya masalah ini selesai juga!!!!” ucap Roy. Reno. Dan Rony.. sambil memelukku.. Hmmm si Rony malah mencubit pipiku.. wah jadi tembem deh…”Tak apa ntar mirip Luchi, hehehe” sahut Roy.

Kamus Kecil
Gakko              :   Sekolah
Shi-to             :   Kelas empat (lV)
Akiru               :   Bosan
Josei               :   Perempuan/cewek
Sakka              :   Sepak bola
Go-to               :   Kelas lima (V)
Ni                    :    Dua (2)
San                  :   Tiga
Roku-to           :    Kelas enam (Vl)
Usotsuki          :    Pembohong
Sayonara         :    Selamat tinggal
Ani                  :     Kakak laki-laki
Yurushi            :    Ma’af
Okoru              :    Marah
Kichigai no       :     Gila
Tanshoto         :     Senter (lampu sorot)
Tokei              :      Jam
Konban wa       :     Selamat malam (bertemu)
Yubi-wa           :      Cincin
 

Komentar