KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.Atas berkat dan Rahmat-nya
saya dapat menjalankan sebuah kehidupan dengan penuh realita yang
berkepanjangan. Dimana saya dapat membuat sebuah makalah
penuh dengan kesadaran dan tidak kesadaran.
Dalam membuat sebuah penyusunan
kata untuk merangkai sebuah kata hanya ini yang kami
bisa. Tidak lebih dan tidak kurang dari sebuah apa yang kami
pikirkan dan hanya ini yang saya bisa. Dimana saya dapat membuat sebuah makalah
yang bertema Penetasan Telur Puyuh. Semua isi-nya hanya bisa di pahami
dan bisa di mengerti.
Demikian atas partisapasi saya
dalam membuat makalah ini dengan penuh kesederhanaan. Karena hanya ini yang
saya bisa. Kalau ada kritik dan saran tolong di sempurnakan.
Mojokerto, 11 Juni 2014
ii
Daftar isi
Cover……………………………………………………………………………………………i
Kata
pengantar…………………………………………………………………………………ii
Daftar isi………………………………………………………………………………………..iii
Pendahuluan I
……………………………………….…………………………………………1
Latar belakang……………………………………….………………………………..1
Tujuan…………………………………………………………………………………..2
Pembahasan II
…………………………………………………...…………………………….2
Penetasan telur puyuh…………………………………………………………………2
Syarat-syarat telur puyuh……………………………………………………………..2
Tata laksana penetasan telur puyuh…………………………………………………3
Persiapan
penetasan…………………………………………………………………………….3
Pelaksanaan
penetasan………………………………………………………………………….3
faktor yang mempengaruhi penetasan telur………………………………………………………8
penutup…………………………………………………………………………………………..iv
kesimpulan………………………………………………………………………………..v
saran……………………………………………………………………………….……v
daftar pustaka…………………………………………………………………………….…..vi
iii
PENDAHULUAN
I
1.1
Latar Belakang
Unggas
adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk daging
dan/atau telurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu. Umumnya
unggas merupakan bagian dari ordo Gallifores . Unggas adalah tipe hewan yang
berkembangbiak dengan cara bertelur.
Telur
adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gisi seperti air, protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan
embrio sampai menetas. Telur yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau
yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang sudah
dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut
disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi, artinya telur
tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi
saja. Adapun untuk menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang
menunjang keberhasilan dalam menetaskan.
Penetasan
pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan
embrio unggas. Lama penetasan telur
ditempat pengeraman sangat tergantung dari jenis hewannya. Semakin kecil hewan,
semakin kecil telur yang dihasilkan. Dan, semakin tinggi suhu badan hewan,
semakin pendek waktu penetasan telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannya
seragam, waktu penetasan akan selalu hampir bersamaan. Berbeda dengan ayam, jenis unggas lain seperti itik dan puyuh
tidak mempunyai sifat mengeram. Dahulu, untuk memperbanyak populasinya hanya
dengan seleksi alam, baik oleh induknya maupun oleh lingkungan. Namun saat ini,
dengan adanya alat penetas buatan akan mempermudah perbanyakan populasi unggas
ini.
1
1.2
Tujuan
1.
Mengetahui apa itu penetasan telur.
2.
Mengetahui syarat penetasan telur yang baik.
3.
Mengetahui tata laksana penetasan telur.
4.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi penetasan telur.
PEMBAHASAN
II
1.2.1
Penetasan telur
Penetasan
telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin penetas
telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk
ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan populasi unggas
biasanya ditempuh dengan cara menetaskan telur yang sudah dibuahi. Menurut
Paimin (2000) penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami
(induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas). Kapasitas produksi
unggas sekali pengeraman hanya sekitar 10 – 15 butir telur. Akan tetapi, untuk
mesin tetas sangat bervariasi tergantung kapasitas mesinnya (minimal 100 butir telur).
1.2.2
Syarat – Syarat Penetasan Telur
Agar
mencapai hasil yang diinginkan, maka telur yang ditetaskan harus memenuhi
syarat – syarat sebagai berikut :
Kondisi Telur.
- Ukuran telur relatif normal. Tidak terlalu besar atau terlalu kecil.
- Usia telur tidak lebih dari 7 hari.
- Bentuk telur oval, tidak memanjang – lonjong. Umumnya telur memanjang lonjong tidak akan menetas.
- Warna telur tidak pucat dan tidak ada retakan.
2
Umumnya,
pilih warna telur yang ada warna putihnya.Warna coklat polos, coklat tua
dengan pulau-pulau warna tidak dianjurkan (berdasarkan pengalaman, sedikit yang
menetas). Demikian juga yang putih polos, sulit untuk menetas.
1.2.3 Tata laksana
Persiapan
Temperatur dan Kelembaban.
- Suhu antara 38o - 39 o C. Referensi lain, menyatakan temperatur terbaik 38,7o C.
- Kelembaban 65-70% pada mesin penetas. Referensi lain 45-50%. Saya belum tahu persis mana yang lebih tepat. Namun, selama ini ditambahkan nampan berisi air yang diletakan di bawah mesin penetasan tanpa kipas sudah cukup.
Hari ke 1
·
Suhu mesin tetas dijaga stabil pada
kisaran 98o - 100o F
·
Posisi telur datar jangan
dibolak-balik
·
Lubang ventilasi ditutup rapat
·
Isi air pada bak/nampan tempat air
·
Letakan
telur dengan ujung yang kecil (lancip) di bagian bawah. biarkan telur pada
tempat penetasan (egg tray) tanpa digoncang atau digoyang. Temperatur,
sesuai dengan temperatur yang dikehendaki (38o - 39 o
C. )
Hari ke 2
·
Suhu mesin tetas dijaga stabil pada
kisaran 98o - 100o F
·
Posisi telur datar jangan
dibolak-balik
·
Lubang ventilasi ditutup rapat
·
Isi air pada bak/nampan tempat air
·
Letakan
telur dengan ujung yang kecil (lancip) di bagian bawah. biarkan telur pada
tempat penetasan (egg tray) tanpa digoncang atau digoyang. Temperatur,
sesuai dengan temperatur yang dikehendaki (38o - 39 o
C. )
3
Hari ke 3
·
Suhu mesin tetas dijaga stabil pada
kisaran 98o - 100o F
·
Posisi telur datar jangan
dibolak-balik
·
Lubang ventilasi ditutup rapat
·
Isi air pada bak/nampan tempat air
·
Letakan
telur dengan ujung yang kecil (lancip) di bagian bawah. biarkan telur pada
tempat penetasan (egg tray) tanpa digoncang atau digoyang. Temperatur,
sesuai dengan temperatur yang dikehendaki (38o - 39 o
C. )
Hari ke 4
- Suhu mesin tetas dijaga stabil pada kisaran 98o - 100o F
- Posisi telur diputar (jika mesin tetas menggunakan sistem rak putar atau di balik manual jika mesin tetas menggunakan rak biasa) paling sedikit sehari 2 kali pagi dan sore.
- Cek ketersediaan air di bak/nampan tempat air
- Lubang ventilasi dibuka 1/2 bagian
- sebaiknya telur digoyang posisinya dari miring ke kiri menjadi miring ke kanan, perubahan posisi ini sekitar 60 o. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya penempelan sel telur pada kulit telur.
Hari ke 5
- Lakukan Peneropongan telur (Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5 telur sudah dapat dipastikan fertile maka telur-telur lainnya mayoritas juga demikian.
- Lubang ventilasi dibuka seluruhnya
Hari ke 6
·
Lakukan Peneropongan telur
(Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan
bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5
telur sudah dapat dipastikan fertile maka telur-telur lainnya mayoritas juga demikian.
·
Lubang ventilasi dibuka seluruhnya
·
Cek ketersediaan air di bak/nampan
tempat air
4
Hari ke 7
·
Lakukan Peneropongan telur
(Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan
bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5
telur sudah dapat dipastikan fertile maka telur-telur lainnya mayoritas juga demikian.
·
Lubang ventilasi dibuka seluruhnya
·
Cek ketersediaan air di bak/nampan
tempat air
Hari ke 8
·
Lakukan Peneropongan telur
(Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan
bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5
telur sudah dapat dipastikan fertile maka telur-telur lainnya mayoritas juga
demikian.
·
Cek ketersediaan air di bak/nampan
tempat air
Hari ke 9
·
Lakukan Peneropongan telur
(Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan
bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5
telur sudah dapat dipastikan fertile maka telur-telur lainnya mayoritas juga
demikian.
·
Cek ketersediaan air di bak/nampan
tempat air
Hari ke 10
·
Lakukan Peneropongan telur
(Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan
bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5
telur sudah dapat dipastikan fertile maka telur-telur lainnya mayoritas juga
demikian.
·
Lubang ventilasi dibuka seluruhnya
·
Cek ketersediaan air di bak/nampan
tempat air
5
Hari ke 11
·
Lakukan Peneropongan telur
(Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan
bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5
telur sudah dapat dipastikan fertile maka telur-telur lainnya mayoritas juga demikian.
·
Cek ketersediaan air di bak/nampan
tempat air
Hari ke 12
·
Lakukan Peneropongan telur
(Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan
bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5
telur sudah dapat dipastikan fertile maka telur-telur lainnya mayoritas juga demikian.
·
Cek ketersediaan air di bak/nampan
tempat air
Hari ke 13
·
Lakukan Peneropongan telur
(Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan
bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5
telur sudah dapat dipastikan fertile maka
telur-telur lainnya mayoritas juga demikian.
·
Cek ketersediaan air di bak/nampan
tempat air
Hari ke 14
- Cek ketersediaan air di bak/nampan tempat air
Hari ke 15
·
Lakukan Peneropongan telur
(Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan
bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5
telur sudah dapat dipastikan fertile maka telur-telur lainnya mayoritas juga
demikian.
·
Cek ketersediaan air di bak/nampan
tempat air
·
Puyuh
Cortunix Japonica menetas pada usia telur 16 – 18 hari. Puyuh Bob White
menetas pada usia 23-24 hari.
6
Hari ke 16
·
Suhu mesin tetas dijaga stabil pada
kisaran 98o - 100o F
·
Posisi telur tidak boleh diputar
lagi (dibiarkan sampai proses penetasan selesai).
Hari ke 17
·
Telur mulai menetas
Hari ke 18
·
Menetas sempurna
7
2.4
Faktor yang mempengaruhi Penetasan.
Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dan harus menjadi
perhatian khusus selama proses penetasan berlangsung adalah :
1. Sumber panas, karena mesin tetas ini sumber panasnya dari
energi listrik dan sebagai media penghantar panasnya menggunakan lampu pijar,
maka selama proses penetasan berlansung lampu pijar harus diusahakan tidak
terputus, kalau lampu pijar terputus harus segera diganti. Lampu pijar harus
mampu menghantarkan panas yang dibutuhkan untuk penetasan yakni 101ºF (38,5ºC),
untuk menjaga kestabilan suhu digunakan alat yang namanya termoregulator.
2. Air, berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan
kelembaban didalam ruangan mesin tetas, oleh karena itu air didalam mesin
selama proses penetasan berlangsung tidak boleh kering. Kelembaban yang
dibutuhkan pada penetasan umur 1 hari – 25 hari adalah yang ideal antara 60% -
70%, sedangkan pada hari ke 26 sampai menetas membutuhkan lebih tinggi yaitu
75%.
3.
Operator, adalah orang yang mengoperasikan mesin tetas. Tugas
operator selama penetasan adalah :
a. Mengatur suhu ruangan mesin tetas sesuai dengan suhu
yang ditentukan.
b. Mengatur dan mengontrol kelembaban ruangan mesin
tetas.
c.
Mengatur ventilasi mesin tetas.
d.
Melakukan pembalikan / pemutaran telur.
e.
Melakukan pemeriksaan telur dengan alat teropong.
f.
Mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penetasan berlangsung.
8
4.
Pemutaran telur, mempunyai tujuan untuk memberikan panas secara merata
pada permukaan telur, Selain itu untuk mencegah agar embrio tidak menempel pada
salah satu sisi kerabang telur. Pemutaran telur dilakukan dengan mengubah
posisi telur dari kiri ke kanan atau sebaliknya, untuk telur dengan posisi
mendatar yang bawah diputar menjadi diatas, apabila telur diberdirikan bagian
yang tumpul harus diatas.
5.
Peneropongan, dilakukan karena untuk mengetahui
keberadaan atau perkembangan embrio secara dini. Peneropongan biasanya
dilakukan sebanyak 3 kali selama penetasan berlangsung yaitu pada hari ke 1, ke
7 dan hari ke 25 .
9
PENUTUP
Demikian yang
dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Terima Kasih
pada semua pihak yang membantu. Teman-teman, Bu Misti selaku guru Kewirausahaan yang telah
membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini juga sumber-sumber yang telah membantu saya dalam
melengkapi materi makalah ini.
saya banyak
berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada saya demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
iV
KESIMPULAN
a. Penetasan
telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin penetas
telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk
ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram.
b. Syarat – syarat
penetasan telur : suhu dan perkembangan embrio, kelembapan dalam induk buatan
dan ventilasi.
c. Tata laksana
meliputi pemilihan telur dan fumigasi.
d. Faktor yang
mempengaruhi Penetasan yaitu :
-
Sumber panas,
-
Air,
-
Operator,
-
Pemutaran telur,
-
Peneropongan.
SARAN
Harap Diperhatikan :
- Suhu mesin 105o F selama 30 menit dapat mematikan embrio.
- Suhu mesin 90o F dalam waktu 3 sampai 4 jam akan memeperlambat perkembangan embrio
V
DAFTAR PUSTAKA
Gatot, 2009. Penetasan
Telur. http://gatotleo.blogspot.com/2009/05/penetasan-telur.html. diakses tanggal 5 Mei 2012.
Harianto, Agus. 2008. Tips dan Trik dalam Penetasan Telur Unggas. http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-telur-unggas/. Diakses
tanggal 25 Mei 2012.
Nuryati, Tutik,
dkk. 2000. Sukses Menetaskan Telur. PT Penebar Swadaya.
Jakarta.
Paimin, Farry. 2000. Membuat Dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, Muhammad. 1990. Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.
Sukardi, dkk. 1999. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.
Komentar
Posting Komentar