Budidaya ikan lele



KATA PENGANTAR 
Segala puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Pada Ikan Lele” ini dapat diselesaikan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dengan segala kemampuan yang terbatas, Penyusun mencoba menguraikan secara lengkap tentang alur masuknya penyakit pada ikan lele. Dan dengan adanya makalah ini, penyusun berharap sedikit membantu para pembaca dan penyusun sendiri dalam memahami apa itu penyakit, bagaimana cara masuknya, dan bagaimana cara mengatasinya. Namun demikian, apabila dalam makalah ini dijumpai kekurangan dan kesalahan baik dalam pengetikan maupun isinya, kami selaku penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, Penyusun menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pembimbing mata pelajaran kewirausahaan mewujudkan tercapainya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat adanya.
 












Mojokerto, 04 November 2014



Penyusun


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan lele adalah serangan hama dan penyakit ikan lele. Kerugian budidaya ikan lele akibat hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit. Meskipun demikian kedua-duanya harus mendapat perhatian penuh, sehingga usaha budidaya dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Dengan padat penebaran yang demikian tinggi pada budidaya intensif, maka serangan penyakit dapat terjadi sewaktu–waktu, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan tinggal menunggu waktu.
Monitoring yang ketat dan konsisten merupakan langkah yang harus dikerjakan dalam usaha budidaya yang modern. Monitoring tidak hanya dilakukan pada ikan yang dibudidayakan saja, tetapi juga terhadap kondisi airnya.
Sebelum ikan terkena penyakit biasanya menunjukkan gejala–gejala terlebih dahulu. Gejala–gejala tersebut diantaranya adalah nafsu makan munurun, gerakan menjadi lambat, pengeluaran lendir yang berlebihan dan pada stadium selanjutnya akan terlihat perubahan warna, bahkan mulai ada luka pada tubuh ikan lele .
Semua gejala ini dapat dilihat secara visual. Gejala ini sebenarnya tidak hanya tampak pada ikannya saja, tapi juga kondisi airnya. Air kolam tampak lebih kental atau pekat, akibat pengeluaran lendir yang berlebihan.
Apabila melihat gejala ini, maka harus segera dilakukan langkah pengobatan sebelum penyakitnya menjadi lebih parah. Pengobatan yang lebih dini akan mengurangi jumlah ikan yang mati, bahkan akan menyelamatkan ikan yang dibudidayakan.











Budidaya Ikan Lele (Clarias sp)

Panduan praktis budidaya ikan lele

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sanggup hidup dalam kepadatan tinggi. Ikan ini memiliki tingkat konversi pakan menjadi bobot tubuh yang baik. Dengan sifat seperti ini, budidaya ikan lele akan sangat menguntungkan bila dilakukan secara intensif.
Terdapat dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen pembesaran. Segmen pembenihan betjuan untuk menghasilkan benih ikan lele, sedangkan segmen pembesaran bertujuan untuk menghasilkan ikan lele siap konsumsi. Pada kesempatan kali ini alamtani akan membahas tahap-tahap persiapan budidaya ikan lele segmen pembesaran.

Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan untuk tempat budidaya ikan lele. Setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun dalam artikel ini kita akan membahas kolam tanah, mengingat jenis kolam ini paling banyak digunakan oleh para peternak ikan. Sebagai pengetahuan tambahan, silahkan baca cara membuat kolam ikan. Tahapan yang harus dilakukan dalam menyiapkan kolam tanah adalah sebagai berikut:






KOLAM TANAH

a.            Pengeringan dan pengolahan tanah
Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak, kolam bisa dianggap sudah cukup kering.
Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari periode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati.
Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah.
Bersamaan dengan proses pembajakan, angkat lapisan lumpur hitam yang terdapat di dasar kolam. Lumpur tersebut biasanya berbau busuk karena menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak dimakan ikan.

b.            Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau kapur tohor.
Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik tanah agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk pengapuran adalah 250-750 gram per meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin banyak kapur yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Gunakan paduan pupuk organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan pupuk kimianya adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota air seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.




c.            Pengaturan air kolam
Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air sampai batas 30-40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama satu minggu.
Dengan kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna kehijauan.
Setelah satu minggu, benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.

Panduan budidaya ikan lele

d.            Pemilihan benih ikan lele
Tingkat kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih yang ditebar. Ada beberapa jenis ikan lele yang biasa dibudidayakan di Indonesia. Silahkan baca lebih lanjut mengenai jenis-jenis ikan lele budidaya.
Kami merekomendasikan jenis ikan lele Sangkuriang yang dikembangkan BBPBAT Sukabumi. Ikan lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan dari lele dumbo. BBPBAT mengembangkan ikan lele sangkuriang karena kualitas lele dumbo yang saat ini beredar di masyarakat semakin menurun dari waktu ke waktu.
Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau melakukan pembenihan ikan lele sendiri. Untuk membuat pembenihan sendiri silahkan baca cara pembenihan ikan lele dan teknik pemijahan ikan lele.

1.    Syarat benih unggul
Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakannya, tempatkan ikan pada arus air. Jika ikan tersebut menantang arah arus air dan bisa bertahan berarti gerakan renangnya baik.
Ukuran benih untuk budidaya ikan lele biasanya memiliki panjang sekitar 5-7 cm. Usahakan ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan berkembang serempak. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan 2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per kilogram.

2.    Cara menebar benih
Sebelum benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terlebih dahulu. Caranya, masukan benih dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang ideal.

e.            Menentukan kapasitas kolam
Berikut ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah 200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4 meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor, maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.
Catatan: kolam tanah kapasitasnya lebih sedikit dari kolam tembok.

PAKAN UNTUK BUDIDAYA IKAN LELE
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.
Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang.

Pemeliharaan
1.      Pemberian makanan tambahan dilakukan 3 hari setelah penebaran
2.      Untuk minggu ke-1 sampai ke-2, pakan yang diberikan berupa pakan buatan, yaitu pelet. Pelet ini dapat dibeli atau membuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada, sehingga anda dapat menekan biaya operasional.  Mengenai pembuatan pelet lele dengan cara HCS dibahas di bagian selanjutnya dari tulisan ini
3.      Pakan diberikan 3 kali per hari, pagi, sore, dan malam hari.  Bahkan menurut para ahli, pemberian pakan dapat dilakukan secara ad libitum, yaitu jumlahnya tidak dibatasi sampai lele yang dipelihara kenyang
4.      Pada minggu berikutnya dapat pula ditambahkan pakan alternatif, misalnya berupa daging bekicot, keong mas atau limbah dari pemotongan hewan

Pembuatan Pakan Pelet Apung untuk Lele dengan Pola HCS
Prinsip pembuatan pelet apung berikut adalah proses fermentasi menggunakan SOC HCS, seperti halnya pada pembuatan pakan fermentasi untuk kambing.
Bahan utama adalah kotoran ternak yang berasal dari kambing, ayam maupun sapi. Kotoran ternak yang paling bagus adalah kotoran ternak yang sebelumnya pakan ternaknya sudah mengandung SOC.

Bahan-bahan untuk membuat pakan pelet lele:
1. Kotoran ternak yang sudah pakai SOC : 30%
2. Ampas tahu/bungkil kedelai  :  15%
3. Tepung ikan (bisa pakai kepala udang) :  10%
4. Katul/dedak halus  :  25%
5. Terasi (direbus hingga mendidih)  : 10%
6. Tepung daun (bisa pakai sisa sayuran pasar) : 5%
7. Bulu ayam (haluskan)  :  5%
8.
SOC HCS

a.            Pemberian pakan utama
Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari.
Ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan.

b.            Pemberian pakan tambahan
Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu.
Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk limbah ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.
Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.

PENGELOLAAN AIR
Hal penting lain dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk.
Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila dalam pemberian pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan.



PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di sekeliling kolam.
Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor.
Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit infeksi, ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan vitamin dan lain-lain.

PANEN BUDIDAYA IKAN LELE
Ikan lele bisa dipanen setelah mencapai ukuran 9-12 ekor per kg. Ukuran sebesar itu bisa dicapai dalam tempo 2,5-3,5 bulan dari benih berukuran 5-7 cm. Berbeda dengan konsumsi domestik, ikan lele untuk tujuan ekspor biasanya mencapai ukuran 500 gram per ekor.
Satu hari (24 jam) sebelum panen, sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele dipanen lakukan sortasi untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Proses Budidaya Ikan Lele

Berikut ada beberapa cara yang bisa anda lakukan jika anda ingin memulai bisnis budidaya ikan lele :
1.            Pengairan kolam
Kolam lele tidak harus besar dan bersih karena lele lebih menyukai air yang keruh oleh karena itu jangan sering- sering mengganti air kolam tersebut. Kolam lele bisa menggunakan kolam yang dilapisi dengan terpal sehingga anda tidak perlu menambah biaya untuk membuat kolam lele yang bagus.  Jika air yang digunakan terlalu bersih, lele justru tidak akan bisa berkembang biak dengan baik.

2.            Memilih bibit ikan lele
Ikan lele yang akan anda pelihara haruslah dari bibit yang kualitasnya baik sehingga akan menghasilkan ikan- ikan lele yang baik pula. Pastikan bahwa ikan lele yang anda pilih benar- benar sehat dan juga bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Banyak para peternak lele ini kurang memperhatikan kualitas dari bibit lele yang akan diternakan sehingga hasil yang didapatkan oleh peternak tersebut tidak maksimal.

3.            Memberi makan yang rutin
Lele merupakan hewan yang cukup rakus dan bisa memakan apa saja. Anda bisa memberi makan ikan lele secara rutin 2 kali sehari, hal ini dilakukan agar lele tidak terlalu banyak makan yang bisa menyebabkan kematian mendadak selain itu juga untuk menghindari kanibalisme antar lele.

4.            Berikan makanan tambahan atau vitamin
Pemberian nutrisi dan vitamin bagi lele sangat penting karena selain bisa menghindari lele terserang penyakit juga bisa menjaga agar tubuh lele tersebut tidak berbeda dalam perkembangannya.

Faktor Penyebab Ikan Lele Mati
Dalam menjalankan suatu usaha, kita selalu berusaha mempersiapkan dan menjalankan segala sesuatunya denga maksimal sehingga diharapkan hasil yang diperoleh juga optimal. Termasuk juga dalam budidaya ikan lele, semua persiapan sarana dan prasarana serta persyaratan kondisi optimalnya kita sudah penuhi. Namun alangkah baiknya apabila dalam budidaya ikan lele tersebut kita juga mengetahui fakto-faktor apa saja yang menjadi penyebab kematian ikan lele. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian lele. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari internal (penyebab dari dalam) atau eksternal (penyebab dari luar).

Faktor penyebab kematian yang berasal dari internal
kondisi kesehatan lele. Lele yang kondisinya lemah akan mudah terserang penyakit. Faktor eksternal penyebab kematian lele di antaranya kondisi lingkungan media budidaya, perlakuan yang tidak sesuai dengan anjuran teknis atau faktor lainnya yang merupakan kelalaian pembudidaya. Upaya yang paling baik dilakukan adalah dengan melakukan manajemen media dan lingkungan secara baik, sesuai dengan standar yang dianjurkan. Berikut faktor-faktor penyebab kematian lele dan cara pencegahannya yang dapat dilakukan oleh pembudidaya.
a.            Penanganan yang kurang tepat
Penanganan yang salah / kurang tepat, seperti penerapan kaidah budidaya yang tidak sesuai (padat tebar terlalu tinggi, konstruksi kolam yang kurang baik/buruk atau penggunaan benih yang kualitasnya kurang baik) dapat mengakibatkan kondisi benih lemah, pertumbuhan lambat, bahkan tingkat kelangsungan hidup rendah yang menyebabkan banyak lele mati (mortalitas tinggi). Penanggulangannya, lakukan penanganan lele secara baik sesuai kaidah budidaya.
b.            Terlambat Sortasi
Pertumbuhan benih lele pada setiap tahapan kegiatan dari kegiatan pembenihan, pendederan hingga pembesaran ternyata tidaklah sama. Kecepatan pertumbuhan masing-masing lele juga berbeda, pertumbuhan juga meliputi pertambahan bobot atau panjang lele. Pada umunya ada 3 kategori ukuran, yaitu besar, sedang dan kecil.
c.            Tidak menggunakan probiotik
Kegiatanpembenihan lele di bak tembok atau terpal dilakukan dengan intensif dengan kepadatan tinggi. Efek yang ditimbulkan berupa penumpukan bahan-bahan organik didasar bak atau kolam, baik berupa sisa pakan ataupun kotoran ikan itu sendiri. Jika dibiarkan menumpuk , akan menjadi racun bagi ikan lele dan dapat menimbulkan kematian. Bahan organik tersebut sifatnnya sulit terurai. Upaya yang dapat dilakukan adalah pemberian probiotik pada masa pemeliharaan. Probiotk berfungsi sebagai pengurai atau mengikat bahan-bahan yang tidak berguna atau yang dapat menimbulkan racun bagi ikan yang dipelihara
d.            Tidak diberok
Supaya benih lele yang dikirim selamat sampai di tempat tujuan, benih harus diberok atau dipuasakan terlebih dahulu satu hari sebelum pengiriman. Pemberokan dilakukan untuk mengeluarkan kotoran atau sisa-sisa pakan yang ada dalam tubuh lele. Hal tersebut bertujuan mengurangi terjadinya pengeluaran kotoran (feses) selama pengangkutan. Kotoran yang dikeluarkan selama pengangkutan akan menjadi ancaman bagi lele karena mengandung senyawa beracun. Hal ini masih bannyak terjadi sehingga pada saat pengangkutan benih banyak terjadi kematian.
e.            Ketidaksesuaian Waktu distribusi
Waktu pengiriman benih atau pendistribusian benih meupakan faktor penentu bagi kondisi kebugaran benih sampai dilokasi tujuan. Selain itu kete patan waktu pengiriman dan waktu penerimaan benih juga berpengaruh besar terhadap kualitas benih. Waktu yang tepat untuk mengirim benih lele adalah pada saat suhu udara masih sejuk, yaitu pada pagi atau sore hari. Sementara itu, waktu yang tepat untuk menerima benih dan menebarnya di kolam budidaya juga pada saat suhu udara masih relatif rendah, yaitu pagi atau sore hari.
Pada kenyataannya yang terjadi masih banyak pembudidaya ikan melakukan pengangkutan benih ataupun ikan lele pada siang hari. Saat siang hari udara panas sehingga oksigen yang ada di dalam air mudah dilepaskan ke udara bebas, akibatnya ikan lele kekurangan oksigen dan dapat mengakinbtkan kematian. Demikian juga apabila pendistribusian memerlukan waktu yang lama. Oksigen yang tersedia dalam air media pengiriman selama pengangkutan jumlahnnya tentu saja terbatas. Apabila pengiriman lele memerlukan waktu lebih dari 18 jam, air media perlu diganti dan oksigen baru harus ditambahkan ke dalam wadah kemasan lele.
Demikian hal-hal yang pada umumnya mengakibatkan kematian pada budidaya ikan lele ataupun pada saat pendistribusian ikan ataupun benih lele. Dengan memahami hal-hal tersebut, terjadinya kematian pada budidaya lele dapat di minimalisir.
Aturan Pemberian Pakan Lele
·                     Pakan Apung
1.                                          Kita semprotkan sedikit air ke dalam pakan, cukup sampai basah dan tidak becek. Setelah itu kita aduk merata dan kita biarkan sekitar 20 menit sampai pakan menjadi agak kenyal dan siap tebar.
2.                                          Kita tebar pakan secara merata di media ikan lele sedikit demi sedikit sehingga kita dapat mengetahui seberapa cepat lele menghabiskan pakana tersebut.
3.                                          Kita tebar terus pelet hingga ikan lele kenyang
4.                                          Kita hentikan pemberian pakan jika ikan terlihat melambat dan terlihat kenyang.
·                     Pakan Tenggelam
1.                                          Pakan tidak perlu kita basahi
2.                                          Kita sebarkan pakan di satu titik hingga ikan kenyang dan kita hentikan saat ikan terlihat lambat saat makan.
Waktu Pemberian Pakan
·                     Pemberian pakan yang benar dan disarankan adalah 4 sampai 6 kali sehari
1.                                          4x sehari yaitu pukul : 09.00, 13.00, 17.00, 21.00
2.                                          6x sehari yaitu pukul : 09.00, 12.00, 15.00, 17.00, 19.00, 21.00
3.                                          Pemilihan jam terserah pada kita, namun setelah kita memilih salah satu, sebaiknya kita konsisten untuk menggunakan pilihan tersebut seterusnya.
Larangan Dalam Pemberian Pakan
·                     Jangan terlalu banyak memberikan pakan. Pakan yang tersisa akan menyatu dengan air menjadi amoniak dan dapat meracuni lele.
·                     Jangan mengobok - obok kolam saat lele makan atau sesaat setelah ikan lele menghabiskan makanannya. Lele yang stress akan memuntahkan kembali pakan dan menjadi amoniak di media kolam.
·                     Jangan memberi makan lele saat hujan.
·                     Jangan memberi makan pada pagi sekali karena insang rawan terkena radang jika terlalu pagi.
Demikian jenis pakan lele dan aturan pemberian pakan yang benar (menurut saya). Terakhir, untuk sukses ternak lele sebenarnya kuncinya adalah pakan. Dengan memperhatikan pola makan yang benar maka ikan lele akan selalu sehat dan dapat tumbuh sesuai dengan keinginan kita. Namun sebaliknya, jika kita meremehkan pola pemberian pakan, maka kita juga akan merasakan akibatnya. Walaupun lele tergolong ikan yang kuat bertahan di berbagai media dan pakan, jika kita lalai akan merugikan kita sendiri, terutama bagi anda yang sedang getol budidaya ikan lele untuk konsumsi maupun pembenihan.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya ikan, dan  dapat menyebabkan kegagalan dalam budidaya ikan. Penyakit ikan erat hubungannya dengan lingkungan dimana ikan berada. Dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan, juga perlu diketahui hal-hal  yang bersangkutan dengan timbulnya penyakit ikan.
Jadi pada prinsipnya, penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja. Melainkan  melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit.



DAFTAR PUSTAKA

- Pelet Apung Pola HCS — anonim
- Lele Sangkuriang, Khairuman & Khairul Amri, Gramedia 2008
Pertenakanikan blogspot com
http://lele-sangkuriang1.blogspot.com/2013/08/faktor-penyebab-lele-mati-dan.html
http://mazara30.wordpress.com/2012/10/09/faktor-faktor-penyebab-penyakit-pada-ikan/

Komentar