Segala puji syukur Penyusun panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga
makalah yang berjudul “Faktor-Faktor
Penyebab Penyakit Pada Ikan Lele” ini dapat diselesaikan dengan
segala kelebihan dan kekurangannya.
Dengan segala kemampuan yang terbatas,
Penyusun mencoba menguraikan secara lengkap tentang alur masuknya penyakit pada
ikan lele. Dan dengan adanya makalah ini, penyusun berharap sedikit membantu
para pembaca dan penyusun sendiri dalam memahami apa itu penyakit, bagaimana
cara masuknya, dan bagaimana cara mengatasinya. Namun demikian, apabila dalam
makalah ini dijumpai kekurangan dan kesalahan baik dalam pengetikan maupun
isinya, kami selaku penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
para pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati,
Penyusun menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Pembimbing mata pelajaran kewirausahaan mewujudkan
tercapainya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat adanya.
Mojokerto, 04 November 2014
Penyusun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kendala yang sering dihadapi oleh
pembudidaya ikan lele adalah serangan hama dan penyakit ikan lele. Kerugian
budidaya ikan lele akibat hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit.
Meskipun demikian kedua-duanya harus mendapat perhatian penuh, sehingga usaha
budidaya dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Pencegahan merupakan tindakan yang paling
efektif dibandingkan dengan pengobatan. Dengan padat penebaran yang demikian
tinggi pada budidaya intensif, maka serangan penyakit dapat terjadi
sewaktu–waktu, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan tinggal menunggu waktu.
Monitoring yang ketat dan konsisten
merupakan langkah yang harus dikerjakan dalam usaha budidaya yang modern.
Monitoring tidak hanya dilakukan pada ikan yang dibudidayakan saja, tetapi juga
terhadap kondisi airnya.
Sebelum ikan terkena penyakit biasanya
menunjukkan gejala–gejala terlebih dahulu. Gejala–gejala tersebut diantaranya
adalah nafsu makan munurun, gerakan menjadi lambat, pengeluaran lendir yang
berlebihan dan pada stadium selanjutnya akan terlihat perubahan warna, bahkan
mulai ada luka pada tubuh ikan lele .
Semua gejala ini dapat dilihat secara
visual. Gejala ini sebenarnya tidak hanya tampak pada ikannya saja, tapi juga
kondisi airnya. Air kolam tampak lebih kental atau pekat, akibat pengeluaran
lendir yang berlebihan.
Apabila melihat gejala ini, maka harus
segera dilakukan langkah pengobatan sebelum penyakitnya menjadi lebih parah.
Pengobatan yang lebih dini akan mengurangi jumlah ikan yang mati, bahkan akan
menyelamatkan ikan yang dibudidayakan.
Budidaya Ikan Lele (Clarias sp)
Ikan lele merupakan salah satu jenis
ikan yang sanggup hidup dalam kepadatan tinggi. Ikan ini memiliki tingkat
konversi pakan menjadi bobot tubuh yang baik. Dengan sifat seperti
ini, budidaya ikan lele akan sangat menguntungkan bila dilakukan secara
intensif.
Terdapat dua segmen usaha budidaya
ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen pembesaran. Segmen
pembenihan betjuan untuk menghasilkan benih ikan lele, sedangkan segmen
pembesaran bertujuan untuk menghasilkan ikan lele siap konsumsi. Pada
kesempatan kali ini alamtani akan membahas tahap-tahap persiapan
budidaya ikan lele segmen pembesaran.
Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada berbagai macam tipe kolam yang
bisa digunakan untuk tempat budidaya ikan lele. Setiap tipe kolam memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan
dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring
apung dan keramba. Namun dalam artikel ini kita akan membahas kolam tanah,
mengingat jenis kolam ini paling banyak digunakan oleh para peternak ikan.
Sebagai pengetahuan tambahan, silahkan baca cara membuat kolam ikan. Tahapan yang harus dilakukan dalam
menyiapkan kolam tanah adalah sebagai berikut:
KOLAM
TANAH
a.
Pengeringan dan
pengolahan tanah
Sebelum benih ikan lele ditebarkan,
kolam harus dikeringkan telebih dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau
bergantung pada teriknya sinar matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan
tanah sudah retak-retak, kolam bisa dianggap sudah cukup kering.
Pengeringan kolam bertujuan untuk
memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit.
Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari periode budidaya ikan lele
sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran, sebagian besar mikroorganisme
patogen akan mati.
Setelah dikeringkan, permukaan tanah
dibajak atau dibalik dengan cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk
memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam
tanah.
Bersamaan dengan proses pembajakan,
angkat lapisan lumpur hitam yang terdapat di dasar kolam. Lumpur tersebut
biasanya berbau busuk karena menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan
hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak
dimakan ikan.
b.
Pengapuran dan
pemupukan
Pengapuran berfungsi untuk
menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas mikroorganisme patogen.
Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau kapur tohor.
Pengapuran dilakukan dengan cara
ditebar secara merata di permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik
tanah agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk
pengapuran adalah 250-750 gram per meter persegi, atau tergantung pada derajat
keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin banyak kapur yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah
pemupukan. Gunakan paduan pupuk
organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk
organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos.
Dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan pupuk kimianya
adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per meter persegi.
Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota air
seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami
ikan lele.
c.
Pengaturan air
kolam
Ketinggian air yang ideal untuk
budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam dilakukan secara
bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air sampai batas 30-40 cm. Biarkan
kolam tersinari matahari selama satu minggu.
Dengan kedalaman seperti itu, sinar
matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar
kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi
fitoplankton berwarna kehijauan.
Setelah satu minggu, benih ikan lele
siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan
pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.
d.
Pemilihan benih
ikan lele
Tingkat kesuksesan budidaya ikan
lele sangat ditentukan oleh kualitas benih yang ditebar. Ada beberapa jenis
ikan lele yang biasa dibudidayakan di Indonesia. Silahkan baca lebih lanjut
mengenai jenis-jenis ikan
lele budidaya.
Kami merekomendasikan jenis ikan lele
Sangkuriang yang dikembangkan BBPBAT Sukabumi. Ikan lele sangkuriang merupakan hasil
perbaikan dari lele dumbo. BBPBAT mengembangkan ikan lele sangkuriang
karena kualitas lele dumbo yang saat ini beredar di masyarakat semakin
menurun dari waktu ke waktu.
Benih ikan lele bisa kita dapatkan
dengan cara membeli atau melakukan pembenihan ikan lele sendiri. Untuk membuat
pembenihan sendiri silahkan baca cara pembenihan ikan
lele dan teknik pemijahan ikan lele.
1.
Syarat benih
unggul
Benih yang ditebar harus benih yang
benar-benar sehat. Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat
cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas dari bibit penyakit dan gerakan
renangnya normal. Untuk menguji gerakannya, tempatkan ikan pada arus air. Jika
ikan tersebut menantang arah arus air dan bisa bertahan berarti gerakan
renangnya baik.
Ukuran benih untuk budidaya ikan
lele biasanya memiliki panjang sekitar 5-7 cm. Usahakan ukurannya rata
agar ikan bisa tumbuh dan berkembang serempak. Dari benih sebesar itu, dalam
jangka waktu pemeliharaan 2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi
sebesar 9-12 ekor per kilogram.
2.
Cara menebar benih
Sebelum benih ditebar, lakukan
penyesuaian iklim terlebih dahulu. Caranya, masukan benih dengan wadahnya
(ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan selama 15 menit agar terjadi
penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan barunya.
Miringkan wadah dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini
bermanfaat mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam
kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter persegi. Semakin baik kualitas
air kolam, semakin tinggi jumlah benih yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi
air tidak lebih dari 40 cm saat benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan
bisa menjangkau permukaan air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian
kolam berikutnya disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai
ketinggian air yang ideal.
e.
Menentukan
kapasitas kolam
Berikut ini cara menghitung
kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara intensif. Asumsi kedalaman
kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang
dianjurkan adalah 200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran
3 x 4 meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor, maksimal
(3×4) x 400 = 4800 ekor.
Catatan: kolam tanah kapasitasnya
lebih sedikit dari kolam tembok.
PAKAN UNTUK BUDIDAYA IKAN LELE
Pakan merupakan komponen biaya
terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di
pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food
Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio
jumlah pakan berbanding pertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin
baik kualitas pakan.
Untuk mencapai hasil maksimal dengan
biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara
berimbang.
Pemeliharaan
1.
Pemberian makanan tambahan dilakukan
3 hari setelah penebaran
2.
Untuk minggu ke-1 sampai ke-2, pakan
yang diberikan berupa pakan buatan, yaitu pelet. Pelet ini dapat dibeli atau
membuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada, sehingga anda dapat
menekan biaya operasional. Mengenai pembuatan pelet lele dengan cara HCS
dibahas di bagian selanjutnya dari tulisan ini
3.
Pakan diberikan 3 kali per hari,
pagi, sore, dan malam hari. Bahkan menurut para ahli, pemberian pakan
dapat dilakukan secara ad libitum, yaitu jumlahnya tidak dibatasi
sampai lele yang dipelihara kenyang
4.
Pada minggu berikutnya dapat pula
ditambahkan pakan alternatif, misalnya berupa daging bekicot, keong mas atau
limbah dari pemotongan hewan
Pembuatan Pakan Pelet Apung untuk Lele dengan Pola HCS
Prinsip pembuatan pelet apung
berikut adalah proses fermentasi menggunakan SOC HCS, seperti halnya pada
pembuatan pakan fermentasi untuk kambing.
Bahan utama adalah kotoran ternak
yang berasal dari kambing, ayam maupun sapi. Kotoran ternak yang paling bagus
adalah kotoran ternak yang sebelumnya pakan ternaknya sudah mengandung SOC.
Bahan-bahan untuk membuat pakan pelet lele:
1. Kotoran ternak yang sudah pakai SOC : 30%
2. Ampas tahu/bungkil kedelai : 15%
3. Tepung ikan (bisa pakai kepala udang) : 10%
4. Katul/dedak halus : 25%
5. Terasi (direbus hingga mendidih) : 10%
6. Tepung daun (bisa pakai sisa sayuran pasar) : 5%
7. Bulu ayam (haluskan) : 5%
8. SOC HCS
2. Ampas tahu/bungkil kedelai : 15%
3. Tepung ikan (bisa pakai kepala udang) : 10%
4. Katul/dedak halus : 25%
5. Terasi (direbus hingga mendidih) : 10%
6. Tepung daun (bisa pakai sisa sayuran pasar) : 5%
7. Bulu ayam (haluskan) : 5%
8. SOC HCS
a.
Pemberian pakan
utama
Sebagai ikan karnivora, pakan ikan
lele harus banyak mengandung protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang
dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat
(15-20%), vitamin dan mineral.
Pakan harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari
bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan
sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil
samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua
minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari
bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya
disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi
pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian
pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari.
Ikan lele merupakan hewan nokturnal,
aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian pakan lebih banyak pada sore dan
malam hari. Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan.
b.
Pemberian pakan
tambahan
Ikan rucah adalah hasil ikan
tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau
cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran
ampas tahu.
Keong mas dan limbah ayam bisa
diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan
dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu
dicincang. Untuk limbah ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada
lele.
Satu hal yang harus diperhatikan
dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat atau kurang. Karena ikan
lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila
kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang
lebih kecil.
PENGELOLAAN AIR
Hal penting lain dalam budidaya ikan
lele adalah pengelolaan air kolam. Untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas
dan kuantitas air harus tetap terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan
sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan
gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk.
Apabila sudah muncul bau busuk,
buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi
pembuangan air sangat tergantung pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila
dalam pemberian pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih
sering dilakukan.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama yang paling umum dalam budidaya
ikan lele antara lain hama predator seperti linsang, ular, sero, musang air dan
burung. Sedangkan hama yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk
mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau
memasang pagar di sekeliling kolam.
Penyakit pada budidaya ikan lele
bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga mikroorganisme ini
menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya adalah
bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor.
Untuk mencegah timbulnya penyakit
infeksi adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga
kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC.
Selain penyakit infeksi, ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi
seperti kuning, kekurangan vitamin dan lain-lain.
PANEN BUDIDAYA IKAN LELE
Ikan lele bisa dipanen setelah
mencapai ukuran 9-12 ekor per kg. Ukuran sebesar itu bisa dicapai dalam
tempo 2,5-3,5 bulan dari benih berukuran 5-7 cm. Berbeda dengan konsumsi
domestik, ikan lele untuk tujuan ekspor biasanya mencapai ukuran 500 gram per
ekor.
Satu hari (24 jam) sebelum panen,
sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut.
Pada saat ikan lele dipanen lakukan sortasi untuk misahkan lele
berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran berdampak pada harga. Ikan lele yang
sudah disortasi berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Proses Budidaya Ikan Lele
Berikut ada beberapa cara yang bisa anda
lakukan jika anda ingin memulai bisnis budidaya ikan lele :
1.
Pengairan
kolam
Kolam lele tidak harus besar dan bersih karena
lele lebih menyukai air yang keruh oleh karena itu jangan sering- sering
mengganti air kolam tersebut. Kolam lele bisa menggunakan kolam yang dilapisi
dengan terpal sehingga anda tidak perlu menambah biaya untuk membuat kolam lele
yang bagus. Jika air yang digunakan
terlalu bersih, lele justru tidak akan bisa berkembang biak dengan baik.
2.
Memilih
bibit ikan lele
Ikan lele yang akan anda pelihara
haruslah dari bibit yang kualitasnya baik sehingga akan menghasilkan ikan- ikan
lele yang baik pula. Pastikan bahwa ikan lele yang anda pilih benar- benar
sehat dan juga bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Banyak para
peternak lele ini kurang memperhatikan kualitas dari bibit lele yang akan
diternakan sehingga hasil yang didapatkan oleh peternak tersebut tidak
maksimal.
3.
Memberi
makan yang rutin
Lele merupakan hewan yang cukup rakus dan
bisa memakan apa saja. Anda bisa memberi makan ikan lele secara rutin 2 kali
sehari, hal ini dilakukan agar lele tidak terlalu banyak makan yang bisa
menyebabkan kematian mendadak selain itu juga untuk menghindari kanibalisme
antar lele.
4.
Berikan
makanan tambahan atau vitamin
Pemberian nutrisi dan vitamin bagi lele
sangat penting karena selain bisa menghindari lele terserang penyakit juga bisa
menjaga agar tubuh lele tersebut tidak berbeda dalam perkembangannya.
Faktor Penyebab Ikan
Lele Mati
Dalam
menjalankan suatu usaha, kita selalu berusaha mempersiapkan dan menjalankan
segala sesuatunya denga maksimal sehingga diharapkan hasil yang diperoleh juga
optimal. Termasuk juga dalam budidaya ikan lele, semua persiapan sarana dan
prasarana serta persyaratan kondisi optimalnya kita sudah penuhi. Namun
alangkah baiknya apabila dalam budidaya ikan lele tersebut kita juga mengetahui
fakto-faktor apa saja yang menjadi penyebab kematian ikan lele. Ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan kematian lele. Faktor-faktor tersebut bisa
berasal dari internal (penyebab dari dalam) atau eksternal (penyebab dari
luar).
Faktor penyebab kematian yang berasal dari internal
kondisi
kesehatan lele. Lele yang kondisinya lemah akan mudah terserang penyakit.
Faktor eksternal penyebab kematian lele di antaranya kondisi lingkungan media
budidaya, perlakuan yang tidak sesuai dengan anjuran teknis atau faktor lainnya
yang merupakan kelalaian pembudidaya. Upaya yang paling baik dilakukan adalah
dengan melakukan manajemen media dan lingkungan secara baik, sesuai dengan
standar yang dianjurkan. Berikut faktor-faktor
penyebab kematian lele dan cara pencegahannya yang
dapat dilakukan oleh pembudidaya.
a.
Penanganan yang
kurang tepat
Penanganan yang salah / kurang tepat, seperti penerapan kaidah budidaya yang tidak sesuai (padat tebar terlalu tinggi, konstruksi kolam yang kurang baik/buruk atau penggunaan benih yang kualitasnya kurang baik) dapat mengakibatkan kondisi benih lemah, pertumbuhan lambat, bahkan tingkat kelangsungan hidup rendah yang menyebabkan banyak lele mati (mortalitas tinggi). Penanggulangannya, lakukan penanganan lele secara baik sesuai kaidah budidaya.
Penanganan yang salah / kurang tepat, seperti penerapan kaidah budidaya yang tidak sesuai (padat tebar terlalu tinggi, konstruksi kolam yang kurang baik/buruk atau penggunaan benih yang kualitasnya kurang baik) dapat mengakibatkan kondisi benih lemah, pertumbuhan lambat, bahkan tingkat kelangsungan hidup rendah yang menyebabkan banyak lele mati (mortalitas tinggi). Penanggulangannya, lakukan penanganan lele secara baik sesuai kaidah budidaya.
b.
Terlambat Sortasi
Pertumbuhan benih lele pada setiap tahapan kegiatan dari kegiatan pembenihan, pendederan hingga pembesaran ternyata tidaklah sama. Kecepatan pertumbuhan masing-masing lele juga berbeda, pertumbuhan juga meliputi pertambahan bobot atau panjang lele. Pada umunya ada 3 kategori ukuran, yaitu besar, sedang dan kecil.
Pertumbuhan benih lele pada setiap tahapan kegiatan dari kegiatan pembenihan, pendederan hingga pembesaran ternyata tidaklah sama. Kecepatan pertumbuhan masing-masing lele juga berbeda, pertumbuhan juga meliputi pertambahan bobot atau panjang lele. Pada umunya ada 3 kategori ukuran, yaitu besar, sedang dan kecil.
c.
Tidak menggunakan
probiotik
Kegiatanpembenihan lele di bak tembok atau terpal dilakukan dengan intensif dengan kepadatan tinggi. Efek yang ditimbulkan berupa penumpukan bahan-bahan organik didasar bak atau kolam, baik berupa sisa pakan ataupun kotoran ikan itu sendiri. Jika dibiarkan menumpuk , akan menjadi racun bagi ikan lele dan dapat menimbulkan kematian. Bahan organik tersebut sifatnnya sulit terurai. Upaya yang dapat dilakukan adalah pemberian probiotik pada masa pemeliharaan. Probiotk berfungsi sebagai pengurai atau mengikat bahan-bahan yang tidak berguna atau yang dapat menimbulkan racun bagi ikan yang dipelihara
Kegiatanpembenihan lele di bak tembok atau terpal dilakukan dengan intensif dengan kepadatan tinggi. Efek yang ditimbulkan berupa penumpukan bahan-bahan organik didasar bak atau kolam, baik berupa sisa pakan ataupun kotoran ikan itu sendiri. Jika dibiarkan menumpuk , akan menjadi racun bagi ikan lele dan dapat menimbulkan kematian. Bahan organik tersebut sifatnnya sulit terurai. Upaya yang dapat dilakukan adalah pemberian probiotik pada masa pemeliharaan. Probiotk berfungsi sebagai pengurai atau mengikat bahan-bahan yang tidak berguna atau yang dapat menimbulkan racun bagi ikan yang dipelihara
d.
Tidak diberok
Supaya benih lele yang dikirim selamat sampai di tempat tujuan, benih harus diberok atau dipuasakan terlebih dahulu satu hari sebelum pengiriman. Pemberokan dilakukan untuk mengeluarkan kotoran atau sisa-sisa pakan yang ada dalam tubuh lele. Hal tersebut bertujuan mengurangi terjadinya pengeluaran kotoran (feses) selama pengangkutan. Kotoran yang dikeluarkan selama pengangkutan akan menjadi ancaman bagi lele karena mengandung senyawa beracun. Hal ini masih bannyak terjadi sehingga pada saat pengangkutan benih banyak terjadi kematian.
Supaya benih lele yang dikirim selamat sampai di tempat tujuan, benih harus diberok atau dipuasakan terlebih dahulu satu hari sebelum pengiriman. Pemberokan dilakukan untuk mengeluarkan kotoran atau sisa-sisa pakan yang ada dalam tubuh lele. Hal tersebut bertujuan mengurangi terjadinya pengeluaran kotoran (feses) selama pengangkutan. Kotoran yang dikeluarkan selama pengangkutan akan menjadi ancaman bagi lele karena mengandung senyawa beracun. Hal ini masih bannyak terjadi sehingga pada saat pengangkutan benih banyak terjadi kematian.
e.
Ketidaksesuaian
Waktu distribusi
Waktu pengiriman benih atau pendistribusian benih meupakan faktor penentu bagi kondisi kebugaran benih sampai dilokasi tujuan. Selain itu kete patan waktu pengiriman dan waktu penerimaan benih juga berpengaruh besar terhadap kualitas benih. Waktu yang tepat untuk mengirim benih lele adalah pada saat suhu udara masih sejuk, yaitu pada pagi atau sore hari. Sementara itu, waktu yang tepat untuk menerima benih dan menebarnya di kolam budidaya juga pada saat suhu udara masih relatif rendah, yaitu pagi atau sore hari.
Pada kenyataannya yang terjadi masih banyak pembudidaya ikan melakukan pengangkutan benih ataupun ikan lele pada siang hari. Saat siang hari udara panas sehingga oksigen yang ada di dalam air mudah dilepaskan ke udara bebas, akibatnya ikan lele kekurangan oksigen dan dapat mengakinbtkan kematian. Demikian juga apabila pendistribusian memerlukan waktu yang lama. Oksigen yang tersedia dalam air media pengiriman selama pengangkutan jumlahnnya tentu saja terbatas. Apabila pengiriman lele memerlukan waktu lebih dari 18 jam, air media perlu diganti dan oksigen baru harus ditambahkan ke dalam wadah kemasan lele.
Demikian hal-hal yang pada umumnya mengakibatkan kematian pada budidaya ikan lele ataupun pada saat pendistribusian ikan ataupun benih lele. Dengan memahami hal-hal tersebut, terjadinya kematian pada budidaya lele dapat di minimalisir.
Waktu pengiriman benih atau pendistribusian benih meupakan faktor penentu bagi kondisi kebugaran benih sampai dilokasi tujuan. Selain itu kete patan waktu pengiriman dan waktu penerimaan benih juga berpengaruh besar terhadap kualitas benih. Waktu yang tepat untuk mengirim benih lele adalah pada saat suhu udara masih sejuk, yaitu pada pagi atau sore hari. Sementara itu, waktu yang tepat untuk menerima benih dan menebarnya di kolam budidaya juga pada saat suhu udara masih relatif rendah, yaitu pagi atau sore hari.
Pada kenyataannya yang terjadi masih banyak pembudidaya ikan melakukan pengangkutan benih ataupun ikan lele pada siang hari. Saat siang hari udara panas sehingga oksigen yang ada di dalam air mudah dilepaskan ke udara bebas, akibatnya ikan lele kekurangan oksigen dan dapat mengakinbtkan kematian. Demikian juga apabila pendistribusian memerlukan waktu yang lama. Oksigen yang tersedia dalam air media pengiriman selama pengangkutan jumlahnnya tentu saja terbatas. Apabila pengiriman lele memerlukan waktu lebih dari 18 jam, air media perlu diganti dan oksigen baru harus ditambahkan ke dalam wadah kemasan lele.
Demikian hal-hal yang pada umumnya mengakibatkan kematian pada budidaya ikan lele ataupun pada saat pendistribusian ikan ataupun benih lele. Dengan memahami hal-hal tersebut, terjadinya kematian pada budidaya lele dapat di minimalisir.
Aturan Pemberian
Pakan Lele
·
Pakan
Apung
1.
Kita
semprotkan sedikit air ke dalam pakan, cukup sampai basah dan tidak becek.
Setelah itu kita aduk merata dan kita biarkan sekitar 20 menit sampai pakan
menjadi agak kenyal dan siap tebar.
2.
Kita
tebar pakan secara merata di media ikan lele sedikit demi sedikit sehingga kita
dapat mengetahui seberapa cepat lele menghabiskan pakana tersebut.
3.
Kita
tebar terus pelet hingga ikan lele kenyang
4.
Kita
hentikan pemberian pakan jika ikan terlihat melambat dan terlihat kenyang.
·
Pakan
Tenggelam
1.
Pakan
tidak perlu kita basahi
2.
Kita
sebarkan pakan di satu titik hingga ikan kenyang dan kita hentikan saat ikan
terlihat lambat saat makan.
Waktu Pemberian
Pakan
·
Pemberian
pakan yang benar dan disarankan adalah 4 sampai 6 kali sehari
1.
4x
sehari yaitu pukul : 09.00, 13.00, 17.00, 21.00
2.
6x
sehari yaitu pukul : 09.00, 12.00, 15.00, 17.00, 19.00, 21.00
3.
Pemilihan
jam terserah pada kita, namun setelah kita memilih salah satu, sebaiknya kita
konsisten untuk menggunakan pilihan tersebut seterusnya.
Larangan Dalam
Pemberian Pakan
·
Jangan
terlalu banyak memberikan pakan. Pakan yang tersisa akan menyatu dengan air
menjadi amoniak dan dapat meracuni lele.
·
Jangan
mengobok - obok kolam saat lele makan atau sesaat setelah ikan lele
menghabiskan makanannya. Lele yang stress akan memuntahkan kembali pakan dan
menjadi amoniak di media kolam.
·
Jangan
memberi makan lele saat hujan.
·
Jangan
memberi makan pada pagi sekali karena insang rawan terkena radang jika terlalu
pagi.
Demikian
jenis pakan lele dan aturan pemberian pakan
yang benar (menurut saya). Terakhir, untuk sukses ternak lele sebenarnya kuncinya adalah pakan. Dengan
memperhatikan pola makan yang benar maka ikan lele akan selalu sehat dan dapat
tumbuh sesuai dengan keinginan kita. Namun sebaliknya, jika kita meremehkan
pola pemberian pakan, maka kita juga akan merasakan akibatnya. Walaupun lele
tergolong ikan yang kuat bertahan di berbagai media dan pakan, jika kita lalai
akan merugikan kita sendiri, terutama bagi anda yang sedang getol budidaya ikan
lele untuk konsumsi maupun pembenihan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit ikan merupakan salah satu
masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya ikan, dan dapat
menyebabkan kegagalan dalam budidaya ikan. Penyakit ikan erat hubungannya
dengan lingkungan dimana ikan berada. Dalam pencegahan dan pengobatan penyakit,
selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan, juga perlu diketahui
hal-hal yang bersangkutan dengan timbulnya penyakit ikan.
Jadi pada prinsipnya, penyakit yang
menyerang ikan tidak datang begitu saja. Melainkan melalui proses
hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air),
kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan
demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang
tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
- Pelet
Apung Pola HCS — anonim
-
Lele Sangkuriang, Khairuman & Khairul Amri, Gramedia 2008
- Pertenakanikan
blogspot com
http://lele-sangkuriang1.blogspot.com/2013/08/faktor-penyebab-lele-mati-dan.html
http://mazara30.wordpress.com/2012/10/09/faktor-faktor-penyebab-penyakit-pada-ikan/
Komentar
Posting Komentar