menumbuhkan budaya bertanya



artikel
MENUMBUHKAN BUDAYA BERTANYA BAGI ANAK SEKOLAH DASAR

Abstrak
Kita telah mempelajari bahwa anak-anak dianugerahi naluri rasa ingin tahu. Salah satu cara untuk memunculkan kepenasarannya (rasa ingin tahu) adalah dengan bentuk pertanyaan.[1] Perlu disadari bahwa bertanya merupakan salah satu metode yang digunakan anak kecil untuk membuat percakapan. Pada masa kanak-kanak awal, banyak pertanyaan didorong oleh rasa takut. Situasi kelas juga mempengaruhi banyak-sedikitnya pertanyaan yang diajukan para siswa kepada gurunya.
Salah satu cara untuk mengetahui bagaimana situasi belajar-mengajar di kelas, bisa dilihat dari antusias siswa bertanya di kelas, sedangkan untuk mengetahui kemampuan guru dalam proses belajar-mengajar, dilihat dari bagaimana guru dapat menjawab pertanyaan para siswanya. Guru yang bijak tidak hanya menyambut baik pertanyaan siswanya, tetapi dapat memancing siswa untuk bertanya.[2]
Para guru membuka kesempatan bertanya kepada siswa-siswanya, ditanya beberapa pertanyaan yang mungkin mereka tidak tahu jawabannya. Dalam situasi demikian, mereka harus mengatakan jujur dan tak usah malu untuk mengakui bahwa mereka tidak tahu, kecuali mereka akan menemukannya.[3] Dapat mempergunakan pengetahuannya itu untuk kemajuan prestasinya.[4]


Pendahuluan
latar belakang

ini bertanya masih menjadi bagian penting dalam teknik mengajar. Prinsipnya, pertanyaan yang diajukan harus memancing pemikiran atau menuntut pemberian informasi yang jelas. Kadang-kadang pertanyaan digunakan untuk memulai suatu alur pemikiran, untuk menimbulkan pertanyaan pada benak anak-anak dan memancing rasa ingin tahu mereka. Kehati-hatian diperlukan agar pertanyaan yang dipergunakan untuk tujuan ini adalah untuk mencari, menggali, untuk mencapai kesimpulan yang sukses.[1]
Dalam pembelajaran di kelas, siswa merupakan subjek sekaligus objek yang harus diperhatikan guru. Siswa menjadi pusat kajian guru untuk melahirkan berbagai model, cara, dan strategi yang tepat untuk mengasah keterampilan dan ilmu pengetahuan seutuhnya. Ada satu hal lain yang ternyata turut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yang disampaikan guru kepada siswa. Hal tersebut adalah sifat dan karakter siswa sebagai pembelajar di kelas.[2] Ruang kelas katakanlah tiga puluh siswa. Di sekolah dasar
keseragaman antar murid satu kelas. Melihat persamaan karakter anak di kelas tersebut, ruangan itu bukan lagi sebuah “kelas” tetapi berisi tiga puluh individu. Masing-masing memiliki sifat tersendiri. Misalnya, ada anak pendiam dan tenang, dan ada yang aktif bertanya.[3] Menciptakan suasana bersahabat dan menyenangkan di kelas menyebabkan anak-anak berperilaku ilmiah. Bahwa seorang anak di sekolah tampak sangat berbeda dari anak yang sama di lingkungan berbeda.[4] Hubungan guru dan siswa harus demikian akrab dan dekat sehingga tidak ada cara khusus yang diperlukan untuk menunjukkan kesiapan menjawab. Rencana menguji siswa dengan pertanyaan lisan dan jawaban lisan mungkin mengecoh, anak-anak yang pintar memberi jawaban yang baik. Dalam pengajaran lisan, mesti selalu ada waspada agar jawaban tidak dimonopoli oleh sedikit anggota kelas yang pandai.[5] Oleh sebab itu berikut akan diulas mengenai penumbuhan aktif bertanya dalam belajar.[6]

Rumusan masalah
Dalam persoalan tentang bertanya, artikel mengkaji persoalan yang dibahas:
1.      Apa definisi bertanya?
2.      Apa yang dimaksud metode tanya jawab?
3.      Bagaimana metode mengajar seorang guru yang benar?
4.      Bagaimana cara agar siswa aktif dalam pembelajaran?
5.      Apa saja motivasi untuk anak didik?

Tujuan
Setelah perumusan masalah diketahui, maka tujuan dari perumusan masalah adalah :
1.      Untuk mengetahui definisi bertanya.
2.      Untuk mengetahui maksud metode tanya jawab
3.      Untuk mengetahui metode mengajar seorang guru yang benar
4.      Untuk mengetahui cara agar siswa aktif dalam pembelajaran
5.      Untuk mengetahui berbagai motivasi untuk anak didik
Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut :
1.      Bagi penulis sebagai bahan latihan untuk artikel karya ilmiah.
2.      Bagi pembaca sebagai bahan referensi mengenai faktor tujuan pendidikan dalam konsep bertanya mencapai prestasi.


Pembahasan
           Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tanya merupakan permintaan keterangan (penjelasan dan sebagainya).[1] Keterampilan bertanya merupakan salah satu ketrampilan dasar pembelajaran yang harus dikuasai guru. Keterampilan bertanya mengandung makna ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan atau bertanya. Maka keterampilan bertanya merupakan pernyataan guru yang mendorong siswa untuk berpikir sehingga menemukan atau merumuskan konsep suatu ilmu pengetahuan.[2]
            Metode belajar mengajar (tanya jawab).
Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya. Metode ini banyak
digunakan dalam proses belajar mengajar, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dan metode ini merupakan salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan pada metode ceramah, dikarenakan apabila suatu penjelasan guru yang belum dimengerti, maka anak didik dapat langsung menanyakan pada guru.[3]  Dalam pembelajaran yang mengaktifkan siswa, terdapat peluang-peluang untuk meningkatkan aspek-aspek kompetensi siswa yang sesuai dengan peluang tersebut. Contohnya jika guru ingin meningkatkan belajar siswa melalui peningkatan keberanian dan kemauan siswa menjawab pertanyaan, guru harus berinteraksi dengan siswa melalui tanya jawab. Setelah siswa menjawab pertanyaan, guru memanfaatkannya untuk meningkatkan minat belajar siswa itu dengan memberi penghargaan pada siswa. Siswa yang menjawab benar diberi penghargaan lebih dan siswa yang menjawab salah tetap dihargai guru. Demikian pula dengan teman-temannya untuk saling menghargai. Peningkatan keinginan siswa menjawab pertanyaan akan berdampak pada peningkatan minat belajar siswa. Contoh lainnya adalah jika ada siswa yang mengacungkan tangan dengan yakin, yang mengacungkan tangannya sedikit, dan yang tidak mengacungkan tangan, yang harus ditunjuk adalah siswa yang tampak ragu untuk menjawab. Siswa yang ragu menjawab lebih memerlukan bantuan dibandingkan dengan siswa yang sudah yakin dengan jawabannya. Sedangkan siswa yang tidak mengacungkan tangan tidak boleh ditunjuk, agar siswa mematuhi tata-tertib belajar. Menunjuk siswa yang ragu menjawab diperlukan untuk meningkatkan keberanian siswa menjawab pertanyaan. Sedangkan siswa yang tidak mengacungkan tangan dtingkatkan kemauan menjawabnya dengan cara guru meminta pendapat siswa itu setelah siswa yang mengacungkan tangan tersebut menjawab pertanyaan guru. Ini dierlukan untuk memotivasi siswa yang belum berani menjawab, agar berani menjawab, sehingga keinginannya untuk berpikir lebih baik ditingkatkan.[4]
etode mengajar adalah cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang
hendak kita ajar. Macam-macam metode mengajar antara lain :
1.      Tanya jawab[5]
2.      Setiap model pengajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa
3.      Memotivasi siswa agar terlibat proses pembelajaran
4.      Setiap model pengajaran diakhiri dengan kegiatan merangkum pokok pelajaran[6]
5.      Hubungan guru dan siswa harus demikian akrab dan dekat
Sehingga tidak ada cara khusus diperlukan untuk menunjukkan kesiapan menjawab. Sebagian guru lebih suka memanggil serang siswa, kemudian bertanya langsung kepadanya
6.      Pengembangan keterampilan siswa.
Keterampilan seperti : berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, dan memancing teman untuk bertanya.[7]
7.      Rencana menguji siswa dengan pertanyaan lisan dan jawaban lisan yang mengecoh
anak-anak yang pintar memberi jawaban yang baik. Dalam pengajaran lisan, selalu waspada agar jawaban tidak dimonopoli oleh siswa yang pandai.[8]
8.      Guru menggunakan kebiasaan mengulang setiap jawaban yang diberikan siswa.
Jawaban yang benar diterima dengan menganggukkan kepala kemudian dilanjutkan kembali. Jawaban yang benr tetapi kurang tepat dalam penyampaian menjadi tantangan buat guru untuk mengoreksinya. Bila guru melemparkan koreksi kapada siswa, mereka ikut peduli dan kelas terhindar dari kebosanan.[9]
Sikap anak terhadap guru, dalam penyelidikan mengenai sikap terhadap angka rapor. Penyelidikan hetzer dan penyelidikan eveld menunjukkan bahwa anak-anak umur 9-13 tahun menganggap nilai teman-teman dan nilai sendiri sebagai media untuk melihat keadilan guru dan kekuatan dirinya sendiri di dalam kelas, diantara teman-temannya. Penelitian mengenai sikap terhadap hadiah, bahwa kita tidak boleh mengharapkan terlalu banyak dari hadiah. Penggunaan hadiah harus disesuaikan dengan perkembangan anak, dan dipertimbangkan kondisi-kondisi yang lain.[10]
            Dalam proses pembelajaran peserta didik perlu diupayakan pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang
perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya adalah :
1.      Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut.
2.      Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi secara bebas dan terarah.
3.      Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar
4.      Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.[11]
Untuk membangkitkan motivasi belajar anak didik dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
1.      Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topic yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya
2.      Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai
3.      Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan
4.      Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa
5.      Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa seperti : perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah
6.      Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.[12]

Kesimpulan
Memahami psikologi pendidikan pada umum dan khusus sangat penting bagi guru. Menguasai dan menerapkan prinsip secara tepat membantu keberhasilan peserta didik dan pengembaangan budaya bertanya secara optimal. Menjadikan anak didik pandai mengungkapkan pendapat tanpa rasa keraguan. Mengarahkan gruru untuk berinteraksi dengan anak didik dengan ramah.

Saran
Seorang guru bisa akrab dengan anak didik, menyayangi anak didik tanpa melihat pandangan siswa unggul atau biasa. Seorang guru pandai membuat suasana menjadi aktif dalam pembelajaran, selalu memberi dukungan kepada siswa setiap pembelajaran


Daftar pustaka
Hughes A.G dan Hughes E.H, 2015, Psikologi pembelajaran dan terapan, Bandung : Nuansa Cendekia

Suryabrata Sumadi, 2008, psikologi pendidikan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Putranto Bambang, 2015, tips menangani siswa yang membutuhkan perhatian khusus, Yogyakarta : DIVA Press

KBBI online diakses dari http://kbbi.web.id/tanya, pada tanggal 20 Desember 2016 pukul 22.08

Purnomo Mas, pengertian keterampilan bertanya diakses dari https://maspurnomo.wordpress.com/2011/10/31/pengertian-ketrampilan-bertanya/ , pada 18 Desember 2016 pukul 08.47

Amri Sofan, 2013 , pengembangan & model pembelajaran dalam kurikulum 2013, Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya

Jihad Asep dan Haris Abdul, 2012, evaluasi pembelajaran, Yogyakarta : Multi Perindo

Iskandar, 2012, psikologi pendidikan sebuah orientasi baru, Jakarta Selatan : referensi


[1] KBBI online diakses dari http://kbbi.web.id/tanya, pada tanggal 20 Desember 2016 pukul 22.08
[2] Mas Purnomo, pengertian keterampilan bertanya , diakses dari https://maspurnomo.wordpress.com/2011/10/31/pengertian-ketrampilan-bertanya/ , pada 18 Desember 2016 pukul 08.47
[3] Sofan Amri, pengembangan & model pembelajaran dalam kurikulum 2013, penerbit PT. Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2013, hlm 114
[4] Ibid, 123-124
[5] Asep Jihad dan abdul haris, evaluasi pembelajaran,penerbit multi pressindo, Yogyakarta, 2012  hlm 25
[6] Ibid, hlm 26
[7] Ibid, hlm 31
[8] A.G. Hughes dan E.H. Hughes, psikologi pembelajaran teori dan terapan”, penerbit nuansa cendekia, Bandung, 2015, hlm 447
[9] Ibid, hlm 448
[10] Sumadi Suryabrata, psikologi pendidikan, penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm 209-211
[11] Iskandar, psikologi pendidikan sebuah orientasi baru, penerbit referensi, Jakarta Selatan, 2012, hlm 95
[12] Idib, hlm 96


[1] A.G. Hughes dan E.H. Hughes, psikologi pembelajaran teori dan terapan, penerbit nuansa cendekia, Bandung, 2015, hlm 446
[2] Bambang Putranto, tips menangani siswa yang membutuhkan perhatian khusus, penerbit DIVA Press, Yogyakarta, 2015, hlm 11
[3]A.G. Hughes dan E.H. Hughes, psikologi pembelajaran teori dan terapan, penerbit nuansa cendekia, Bandung, 2015, hlm 13
[4] Ibid, hlm15
[5] Ibid, hlm 447
[6] Bambang Putranto, tips menangani siswa yang membutuhkan perhatian khusus, penerbit DIVA Press, Yogyakarta, 2015, hlm 13


[1] A.G. Hughes dan E.H. Hughes, psikologi pembelajaran teori dan terapan, penerbit nuansa cendekia, Bandung, 2015, hlm 442
[2] Ibid, hlm 443
[3] Ibid, hlm 444
[4] Sumadi Suryabrata, psikologi pendidikan, penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm 301

Komentar