pola fikir anak tingkat SD/SDI/MI terhadap pembelajaran



Pola Fikir Anak terhadap Pembelajaran



 

Dosen Pembimbing:
NURUL HIDAYATI,  M.Pd


Disusun Oleh :
WENI MARINA                 ( D97216090 )




TAHUN PELAJARAN 2016
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA






Tema                           :           Pola fikir anak terhadap pembelajaran.
Objek                          :           Siswa MI Muhammadiyah 10,
Desa Ciro Kec. Balongbendo Kab. Sidoarjo.
Apa yang diteliti         :           Masalah sifat percaya diri anak SD/MI/SDI.
Bagian yang diteliti     :           Sifat percaya diri anak SD/MI/SDI.

Meningkatkan Percaya Diri Anak Dasar
1.      Latar belakang      :
Percaya diri adalah pondasi cermin hati keberanian setiap manusia sejak lahir untuk mengenal keluarga, teman dan masyarakat. Sifat percaya diri memerlukan didikan yang baik melalui pendidikan agar menjadi orang berguna untuk dirinya. Maka, pada pendidikan sekolah dasar percaya diri dikembangkan.
Dengan pengajaran menanamkan sifat yang baik sejak dini sangat baik untuk anak didik bersopan santun dan memiliki akhlak kepada masyarakat. Banyak permasalahan tentang percaya diri yang kurang dikembangkan pada anak didik. Padahal sifat anak sekolah dasar masih membutuhkan karakter positif dan mudah diterima olehnya.
Contoh permasalahan dalam kelas ketika seorang guru selesai menjelaskan materi dan memberikan kesempatan siswanya untuk bertanya apa yang belum dipahami. Guru bertanya “Siapa diantara kalian belum paham tentang pola kalimat”?. Seluruh siswa diam ketakutan tidak ingin ditunjuk. Akan tetapi seorang siswa (Habib) ingin bertanya, tetapi melihat di sekitar teman-temannya tidak ada yang ingin bertanya. Melihat suasana diam membuat dia juga punya rasa takut dan ketidakyakinan yang dia pertanyakan. Apakah pertanyaannya terlalu mudah atau menjadi anggapan negatif (diskriminasi) bagi temannya.
Permasalahan ini sangat umum di dalam kelas maupun luar kelas. Maka, sebagai seorang guru lebih jauh lagi untuk mengenal sifat siswa, apakah karena genetik dari keluarga, lingkungannya. Guru memotivasi siswa agar lebih aktif, memberi semangat positif, memotivasi siswa agar lebih terbiasa bertanya dan menumbuhkan rasa ingin tahu.
Dalam mengajar dan mendidik seorang guru harus pandai berinteraksi secara kreatif, menguasai banyak informasi dan menyampaikan pesan dalam kehidupan sehari-hari untuk membentuk sifat percaya diri pada diri siswa.
2.      Rumusan masalah.
Berikut adalah rumusan masalah tentang percaya diri yang akan dibahas.
a.       Apa definisi percaya diri?
b.      Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya percaya diri?
c.       Apa saja ciri-ciri kurang percaya diri?
d.      Apa pengaruh percaya diri terhadap masyarakat?
e.       Bagaimana cara mengatasi kurangnya percaya diri?

3.      Tujuan penulisan
Sebagai pengetahuan dan tujuan dari rumusan masalah di atas.
a.       Mengetahui definisi dari percaya diri.
b.      Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya percaya diri.
c.       Mengetahui ciri-ciri kurang percaya diri.
d.      Mengetahui pengaruh percaya diri terhadap masyarakat.
e.       Mengetahui bagaimana cara mengatasi kurangnya percaya diri.



Tinjauan pustaka
A.    Mengetahui definisi dari percaya diri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Percaya adalah mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata. [1]
Menurut Wikipedia. Percaya adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. [2]
Jadi, percaya diri adalah sifat yakin dalam manusia yang membuktikan dia benar dengan pengetahuan yang dimilikinya.

B.     Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya percaya diri.
1.      Pengaruh keluarga.
Anak terlahir dari keluarga kurang bergaul juga mengakibatkan penurunan sifat kepada anak turunannya. Apabila keluarga tidak mengajarkan anaknya pandai berbicara, dan mendidik selain di sekolah, maka anak tersebut kurang wawasan dalam lingkungan keluarga. Orangtua harus meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak, memberikan anak pengetahuan dan pandai bercerita.
2.      Merasa takut ditanya balik saat bertanya dan takut salah menjawab.
Sikap ketidaksiapan pada masa mendatang mengakibatkan mental anak menurun. Anak semakin kurang bertanggungjawab dalam interaksi dengan orang lain. Anak dasar harus diberikan komunikasi yang membuat dia menarik dan selalu ingin lebih tahu.
3.      Merasa takut bobot pertanyaan sangat mudah.
Permasalahan proses ingin tahu melalui tahap-tahap. Maka, pengetahuan yang diberikan pada anak didik harus disamaratakan dari awal hingga akhir.  Guru mendidik anak dasar dengan penuh bahagia dan menarik, tidak menjatuhkan kemampuan pertanyaan anak dasar. Guru harus menguasai pengetahuan menurut konsep yang bisa diterima anak dasar.
4.      Takut ditertawakan teman bila temannya mampu menjawab.
Memberikan pujian positif adalah dukungan untuk anak dasar agar semakin termotivasi untuk menambah wawasan.
5.      Takut dimarahi guru karena tidak memahaminya.
Sebagai seorang pengajar dan pendidik memiliki jiwa pengabdian yang ramah untuk mendidik anak bangsa dengan memberikan pengetahuan dan akhlak yang baik.
6.      Kurang bersosialisasi, kurang berbicara.
Anak dasar membutuhkan kerjasama dengan teman-temannya. Agar anak dasar memahami menolong orang lain. Dengan cara bersosialisasi guru mengadakan tugas kelompok anak tersebut dengan teman sekelasnya di luar kelas. Semakin sering terlatih untuk berfikir kritis bersama-sama, anak dasar semakin mengungkapkan pendapat.
7.      Menjatuhkan kemampuan diri sendiri.
Mengakibatkan merugi pada dirinya sendiri, kemampuan keterampilan adalah ciptaan Allah SWT yang sangat sempurna. Semakin dia tidak ingin tahu hal baru maka dia tidak bisa melakukan apapun.

C.     Mengetahui ciri-ciri kurang percaya diri.
1.      Mempunyai sedikit teman, jarang bergaul.
Hidup diam, menyendiri ada dampak baik buruk. Akan tetapi sebagai manusia sosial harus saling membutuhkan dengan orang lain dengan cara pandai bergaul positif.
2.      Sensitif, dan pesimis.
Memiliki perasaan kurang percaya diri membuat anak sensitif selalu mudah marah, sedih dan pesimis keraguan dalam pendapatnya sendiri.
3.      Merasa pemalu di antara lainnya.
sifat kurang di antara lainnya, merasa takut dijatuhkan orang lain, sifat yang tidak menujukkan kemampuan dalam pengetahuan.
4.      Merasa kurang siap menunjukkan kepada orang lain.
Ketidaksiapan mental untuk berbicara dengan orang lain. Di dalam naluri akan semakin tidak nyaman apabila tidak memiliki rasa keyakinan.

D.    Mengetahui pengaruh percaya diri terhadap masyarakat.
1.      Memiliki banyak teman.
Dengan sikap ingin tahu dan pandai berbicara membuat orang lain semakin bergaul dan ingin bekerjasama.
2.      Memiliki sikap aktif.
Semakin banyak berbicara semakin aktif pengetahuannya.
3.      Meningkatkan kecerdasan pada anak.
Semakin banyak berinteraksi dengan orang lain, perkembangan kecerdasan anak semakin lebih baik.
4.      Memiliki kemampuan (bakat) dan keyakinan tinggi.
Percaya diri mengakibatkan anak berani bergaul, berinteraksi, berpendapat, membuktikan kemampuan hal positif yang dapat dicontohkan untuk orang lain.

E.     Mengetahui cara mengatasi kurangnya percaya diri.
1.      Menghindari anak dari hal yang negatif.
Tidak mencontohkan sikap negatif, memberikan contoh sikap positif mengajarkan anak perbedaan baik dan buruk.
2.      Mengajak berkelompok dengan hal positif.
Mendiskusikan tugas sekolah dengan teman-temannya dan bertanggungjawab.
3.      Mengajak anak untuk mengunjungi perpustakaan.
Semakin sering membaca, anak akan mendapat pengetahuan sebagai dasar rasa ingin tahunya.
4.      Menarik perhatian anak untuk tidak enggan meminta tolong saat berada dalam kesulitan.
Menunjukkan rasa tolong menolong baik sudah mengenali atau belum mengenali. Dan melatihnya di sekitar lingkungannya.

F.      Peta literatur


Kesimpulan
Percaya diri sangat berguna setiap manusia untuk mengembangkan pengetahuannya, berguna dalam bermasyarakat. Percaya diri dikembangkan pada sekolah dasar, karena anak dasar memerlukan pengetahuan dan diterapkan pada kehidupan nyata dinilai semua orang.



[2]   Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.5 diambil dari https://id.wikipedia.org/wiki/Keyakinan_dan_kepercayaan pada 11 Oktober 2016, pukul 02.01.

Komentar