Autisme
“Keterlambatan Dalam Bidang”
Autisme
dapat dikatakan sebagai gangguan pada
anak yang ditandai dengan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan ineraksi sosial. Menurut Wijayakusuma (2004), kata “autis” berasal dari bahasa yunani auto berarti sendiri. Pada umumnya,
autisme mengabaikan suara, penglihatan, atau kejadin yang melibatkan mereka.
A.
Ciri-ciri
anak autis
1.
Komunikasi
Anak
autisme mengalami kesulitan dalam berbicara atau berbahasa. Biasanya komunikasi
hanya dapat dilakukan menggunakan bahasa tubuh serta dalam jangka waktu lama.
2.
Sosialisasi
Anak
autis cenderung untuk menyendiri. Ia tidak mempunyai ketertarikan untuk
berteman atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bahkan yidak ada respon
ketika orang lain mengajaknya berkomunikasi.
3.
Perilaku
Anak
autis menunjukkan perilaku pendiam. Selain itu, autis juga dapat marah secara
tiba-tiba tanpa alasan.
4.
Kelainan
pengindraan
Ia
menjadi sensitif terhadaap cahaya, bunyi, sentuhan, bau, serta rasa.
B.
Cara
menangani anak autis
1.
Applied
Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi
untuk anak autis. Sistem yang dipakai ialah melatih anak secara khusus dengan
memberikan hadiah atau pujian.
2.
Terapi
wicara
Dalam hal ini, terapi
wicara dan berbahasa akan sangat membantu. Terapi ini betujuan untuk
melancarkan otot-otot mulut agar dapat bekerja lebih maksimal.
3.
Terapi
okupasi
Hampir semua anak autis
mempunyai keterlambatan dalam perkembangan kemampuan motoric halus.
Gerak-geriknya yang ditunjukkan anak autis cenderung kaku dan kasar., misalnya
tidak mampu memegang pensil dengan benar, sulit menyuap makanan ke mulutnya,
dsb. Terapi okupasi bermanfaat untuknya, melatih menggunakan otot-otot halus
secara benar.
4.
Terapi
fisik
Banyak anak autis
mengalami hambatan dalam hal kemampuan motoric kasarnya. Otot anak autis lembek
sehingga kemampuan berjalannya menjadi kurang kuat. Selain itu, keseimbangan
tubuhnya menjadi buruk. Terapi fisik akan membantu menguatkan otot serta
memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5.
Terapi
sosial
Terapi untuk bergaul
dengan teman-teman sebaya serta memberi petunjuk. Terapi ini harus dilakukan
secara intensif dalam membimbing anak.
6.
Terapi
bermain
Dalam hal ini, bermain
dengan teman sebaya berguna untuk melatih bicara, berkomunikasi, serta
interaksi sosial
7.
Terapi
perilaku
Terapi ini
merekomendasikan perubahan lingkungan untuk memperbaiki perilakunya.
8.
Terapi
perkembangan
Melalui ini, anak dapat
dipelajari tentang minat, kekuatan, emosional, dan intelektual anak.
9.
Terapi
visual
Anak autis lebih mudah
belajar dengan cara melihat. Mereka dapat ditangani dengan belajar melalui
gambar, atau video gambar.
10.
Terapi
musik
Terapi musik diberikan
kepada anak autis karena dapat membantu meningkatkan kepekaan kognitif,
afektif, serta psikomotorik. Musik juga dapat mengembangkan potensi/baat anak
autis, khusus di bidang seni.
C.
Cara
memperlakukan anak autis dalam proses pembelajaran
1. Prinsip
belajar sambil melakukan
2. Prinsip
kerarahan wajah dan suara
3. Prinsip
kasih sayang
4. Prinsip
kebebasan terarah
5. Prinsip
penggunaan waktu luang
6. Prinsip
minat dan kemampuan
7. Prinsip
emosional, sosial, dan perilaku
8. Prinsip
disiplin
D.
Cara
menenangkan siswa autis di dalam kelas
1. Memberikan
kesempatan untuk menyibukkan diri
2. Membiarkan
siswa autis menggambar atau mencoret-coret
3. Membiarkan
mereka berjalan-jalan
4. Memberikan
pilihan tempat duduk
Komentar
Posting Komentar