Diskalkulia
“Gangguan Dalam Matematika”
Menurut Abdurrahman (1996), diskalkulia adalah
gangguan belajar yang berpengaruh terhadap kemampuan matematika. Seseorang
sering mengalami kesulitan memecahkan masalah matematika serta menangkap konsep
dasar aritmatika. Orang yang mengalami diskalkulia mempunyai masalah dalam
proses visual. Masalah ini berkaitan dengan kurangnya memori (memory deficits), sulit mengingat
benda-benda atau angka urutan operasi.
Diskalkulia dikenal sebutan math difficulty, bentuk kesulitan berhitung dan mengalkulasi. Anak
yang menderita diskalkulia akan menunjukkan kesulitan belajar dan mengerjakan
tugas yang melibatkan angka atau simbol sistematis.
A.
Kesalahan
Umum Dilakukan Siswa Diskalkulia
Guru
harus memahami berbagai kesalahan umum yang dilakukan anak diskalkulia dalam
menyelesaikan tugas matematika.
1.
Kekurangan
Pemahaman tentang simbol
Anak-anak
belum memahami simbol dasar perhitungan soal seperti jumlah (+), kurang (-),
sama dengan (=). Agar anak dapat menyelesaikan soal tersebut, mereka
harus memahami simbol-simbol terlebih dahulu.
2.
Nilai
tempat
Contoh
soal, anak tidak memahami nilai tempat 7 pada bilangan 75. Anak yang mengalami
kekeliruan semacam itu dapat disebabkan lupa cara menghitung penjumlahan atau
pengurangan bersusun ke bawah. Agar anak dapat menyelesaikan , mereka
harus latihan secara berlanjut.
3.
Jawaban
serampangan
Ada
anak yang belum mengenal perkalian dengan baik, tetapi mengandalkan hafalan.
Hal ini menimbulkan kekeliruan jika hafalannya salah. Saat berhadapan dengan
soal, jawabannya menjadi serampangan. Agar anak dapat menyelesaikan,
mereka harus banyak berlatih.
B.
Ciri-ciri
siswa mengalami diskalkulia
1. Sulit
menghitung matematis. Keseharian ia sulit menghitung, termasuk kembalian uang
belanja. Sering kali anak takut memegang uang dalam transaksi.
2. Sulit
memahami konsep dasar perhitungan dan konsep angka urutan.
3. Anak
bingung saat ditanya jam berapa sekarang, ia juga tidak mampu membaca dan
memahami petunjuk arah.
4. Mengalami
hambatan dalam menggunakan konsep waktu.
5. Sering
melakukan kesalahan perhitungan.
6. Mengalami
hambatan mempelajari musik, sulit memahami notasi, urutan nada.
7. Mengalami
kesulitan dalam sistem skor.
C.
Penanganan
siswa diskalkulia dalam pembelajaran
Menurut
Abdurrahman (1996), Piaget menawarkan cara guru menangani siswa diskalkulia :
1. Klasifikasi
Dalam hal ini, guru dapat
mengajarkan klasifikasi yang dapat dipraktikkan di kelas. Sebagai berikut :
a. Klasifikasi
berdasarkan warna
b. Klasifikasi
bentuk : lingkaran, segitiga, segiempat, dll
c. Klasifikasi
berdasarkan ukuran : kecil, sedang, besar
2. Ordering
(mengurutkan) dan seriasi
Merupakan suatu
keteraturan yang disusun secara terpola dan berurutan. Seperti mengurutkan 1,
2, 3, dst.
3. Korespondensi
Keterampilan memahami
jumlah objek, contoh :
a. Anak
mengambil 10 kelereng dari sebuah kotak, lalu dipindahkan ke sebuah gelas.
b. Menilai
jumlah dua objek berbeda ( 2 pensil dan 2 bolpoin).
c. Menghubungkan
isi dengan nilai bilangan ( gambar satu telur dihubungan dengan angka 1).
4. Konversi
Banyaknya objek dalam
satu tempat, meskipun letaknya berubah.
D.
Cara
praktis guru membimbing siswa diskalkulia
1. Guru
dan orang tua harus menyadari taraf perkembangan siswa.
2. Menerpakan
pendekatan sistematis dengan siswa.
3. Menerapkan
strategi belajar yang efektif serta memancing siswa mempertanyakan matematika
di dalam dirinya.
4. Melatih
dan membimbing siswa dengan baik dan benar.
5. Menuliskan
angka-angka pada kertas untuk mempermudah siswa melihat.
6. Jangan
biarkan siswa berpikir abstrak.
7. Menerapkan
konsep matematika sehari-hari.
8. Berikan
pujian ketika siswa mengalami kemajuan.
9. Gunakan
gambar yang menyenangkan agar siswa nyaman dan tidak focus dalam perhitungan.
10.
Terus mengasah ingatan siswa tentang
matematika.
Komentar
Posting Komentar