Menulis
Karya Tulis Ilmiah
A.
Deskripsi
Karya Ilmiah
Karya
ilmiah merupakan hasil suatu pemikiran ilmiah pada suatu displin ilmu tertentu,
yang tersusun secara sistematis, ilmiah, logis, benar, bertanggung jawab, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
penulisan karya ilmiah, karya tulis yang dihasilkan baik secara teknis maupun
materi harus dapat dipertanggungjawabkan, karena hasil karya ilmiah akan dibaca
oleh khalayak dan akan dipelajari oleh orang lain dalam kurun waktu yang tidak
terbatas sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Pateda
1993:91).
Pamungkas
(2012:52) menjelaskan bahwa karya ilmiah biasanya mempunyai spesifikasi bentuk.
Karya dihasilkan dengan pemikiran sistematis, disusun dalam suatu urutan
teratur, sehingga pembaca mudah memahami hasil tulisan tersebut. Hasil tulisan
harus disusun pula secara logis dan benar. Oleh karena itu, seorang penulis
karya tulis ilmiah harus memiliki landasan teori yang kuat. Landasan teori yang
kuat akan dapat memberikan tampilan karya tulis ilmiah yang tidak menyimpang
dari suatu disiplin ilmu tertentu, sehingga karya tulis dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Nasucha
dkk (2009:54) menjelaskan bahwa kaidah karya ilmiah mempunyai ciri-ciri :
(1) Penyebutan
sumber tulisan yang jelas. Jika penyusun karya ilmiah mengutip pendapat orang
lain, maka sumber itu harus disebutkan dengan jelas dan lengkap,
(2) Memenuhi
kaidah penulisan yang berkaitan dengan kutip-mengutip, penulisan kata, frasa,
dan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
B.
Aspek-Aspek
dan Ciri Karya Tulis Ilmiah
Pamungkas
(2012:52), bahwa sebuah karya dikatakan ilmiah apabila dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam mengandung makna sangat dalam. Sebuah karya ilmiah
harus mengandung unsur keberanian, kejujuran, keberteimaan, dan kelogisan. Ada
tiga aspek yang harus ada dalam karya tulis ilmiah, yaitu :
(1) aspek
ontologi yang berkaitan dengan objek
penelitian. Mencakup tentang objek penelitian, artinya karya tulis ilmiah harus
mempunyai objek kajian. Objek tersebut dapat ditemukan atau dicek kebenarannya
oleh peneliti lain, sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Objek
ini harus real dan siapa pun dapat
menganalisisnya.
(2) aspek
epistimologi berkaitan dengan metode
yang digunakan. Artinya, kesalahan penggunaan metode akan kebenaran sebuah
penelitian dipertanyakan. Metode yang diterapkan harus sesuai dengan bidang
kajian, sifat penelitian (deskriptip atau perskriptif), dan lain-lain.
(3) aspek
asiologi yang berkaitan dengan aspek
manfaat. Manfaat yang dimaksud adalah manfaat secara teoretis maupun praktis.
Manfaat teoretis artinya manfaat yang diperoleh dari sisi pengembangan atau
sumbangan bagi keilmuan. Sedangkan manfaat praktis, manfaat yang berkaitan
dengan keberadaan karya tulis dalam upaya memperluas khasanah keilmuan dan
pengetahuan, sebagai pembaca, pendidik, masyarakat umum, dan sebagainya.
Soeparno (1997:51), karya disebut ilmiah
mengandung ciri-ciri :
1.
Masalah diungkapkan dan dipecahkan secara
ilmiah.
2.
Mengungkapkan pendapat berdasarkan fakta.
3.
Bersifat tepat, lengkap, dan benar.
4.
Bagian tulisan dikembangkan secara runtut,
sistematis, dan logis.
5.
Bersifat tidak memihak (objektif), aspek
pribadi atau emosional harus ditinggalkan.
Nasucha
(Pamungkas 2012:54), syarat khusus karya tulis ilmiah :
1.
Harus komunikatif. Informasi yang ditulis
mudah dipahami oleh pembaca.
2.
Isi karya tulis bernalar. Harus
sistematis, berurutan secara logis, ada kohesi dan koherensi, objektif, benar,
dan dipertanggungjawabkan.
3.
Ekonomis, tersusun secara padat dan
berisi.
4.
Berlandaskan teoretis yang kuat.
5.
Ditulis oleh seseorang yang menguasai
suatu bidang ilmu tertentu.
6.
Mempergunakan landasan teori yang mutakhir
(terbaru).
7.
Bertanggung jawab.
C.
Penggunaan
bahasa Indonesia Karya Tulis Ilmiah
1.
Pemakaian kalimat yang efektif
2.
Menghindari kalimat yang berlebih-lebihan
3.
Menghindari kalimat yang ambigu (bermakna
ganda)
4.
Pemakaian kata dan istilah bermakna lugas
(bukan kiasan)
5.
Menghindari penonjolan pesona (pribadi
penulis)
D. Pola dan Format Penulisan Karya Tulis
Ilmiah
1. Pola
Ukuran Pengetikan
Yulianto (2011:77), bahwa karya tulis
ilmiah membutuhkan kertas HVS yang berukuran kuarto (21,5 x 28 cm) atau kertas
A4 (21,5 x 29 cm).
Pola pengetikan halaman biasa berlaku
ukuran berikut :
a.
Pias atas 3 cm
b.
Pias bawah 3,5-4 cm
c.
Pias kiri 4 cm
d.
Pias kanan 3 cm
Pola pengetikan halaman bertajuk (kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, Bab I pendahuluan, daftar pustaka,
lampiran, dll). Tajuk tersebut ditulis dengan huruf kapital dan rata tengah.
a.
Pias atas 5 cm
b.
Pias bawah 3,5-4 cm
c.
Pias kiri 4 cm
d.
Pias kanan 3 cm
2. Pola
Spasi dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah
a.
Penggunaan jarak atau spasi
Jarak
antar baris pada kutipan langsung yang panjangnya empat baris atau lebih adalah
satu spasi. Kutipan itu ditulis dengan menjorok ke dalam sepanjang 5-7 ketukan
atau sesuai dengan awal paragraf.
b.
Penggunaan Jarak Dua Spasi
1)
Jarak antarbaris
dalam teks (uraian)
2)
Jarak antarbaris
kutipan tidak langsung
3)
Jarak antarbaris
kutipan langsung yang kurang dari empat baris
4)
Jarak antara tajuk anak bab dengan baris
pertama uraian
5)
Jarak antara tajuk anak bab dengan tajuk
sub-anak bab yang langsung mengikutinya
6)
Jarak antara baris terakhir uraian dengan
kutipan langsung yang satu spasi
7)
Jarak antara baris terakhir kutipan langsung yang satu spasi dengan garis pertama uraian berikutnya
c.
Penggunaan Jarak Tiga Spasi
1)
Jarak antara baris terakhir uraian dengan tajuk
anak bab yang mengikutinya
2)
Jarak antara baris terkahir uraian dengan tajuk
sub-anak bab yang mengikutinya
3)
Jarak baris
terakhir uraian dengan judul tabel
4)
Jarak baris
terakhir uraian dengan bagan,
diagram, gambar
5)
Jarak tabel
(termasuk catatan yang mengikutinya, bukan uraian penjelas) dengan uraian berikutnya
6)
Jarak judul
bagan, diagram atau gambar dengan uraian berikutnya
d.
Penggunaan Jarak Empat Spasi
1)
Jarak antara baris terakhir tajuk (judul) bab dengan tajuk anak bab yang mengikutinya
2)
Jarak antara baris terakhir tajuk (judul) bab dengan uraian yang langsung mengikutinya
3.
Pola
Penomoran dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah
a.
Penggunaan Angka Romawi
Angka romawi kecil (i, ii, iii, iv, v, vi,
dan seterusnya) digunakan untuk nomor halaman sebelum bab pendahuluan. Misalnya
halaman kata pengantar, lembar
pengesahan, daftar isi, abstraksi, dll.
Angka
romawi besar (I, II, III, IV, V, VI, dan seterusnya) digunakan untuk penomoran
bab.
b.
Penggunaan Angka Arab
1) Nomor
halaman, untuk halaman bab pendahuluan hingga
halaman akhir (lampiran, bila ada)
2) Penomoran
anak bab dan sub anak bab yang menggunakan sistem digital. Misalnya 1.1 Latar Belakang Masalah
3) Penggunaan
judul tabel, bagan, diagram, atau gambar anak bab yang menggunakan sistem
digital. Misalnya Tabel 4.1 Distribusi
Nilai Siswa.
4) Penomoran
anak bab dan sub-anak bab yang tidak menggunakan sistem digital. Misalnya 2. Tujuan khusus
5) Penomoran
judul tabel, bagan, diagram, gambar anak
bab yang menggunakan sistem digital. Contoh Tabel 1 Distribusi Nilai Siswa
4.
Penulisan Daftar Pustaka dalam Karya Tulis
Ilmiah
Yulianto
(2011:86), kaidah penulisan daftar pustaka :
1) Memuat
sumber pustaka dalam karangan
2) Sumber
pustaka yang dicantumkan dalam daftar pustaka harus sumber yang digunakan dalam
catatan pustaka (kutipan), bukan seluruh sumber yang pernah dipakai penulis,
tetapi tidak terdapat dalam catatan pustaka
3) Disajikan
dengan urutan secara alfabetis dan kronologis
4) Tanpa
nomor urut
5) Jika
penulisannya tidak termuat dalam satu baris, digunakan baris kedua dan
seterusnya, diawali dengan menjorokkan ke dalam sepuluh ketukan dari margin
kiri (bentuk paragraph tergantung hanging
paragraph)
6) Apabila
pada daftar pustaka ada dua atau lebih pengarang yang huruf pertamanya sama,
maka yang diperhitungkan adalah huruf kedua. Dan, apabila huruf yang kedua
sama, maka yang harus diperhitungkan adalah huruf ketiga dan demikian
seterusnya.
Contoh
:
Ahmad Slamet Harjosuyono dibalik menjadi Harjosuyono,
Ahmad Slamet.
Hernowo tetap Hernowo
Berdasarkan
daftar pustaka (NaTaJuKoPen) dengan urutan afabetis :
Harjosuyono, Ahmad Slamet. 1997. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud
Hernowo. 2003. Quantum Reading. Bandung: MCI. Internet
7) Apabila
sumber rujukan yang digunakan ada yang ditulis oleh pengarang yang sama, maka
dalam daftar pustaka nama pengarang yang sama cukup ditulis satu kali dengan
urutan buku yang terlebih dahulu. Sedangkan, penulisan nama pengarang pada
baris berikutnya diganti dengan garis putus-putus sebanyak 10 digit.
Contoh
:
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1991. Pembinaan dan Kemampuan Menulis. Jakarta:
Rineka Cipta.
________. 1996 Menulis Kreatif. Jakarta: Rineka Cipta.
8) Apabila
sumber rujukan tidak tercantum nama pengarang tetapi ada instansi yang menaungi
maka pada awal penulisan daftar pustaka ditulis nama instansi.
Contoh
:
Depdikbud. 1985. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta.
9) Apabila
sebuah buku ditulis dua nama pengarang, maka nama pengarang pertama ditulis
dengan cara membalik unsur nama, sedangkan nama pengarang kedua ditulis apa
adanya.
Contoh
:
Arifin, E. Zaenal dan Amran Tasal. 1993. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:MSP.
10) Apabila
sebuah buku ditulis tiga orang nama pengarang, maka nama pengarang pertama
ditulis dengan cara membalik unsur nama, kemudian diikuti dkk, yang bermakna
kawan-kawan.
Contoh
:
Rohmadi, M. dkk. 2007. Teori dan Praktik: Bahasa Indonesia di
Perguruan Tinggi. Surakarta: UNS Press.
11) Jika
majalah atau jurnal dipergunakan sebagai rujukan. Urutan penulisannya sebagai
berikut :
a.
Nama pengarang (titik)
b.
Tahun penerbitan (titik)
c.
Judul artikel (diapit dengan tanda petik
dua, titik)
d.
Nama majalah (dicetak miring dan didahului
kata dalam, titik)
e.
Nomor majalah (kurung buka)
f.
Bulan penerbitan (bila ada, koma)
g.
Tahun penerbitan yang ke berapa atau nomor
urut tahun penerbitan (bila ada, kurung tutup, titik)
h.
Kota penerbitan (titik)
Contoh
:
Suparno. 1987. “Manfaat Logika Matematika
Bagi Orang Teknik Untuk Komunikasi Sehari-hari”. Dalam Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. 26 (Januari, XI)
Surabaya.
Jika tidak ada nama pengarang, urutannya
adalah :
Contoh
:
Tempo. 2000. “Kedaulatan di Tangan Siapa”.
13 (April XXX). Jakarta
8.
Sumber rujukan dari koran
a. Nama
pengarang (titik)
b. Tahun
penerbitan (titik)
c. Judul
artikel (diapit tanda petik dua, titik)
d. Nama
koran (dicetak miring dan diketahui kata dalam, titik)
e. Tanggal
penerbitan (titik)
f. Kota
penerbitan (titik)
Contoh
:
Laksono,
Haryanto Noor. 2009. “Hubungan Stress dengan Kegemukan”. Dalam Jawa Pos. 5 November. Surabaya.
Jika
tidak ada nama pengarang
Contoh :
Jawa Pos.
2009. “Tarik TKI Bermasalah dari Jordania”. 26 November. Surabaya.
9.
Sumber rujukan berupa antologi (kumpulan
karangan), jika terdapat nama pengarang.
a. Nama
pengarang (titik)
b. Tahun
penerbitan (bila ada, titik)
c. Judul
karangan (diapit tanda petik dua, titik)
d. Nama
editor (didahului dalam dan diakhiri [ed], titik)
e. Tahun
penerbitan antologi (titik)
f. Judul
antologi (titik)
g. Kota
penerbitan (titik dua)
h. Nama
penerbit (titik)
Contoh
:
Pamungkas, Sri. 2011.
“Latah…….” Dalam Azhar, Iqbal Nurul. (Ed). 2012. …….. Surabaya : Lima-Lima.
Jika tidak ada editor,
urutannya adalah :
Contoh
:
Suyanto. 2008.
“Pengembangan Profesionalisme Guru”. Dalam Depdiknas. 2008. Kumpulan Tulisan Kebijakan. Jakarta.
10. Sumber
rujukan dari internet, jika ada nama pengarang.
a.
Nama pengarang (titik)
b.
Tahun mengakses (titik)
c.
Judul artikel (diapit tanda petik dua,
titik)
d.
Alamat situs (didahului kata dalam, titik)
e.
Tanggal pengaksesan atau pengunduhan
(titik)
Contoh
:
Marina, Weni. 2009.
“Manajemen Pendidikan Masa Kini”. Dalam www.wikipedia. 6 Juli
Sumber rujukan dari
internet, jika tidak ada nama pengarang
a.
Alamat situs (titik)
b.
Tahun pengaksesan (titik)
c.
Judul artikel atau berita (diapit tanda
petik dua, titik)
d.
Tanggal pengaksesan (titik)
Contoh :
www.wikipedia.
2009. “Korban Pesawat yang Selamat Hari ini Mulai Ditemukan”. 7 Juli
Komentar
Posting Komentar