RESUME TEKNIK
PENILAIAN TES TERTULIS BENTUK URAIAN
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
EVALUASI
PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu:
Tatik Indayati, M. Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 2
1.
Siti
Saniatul Ulfa (D97216083)
2.
Sri
Indah (D97216084)
3.
Nurul
Fuad (D96216120)
Progam Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan
Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya
2018
Resume Teknik
Penilaian Tes Tertulis Bentuk Uraian
A.
Pengertian Tes
Tertulis Bentuk Uraian
Tes tertulis
bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah
dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini
dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat,
berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi
yang ditanyakan terbatas.[1]
Berdasarkan
penskorannya, tes tertulis bentuk uraian diklasifikasikan menjadi uraian
objektif dan non objektif. Bentuk uraian objektif menuntut sekumpulan jawaban
pengertian atau konsep tertentu sehingga penskoran dilakukan secara objektif.
Sementara bentuk uraian non objektif menuntut jawaban berupa pengertian atau
konsep berdasarkan pendapat masing-masing peserta tes, sehingga penskorannya
sulit untuk dilakukan secara objektif (dapat mengandung unsur subjektif).
Perbedaan lain
tes tertulis bentuk uraian objektif dan non objektif terletak pada kapasitas penskorannya.
Pada uraian objektif, kunci jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti, dan
komponen-komponen yang diskor diuraikan secara jelas serta ditentukan besarnya
skor untuk tiap komponen. Untuk uraian non objektif, skornya dinyatakan dalam
bentuk “rentangan”, karena komponen yang diskor hanya diuraikan secara garis
besar dan berupa kriteria tertentu.
Dibandingkan
dengan bentuk pilihan, tes bentuk uraian memiliki kelebihan. Berikut adalah
perbandingannya :
No.
|
Kriteria
|
Bentuk
uraian
|
Bentuk
pilihan
|
1.
|
Penulisan soal
|
Relatif mudah
|
Relatif sukar
|
2.
|
Jumlah pokok
bahasan yang ditanyakan
|
terbatas
|
Lebih banyak
|
3.
|
Aspek atau kemampuan yang diukuroleh satu soal
|
Dapat lebih dari satu
|
Hanya satu
|
4.
|
Persiapan
siswa
|
Penekanan
pada kedalaman materi
|
Lebih
menekankan pada keluasan materi atau materinya bervariasi
|
5.
|
Jawaban siswa
|
Mengorganisasikan jawaban
|
Memilih jawaban
|
6.
|
Kecenderungan
menebak
|
Tidak ada
|
Ada
|
7.
|
penskoran
|
Sukar, lama, kurang konsisten (reliabel) dan subjektif
|
Mudah, cepat, sangat konsisten dan objektif
|
B. Kaidah
Penulisan Bentuk Uraian Bebas
Pada dasarnya
setiap penulis soal bentuk uraian harus selalu berpedoman pada langkah-langkah
atau kaidah-kaidah penulisan soal secara umum. Seperti, sesuai dengan kisi-kisi
tes yang telah dibuat serta sesuai dengan tujuan soalnya.seorang penulis juga
harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan ruang
lingkup jawabanyang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian
jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa. Ruang lingkup tersebut menunjukkan luas sempitnya
masalah yang ditanyakan, sehingga harus jelas tergambar pada rumusan soalnya.
Ruang lingkup itu juga memudahkan guru untuk membuat kriteria atau pedoman
penskoran.
Adapun kaidah
lain yang perlu diperhatikan dalam penulisan bentuk uraian adalah aspek materi,
konstruksi, dan bahasa. Yang mana pada aspek materi :
1.
Soal harus
sesuai dengan indikator.
2.
Ruang lingkup pertanyaan dan jawaban harus
jelas.
3.
Isi materi
harus sesuai dengan petunjuk pengukuran.
4.
Isi materi
yang ditanyakan harus sesuai jenjang atau tingkat kelas.
Berdasarkan
aspek konstruksi :
1.
Rumusan
pertanyaan harus menggunakan kata-kata tanya dan perintah yang menuntut jawaban
terurai, seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan,
buktikan, hitunglah.
2.
Buatlah
petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3.
Buatlah
pedoman penskoran sesegera mungkin setelah soalnya ditulis dengan cara
menguraikan komponen yang akan dinilai, besarnya skor atau rentagan skor.
4.
Hal-hal lain
yang menyertai soal seperti tabel, grafik, gambar, peta, atau yang lain harus
jelas, seingga tidak menimbulkan penafsiran lain.
Berdasarkan
bahasa :
1.
Rumusan butir
soal menggunakan bahasa yang sederhana atau komunikatif sehingga mudah
dipahami.
2.
Rumusan soal
tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa atau kelompok
tertentu.
3.
Rumusan soal
tidak menggunakan kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
4.
Menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
C. Penyusunan Pedoman Penskoran
Penilaian Bentuk Uraian
Pedoman
penskoran menjelaskan tentang batasan atau konsep untuk melakuakn penskoran,
kemungkinan-kemungkinan jawaban yang diharapkan, dan kriteria jawaban yang
digunakan untuk penskoran. Agar hasil penskoran soal uraian konsisten
(reliabel), maka perlu digunakan kriteria penyekoran untuk menentukan batasan
dan ruang lingkup jawaban. Batasan jawaban yang digunakan disebut rubrik
penyekoran. Yangmana rubrik tersebut diklasifikasikan ke dalam analitik dan
holistik.
Rubrik
penyekoran analitik mengidentifikasi jawaban dari berbagai aspek yang berbeda.
Skor untuk masing-masing aspek diletakkan secara terpisah. Pada rubrik
penyekoran holistik, guru memberikan suatu skor tunggal berdasarkan pada
keseluruhan jawaban peserta tes. Rubrik penyekoran holistik sering kali kurang
detail dibandingkan dengan rubrik analitik, namun lebih mudah dikembangkan dan
proses penyekorannya juga lebih cepat.[2]
Contoh soal:
Deskripsikan dan
bandingkan antara paragraf deduktif dan induktif. Berikan pula contoh perbedaan
keduanya!
Contoh rubrik
penyekoran analitik :
No.
|
Deskripsi
|
Kurang
(skor 1)
|
Cukup
(skor 2)
|
Baik
(skor 3)
|
Sangat baik
(skor 4)
|
1.
|
Siswa
menunjukkan pemahaman tentang paragraf deduktif
|
|
|
|
|
2.
|
Siswa
menunjukkan pemahaman tentang paragraf induktif.
|
|
|
|
|
3.
|
Siswa dapat
membandingkan kedua paragraf.
|
|
|
|
|
4.
|
Siswa dapat
menyajikan contoh perbedaan kedua paragraf.
|
|
|
|
|
5.
|
Jawaban yang
diberikan jelas, terorganisir dengan baik, dan menggambarkan pemahamannya
terhadap materi.
|
|
|
|
|
Contoh rubrik
penyekoran holistik :
No.
|
Klasifikasi
|
Deskripsi
|
Nilai
|
1.
|
Sangat baik
|
Siswa menunjukkan pemahaman kedua paragraf
dan dapat mendeskripsikan perpedaannya dengan baik serta mampu memberikan
contoh. Ini merupakan jawaban yang bagus sekali.
|
4
|
2.
|
Baik
|
Siswa menunjukkan pemahaman yang bagus
tentang kedua paragraf dan dapat mendeskripsikan perpedaannya serta mampu
memberikan contoh.
|
3
|
3.
|
Cukup
|
Siswa menunjukkan pemahaman yang cukup
tentang kedua paragraf dan dapat mendeskripsikan beberapa perpedaannya.
Pemahamannya terbatas.
|
2
|
4.
|
Kurang
|
Siswa menunjukkan pemahaman yang terbatas
tentang kedua paragraf dan dapat mendeskripsikan perpedaannya secara kabur,
beberapa informasi jelas tidak akurat serta contoh yang diberikan tidak
relevan.
|
1
|
D. Beberapa Contoh
1.
Uraian
objektif
Indikator :
“menjelaskan perbedaan keanekaragaman hayati antara di padang pasir dan hutan
tropis.”
Soal :
“jelaskan keanekaragaman hayati mana yang lebih besar antara di padang pasir
atau di hutan tropis? Jelaskan jawabanmu!”
Pedoman penskoran :
No.
|
Uraian
|
Skor
|
1.
|
Keanekaragaman hayati di hutan tropis lebih
besar disbanding di padang pasir.
|
3
|
2.
|
Faktor abiotik di hutan tropis (sinar
matahari, kelembaban, suhu) lebih stabil seanjang tahun dibandingkan di
padang pasir. Hal tersebut mempegaruhi makhluk hidup didalamnya.
|
7
|
Skor total
|
10
|
2.
Uraian non
objektif
Indikator : “membuat karangan
berdasarkan kaidah bahasa _ndonesia yang benar.”
Soal : “buatlah karangan dengan tema
“meningkatkan minat baca anak”, sebanyak kurang lebih 150 kata. Perhatikan
ejaan, tanda baca, strutur kalimat, dan hubungan atau koherensi antar kalimat”
Pedoman penskoran :
No.
|
Kriteria jawaban
|
skor
|
1.
|
Kesesuaian antara judul dan isi cerita
·
Judul sesuai dengan isi cerita
·
Judul agak sesuai dengan isi
cerita
·
Judul tidak sesuai dengan isi
cerita
|
0-2
2
1
0
|
2.
|
Ketepatan penulisan ejaan
·
Tidak ada kesalahan ejaan
·
Bila ada kesalahan ejaan 1-5
kata.
·
Bila ada kesalahan ejaan 6-10
kata.
·
Bila ada kesalahan ejaan lebih
dari 10 kata.
|
0-3
3
2
1
0
|
3.
|
Ketepatan penulisan tanda baca
·
Tidak ada kesalahan tanda baca
·
Bila ada kesalahan tanda baca
1-5.
·
Bila ada kesalahan tanda baca
6-10.
·
Bila ada kesalahan tanda baca
lebih dari 10.
|
0-3
3
2
1
0
|
4.
|
Ketepatan struktur kalimat
·
Semua kalimat memiliki struktur
yang tepat.
·
Ada 1 kalimat yang strukturnya
tidak tepat.
·
Ada 2 kalimat yang strukturnya
tidak tepat.
·
Lebih dari 2 kalimat yang
strukturnya tidak tepat.
|
0-3
3
2
1
0
|
5.
|
Kepaduan antar kalimat
·
Semua kalimat padu
·
Ada 1 kalimat yang tidak padu
·
Ada 2 kalimat yang tidak padu
·
Lebih dari 2 kalimat yang
strukturnya tidak padu
|
0-3
3
2
1
0
|
Skor total
|
14
|
F. Soal Tes Bentuk Isian
Soal isian
adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat, berupa
kata, frase, angka atau simbol. Jenis soal isian meliputi melengkapi dan
asosiasi. Soal bentuk ini memiliki keunggulan dapat mencakup lingkup materi
yang banyak dan dapat diskor drngan mudah, cepat dan objektif, serta mudah
menyusunnya. Namun keterbatasan bentuk soal isian adalahcenderung mengukur
kemampuan mengingat.
G. Kaidah Penulisan Soal Isian
Beberapa
ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis soal isisan adalah :
1.
Soal harus
sesuia indikator
2.
Soal harus
menggunakan kata yang baik dan bena, serta kalimat yang singkat dan jelas
3.
Jawaban yang
dituntut oleh soal harus singkat dan pasti, yaitu berupa kata, frase, angka,
simbol, tempat, atau waktu
4.
Soal bukan
merupakan kalimat yang langsung mengutip dari buku
5.
Soal tidak
memberi petunjuk ke kunci jawaban
6.
Bagian kalimat
harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam rasio butir soal, dan paling
banyak dua bagian, supaya tidak membingungkan siswa
H. Contoh
1.
Melengkapi
Gunung kerinci terletak di provinsi
…. .
Kunci jawaban : Jambi
2.
Asosiasi
Pada titik-titik disebelah kanan dari setiap
lagu daerah, tuliskan asal (daerah) lagu tersebut!
Lagu daerah
|
Daerah asal
|
1.
Keroncong kemayoran
|
|
2.
Ayam den lapeh
|
|
3.
Manuk dadali
|
|
4.
Tanduk majeng
|
|
5.
Suwe ora jamu
|
|
Kunci jawaban :
1.
Jakarta
2.
Sumatera barat
3.
Jawa barat
4.
Madura
5.
Jawa tengah
I. Soal Uraian Bentuk Jawaban Singkat
Soal uraian
bentuk jawaban singkat adalah soal yang jawabannya berupa kata, kalimat pendek,
atau frase terhadap suatu pernyataan. Kelebihan soal ini adalah dapat mencakup
lingkup materi yang banyak, dan dapat diskor dengan mudah, cepat dan objektif,
serta mudah menyusunnya. Adapun keterbatasannya adalah cenderung mengukur
kemampuan mengingat.
J. Kaidah Penulisan Soal Uraian Jawaban
Singkat
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan
dalam menulis soal isisan adalah :
1.
Soal
menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah
2.
Pertanyaan
atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat
3.
Panjang kata
atau kalimat yang harus dijawab pada semua soal diusahakan relatif sama
4.
Soal harus
menggunakan kata yang baik dan bena, serta kalimat yang singkat dan jelas
5.
Soal bukan
merupakan kalimat yang langsung mengutip dari buku
6.
Soal tidak
memberi petunjuk ke kunci jawaban
Contoh :
Kalimat pertanyaan : “Siapakah pemegang
kekuasaan tertinggi dalam koperasi?”
Kalimat perintah : “Sebutkan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam koperasi!”
K. Cara Memberi Skor Untuk Tes Uraian
Dalam bentuk uraian biasanya skor mentah dicari dengan menggunakan
sistem bobot. Sistem bobot ada dua cara, yaitu:
Pertama,
bobot dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya.
Misalnya, untuk soal yang mudah skor maksimumnya adalah 6, untuk soal sedang
skor maksimumnya adalah 7, dan untuk soal sukar skor maksimumnya adalah 10.
Cara ini tidak memungkinkan peserta didik mendapat skor maksimum sepuluh.
Kedua, bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat
kesukaran soal. misalnya, soal yang mudah diberi bobot 3, soal sedang diberi
bobot 4, dan soal sukar diberi bobot 5. Cara ini memungkinkan peserta didik
mendapat skor sepuluh.
Contoh 1 :
Seorang
peserta didik diberi tiga soal dalam bentuk uraian. Setiap soal diberi skor (
X ) maksimum dalam rentang 1 – 10 sesuai dengan kualitas jawaban peserta
didik.
Perhitungan Skor dengan Bobot Pertama
No Soal
|
Tingkat
Kesukaran
|
Jawaban
|
Skor
(X)
|
1
|
Mudah
|
Betul
|
6
|
2
|
Sedang
|
Betul
|
7
|
3
|
Sukar
|
Betul
|
8
|
|
Jumlah
|
|
23
|
Rumus : Skor = ΣX
Σs
Keterangan :
ΣX = jumlah skor
s = jumlah soal
Jadi, skor peserta didik A =
23= 7,67
3
Contoh
2 :
Seorang peserta didik dites dengan 3 soal dalam bentuk
uraian. Masing-masing soal diberi bobot sesuai dengan tingkat kesukarannya,
yaitu bobot 5 untuk soal yang sukar, 4 untuk soal sedang, 3 untuk soal yang
mudah. Tiap-tiap soal diberikan skor (X) yang dicapai oleh setiap peserta didik
dikalikan dengan bobot setiap soal. [3]
Hasil perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Perhitungan
Skor dengan Sistem Bobot Kedua
No
Soal
|
Tingkat
Kesukaran
|
Jawaban
|
Skor
(X)
|
Skor
(B)
|
XB
|
1
|
Mudah
|
Betul
|
10
|
3
|
30
|
2
|
Sedang
|
Betul
|
10
|
4
|
40
|
3
|
Sukar
|
Betul
|
10
|
5
|
50
|
Jumlah
|
|
12
|
120
|
Rumus : Skor =
ΣXB
ΣB
Keterangan :
TK = Tingkat kesukaran
X
= skor setiap soal
B =
bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal
ΣXB = jumlah hasil perkalian X dengan B
Jadi, skor yang diperoleh peserta didik : 120= 10
12
L.
Mempersiapkan Tes Uraian
Untuk menyusun soal-soal uraian sebagai
indikator-indikator dari pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
dipelajari, beberapa ketentuan perlu diperhatikan.[4]
Khusus mengenai penyusunan tes uraian, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1.
Tentukan
bahwa siswa tidak akan menjawab terlalu banyak atau terlalu panjang sehingga
waktu tidak cukup.
Soal-soal
uraian yang baik menuntut agar siswa menganalisis soal itu dengan teliti,
menentukan apa yang dituntut dan apa yang tidak dituntut (oleh soal) dalam
jawaban, memikirkan tentang cara mengorganisasi jawaban yang paling cocok,
kemudian menuliskan jawaban tersebut. Proses ini memakan waktu, makin kompleks
suatu pertanyaan atau soal, makin membutuhkan waktu yang lebih lama.
2.
Jika
beberapa soal uraian akan diberikan, usahakan agar ada rentangan kesukaran dan
kompleksitasnya.
Kebanyakan
tes yang dibuat guru bertujuan untuk membedakan tingkat penguasaan dan
pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan. Jika semua soal
uraian sukar dan kompleks, beberapa orang siswa yang kurang kemampuannya tidak
akan dapat menghasilkan jawaban yang akseptabel terhadap satu pun dari soal
tersebut. Akan tetapi, jika soal-soal itu semuanya mudah dan sederhana, kita
akan memperoleh pengukuran yang memadai dari apa yang sebenarnya dapat
dilakukan oleh siswa yang lebih pandai. Dengan memberikan variasi terhadap
kesulitan dan kompleksitas soal-soal itu, guru dapat memperoleh informasi
tentang siswa, baik kurang pandai maupun yang pandai.
3.
Kebanyakan
tes yang diberikan dikelas menuntut semua siswa untuk menjawab soal-soal yang
sama.
Jika
suatu tes uraian digunakan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan suatu program
umum dari pengajaran, tiap siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang sama. Memberikan suatu pilihan soal atau pertanyaan akan mengurangi dasar
umum, yang terhadapnya individu-individu yang berbeda dapat dibandingkan.
4.
Tulislah
seperangkat petunjuk umum bagi tes tersebut.
Petunjuk
yang baik bagi suatu tes uraian hendaknya mencakup pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut :
a.
Rencana
umum yang harus digunakan siswa dalam mengerjakan tes itu.
b.
Bagaimana
bentuk jawaban tes itu harus ditulis.
c.
Kriteria
umum yang akan digunakan dalam menilai jawaban-jawaban tersebut.
d.
Waktu
yang digunakan untuk mengerjakan tes tersebut.
5.
Specify
the point for each question on the test.
Jika
lebih dari satu soal essay digunakan pada suatu tes, atau jika soal essay
dikombinasikan dengan seperangkat soal objektif, guru harus menjelaskan kepada
siswa titik berat soal-soal itu.
M. Cara Menyusun
Soal-soal Uraian
Untuk menyusun soal-soal uraian
yang lebih efektif, perlu kiranya guru atas pembuat tes memperhatikan
saran-saran seperti berikut :
1.
Sebelum
memulai menulis soal yang dimaksud, hendaknya jelas dalam pikiran kita proses
mental manakah yang kita harapkan dari murid untuk menjawab soal tersebut.
2.
Gunakanlah
bahan-bahan atau himpunan bahan-bahan dalam menyusun soal-soal uraian tersebut.
3.
Mulailah
pertanyaan atau soal uraian dengan kata-kata seperti : “Bandingkan”, “Berilah
alasan”, “Berilah contoh-contoh yang sesuai”, “Jelaskan bagaimana pendapat
anda”.
4.
Tulislah
pertanyaan atau soal uraian itu sedemikian rupa sehingga tugas apa yang harus
dilakukan siswa jelas dan tidak mempunyai arti ganda bagi setiap murid.
5.
Soal
essay berhubungan dengan hal-hal yang merupakan “conversial issue” dalam
masyarakat.
6.
Usahakan
agas soal essay yang kita susun itu benar-benar dapat menimbulkan perilaku
(behavior) yang kita kehendaki untuk dilakukan oleh siswa.
7.
Sesuaikan
panjang-pendeknya dan kompleksitas jawaban dengan tingkat kematangan siswa.
Instrumen Penilaian
Bentuk Uraian
Mata pelajaran
: PPKn
Materi : Keberagaman karakteristik individu
Kelas/ Semester : 4/II
Alokasi Waktu : 35 menit
Jumlah Soal : 4 soal
Kompetensi Inti
3.
Memahami
pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptahan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
Pencapaian
|
3.3 Menjelaskan
manfaat keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari- hari
|
3.3.1 Menjelaskan
keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari- hari
3.3.2
Menentukan manfaat keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari-
hari
3.3.3
Membandingkan keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari- hari
|
Tujuan
Pembelajaran
1.
Siswa dapat
menjelaskan keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari-hari melalui penjelasan guru dengan baik.
2.
Siswa dapat
menentukan manfaat keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari-
hari melalui menulis hasil pengamatan dengan baik.
3.
Siswa dapat membandingkan
keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari- hari melalui diskusi
kelompok dengan baik.
Kisi-kisi Penilaian
No
|
Indikator
|
Bentuk
penilaian
|
Butir Soal
|
Tingkat
Kesukaran
|
Skor
|
1
|
3.3.1
Menjelaskan keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari- hari
|
Tes uraian
|
1 dan 2
|
C2
|
20
|
2
|
3.3.2
Menentukan manfaat keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari-
hari
|
Tes uraian
|
3
|
C3
|
25
|
3
|
3.3.3
Mengidentifikasi keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari-
hari
|
Tes uraian
|
4
|
C5
|
35
|
Skor Maksimal : 100
Skor Total : Skor Perolehan X 100
Skor Maksimal
Soal :
1.
Jelaskan
pengertian keberagaman karakteristik Individu?
2.
Sebutkan
keberagaman karakteristik Individu dalam kehidupan sehari-hari! Beserta
contohnya!
3.
Sebutkan
manfaat keberagaman karakteristik Individu dalam kehidupan sehari-hari?
4.
Bandingkan
keragaman karakteristik orang-orang yang ada disekitarmu?
Pedoman penskoran :
Nomor Soal
|
Uraian
|
Skor
|
1.
|
Keragaman adalah perbedaan setiap manusia
yang berarti manusia itu bermacam-macam.
|
10
|
Perbedaan itu karena manusia adalah makhluk
individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas tersendiri.
|
10
|
|
2.
|
Sifat atau watak, umur, jenis kelamin, rasa tau suku,
pengetahuan, agama atau kepercayaan .
|
10
|
Sombong atau baik hati, perempuan atau
laki-laki, batak atau jawa, pintar matematika atau olahraga, islam atau
kristen. Atau yang lain yang menunjukkan contoh dari keberagaman individu.
|
10
|
|
3.
|
a.
dengan perbedaan umur kita belajar dari yang lebih tua serta
menghormatinya dan menghargai yang lebih muda untuk menjadi inspirasinya
(hanya menyebutkan 1 manfaat)
|
10
|
b. dengan perbedaan suku kita bisa belajar
bahasa serta mempelajari budayanya sehingga wawasan kita tentang nusantara
bertambah.
c.
dengan perbedaan pengetahuan kita bisa belajar cara atau strategi agar
bisa seperti orang berpendidika tinggi dengan berbagi motivasi dan juga ilmu.
(menyebutkan lebih dari satu manfaat)
|
15
|
|
4.
|
Pendapat siswa masing-masing, missal :
Si
A adalah seorang perempuan yang memiliki sifat yang pemalu.
Sia
B adalah seorang laki-laki yang memiliki sifat pemberani. (hanya menyebutkan
2 perbandingan)
|
15
|
Si
A adalah seorang perempuan yang memiliki sifat yang pemalu, dia berumur 10 tahun. Dia asli Madura dan
beragama islam. Dia sangat jago matematika.
Sia
B adalah seorang laki-laki yang memiliki sifat pemberani, dia berumur 11
tahun. Dia asli jawa timur dan beragama islam. Dia sangat gemar bermain sepak
bola.
(menyebutkan lebih dari dua perbandingan)
|
20
|
|
Skor total
|
100
|
Kunci jawaban :
1.
Keragaman adalah perbedaan setiap manusia yang
berarti manusia itu bermacam-macam. perbedaan itu karena manusia adalah makhluk
individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas tersendiri.
2.
Sifat atau watak, umur, jenis kelamin, rasa
tau suku, pengetahuan, agama atau kepercayaan . Sombong atau baik hati,
perempuan atau laki-laki, batak atau jawa, pintar matematika atau olahraga,
islam atau kristen. Atau yang lain yang menunjukkan contoh dari keberagaman
individu.
3.
a.
dengan perbedaan umur kita belajar dari yang lebih tua serta
menghormatinya dan menghargai yang lebih muda untuk menjadi inspirasinya
b. dengan perbedaan suku kita bisa belajar bahasa serta mempelajari
budayanya sehingga wawasan kita tentang nusantara bertambah.
c. dengan perbedaan
pengetahuan kita bisa belajar cara atau strategi agar bisa seperti orang
berpendidika tinggi dengan berbagi motivasi dan juga ilmu.
4.
Pendapat dari siswa masing-masing, misal
Si
A adalah seorang perempuan yang memiliki sifat yang pemalu, dia berumur 10 tahun. Dia asli Madura dan
beragama islam. Dia sangat jago matematika.
Sia
B adalah seorang laki-laki yang memiliki sifat pemberani, dia berumur 11 tahun.
Dia asli jawa timur dan beragama islam. Dia sangat gemar bermain sepak bola.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 2009. Evaluasi
Pendidikan. Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam.
Kusaeri. 2013. Acuan dan Teknik
Penilaian Proses dan Hasil Belajar dalam Kurikulum. Yogjakarta : Ar-Ruzz
Media.
Purwanto, M. Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja RosdaKarya.
Suprananto, Kusaeri. 2011. Penilaian
dan Pengukuran Pendidikan. Yogjakarta : UNY Press.
[1] Kusaeri, Acuan dan Teknik
Penilaian Proses dan Hasil Belajar dalam Kurikulum 2013, ( Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media, 2014 ), hlm. 89- 99.
[2] Kusaeri Suprananto, Penilaian
dan Pengukuran Pendidikan, (Yogjakarta : UNY Press, 2011), hlm. 85.
[3] Mohammad Ali, Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam, 2009), hlm. 223-226.
[4] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip
dan teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung
: PT. Remaja RosdaKarya, 2012), Hlm. 59.
Komentar
Posting Komentar