KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
PEMBELAJARAN IPS MI
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pembelajaran IPS MI
Disusun oleh:
Kelompok 4
Kelas 4D PGMI
1.
Secondta Habib Syarifah Zein (D97216080)
2.
Ami Hafidhoh (D97216096)
3.
Nurul Fuad (D97216120)
Dosen Pengampu:
Drs. Nadlir, M.Pd.I
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
penuh kemudahan. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk kepada umatnya lewat ilmu-ilmu yang di
bawah oleh Beliau.
Makalah ini berisi tentang “Keterampilan Dasar Mengajar Pembelajaran IPS MI” yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Dengan demikian, diharapkan agar
pembaca dapat mengetahui tentang deskripsi dari pengertian keterampilan mengajar, macam-macam
keterampilan dasar mengajar IPS MI, serta beberapa keterampilan mengajar dalam
pembelajaran IPS MI.
Kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang
membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Saran dan kritik
dari pembaca yang bersifat membangun
sangat kami harapkan agar dalam pembuatan makalah berikutnya dapat lebih baik
lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surabaya, 25 Maret 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keterampilan Dasar PembelajaranIPS MI............................... 3
B.
Macam-macam
Keterampilan Dasar Pembelajaran IPS MI......................... 4
C.
Macam-macam
keterampilan Mengajar Pembelajran IPS MI...................... 30
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................ 14
B.
Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai calon
guru MI, alangkah baiknya jika dapat memahami tentang pokok bahasan Keterampilan
dasar dalam pembelajaran IPS MI. Karena guru adalah salah satu sumber belajar yang paling utama sehingga harus
memiliki banyak informasi, yangmana informasi mengenai IPS
akan ditransfer kepada siswa-siswi di dalam kelas.
Seorang guru mempunyai kedudukan penting dalam pendidikan. Yakni memiliki tugas dan tanggung jawab yang cukup berat untuk
mencerdasarkan anak didiknya. Untuk mencapai tanggung jawab tersebut, guru
harus melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang dapat membantu dalam
berinteraksi dengan peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung,
terutama dalam pembelajaran IPS MI.
Karena pentingnya guru untuk
mengetahui keterampilan apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran,
maka penulis membuat makalah ini dengan judul “Keterampilan Dasar
Mengajar Pembelajaran IPS MI” yang bertujuan untuk membimbing
calon guru agar mampu dapat mengetahui tentang deskripsi dari pengertian
keterampilan mengajar, macam-macam keterampilan dasar mengajar IPS MI, serta
beberapa keterampilan mengajar dalam pembelajaran IPS MI.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, kami membatasi rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut.
1.
Apa yang dimaksud dengan
keterampilan mengajar?
2.
Apa saja keterampilan dasar
mengajar IPS MI?
3.
Apa saja keterampilan mengajar
dalam pembelajaran IPS MI?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, kami memiliki tujuan dalam makalah ini sebagai
berikut.
1.
Untuk mengetahui pengertian dari keterampilan mengajar
2.
Untuk mengetahui macam-macam keterampilan dasar mengajar IPS MI.
3.
Untuk mengetahui macam-macam keterampilan mengajar dalam pembelajaran IPS
MI.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keterampilan Mengajar
Mengajar adalah perbuatan yang
merupakan pengintegrasian secara utuh berbagai pengetahuan, keterampilan, serta
sikap dan nilai. Selain dapat menguasai materi dan sistem penyampaian di dalam
kelas, seorang guru juga harus berlatih menguasai keterampilan dasar mengajar.
Keterampilan dasar adalah standar yang harus dimiliki oleh setiap
individu yang berprofesi sebagai guru. Keterampilan itulah sepintas yang dapat
membedakan antara guru yang profesional dan mana yang bukan guru profesional.
Sama halnya dengan keterampilan seorang dokter dalam menggunakan alat suntik,
atau seorang ahli bedah menggunakan pisau bedahnya. Sulit kita mengatakaan
bahwa ia seorang dokter, kalau ternyata tidak dapat menggunakan alat suntik
tersebut, atau tidak bisa menulis resep. Keterampilan-keterampilan tersebut
adalah keterampilan yang melekat pada profesinya sebagai hasil dari proses
pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tertentu.
Keterampilan dasar ini sangat
penting untuk dikuasai oleh seorang guru. Sebab strategi dan model pembelajaran
apapun yang digunakan efektivitasnya sangat ditentukan oleh keterampilan guru
dalam pengelolaan pembelajaran. Ada sejumlah keterampilan yang harus dimiliki
seorang guru dalam mengerjakan tugas profesionalnya berhasil secara optimal. [1]
Guru yang profesional adalah guru yang dapat melakukan tugas
mengajarnya dengan baik. Dalam mengajar diperlukan keterampilan yang dibutuhkan
untuk kelancaran proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Turney
(1973) telah mengungkap 8 keterampilan guru dalam proses belajar mengajar sebagai
berikut.
1.
Keterampilan membuka dan menutup
pelajaran
2.
Keterampilan menjelaskan
3.
Keterampilan bertanya
4.
Keterampilan memberi penguatan
5.
Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil
6.
Keterampilan mengelola kelas
7.
Keterampilan mengadakan variasi
8.
Keterampilan mengajar perorangan
dan kelompok kecil[2]
B.
Macam-macam Keterampilan Dasar Mengajar IPS MI
Beberapa keterampilan dasar mengajar yang
harus dikuasai oleh guru dalam pembelajaran IPS MI antara lain keterampilan
membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,
keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, serta
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Penguasaan terhadap
keterampilan mengajar tersebut harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan
latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro (micro teaching).
Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen
dan prinsip-prinsip dasar tersendiri. Berikut diuraikan macam-macam keterampilan
tersebut beserta cara menggunakannya agar tercipta pembelajaran yang kreatif,
professional, dan menyenangkan.
1.
Keterampilan Membuka dan Menutup
Pelajaran
Membuka
pelajaran ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun
perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut
akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. [3]
Sedangkan menutup pelajaran ialah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar mengajar. Adapun tujuan kegiatan membuka dan
menutup pelajaran yang dilakukan dengan baik akan berpengaruh positif terhadap
proses dan hasil belajar-mengajar sebagai berikut.
a.
Tumbuhnya perhatian motivasi siswa
untuk menghadapi tugas yang akan dikerjakan
b.
Mengetahui batas tugas yang akan
dikerjakan
c.
Mempunyai gambaran jelas tentang
pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari
pelajaran
d.
Mengetahui hubungan antara
pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari
e.
Dapat menghubungkan konsep, fakta,
ketrampilan atau konsep yang tercakup dalam suatu pristiwa.[4]
Sebagaimana
keterampilan mengajar lainnya, ada prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan
komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan
oleh guru. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut.
a.
Bermakna
Dalam usaha menarik perhatian atau dalam
memotivasi, guru hendaknya memilih yang relevan dengan isi dan tujuan
pelajaran. Cerita singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya dengan
pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi gagal di dalam mewujudkan
kelangsungan penguasaan pelajaran.
b.
Berurutan dan berkesinambungan
Dalam mewujudkan prinsip harus berurutan dan
berkesinambungan, perlu diusahakan suatu susunan yang tepat, berhubungan dengan
minat siswa, ada kaitan yang jelas antara satu bagian dengan bagian yang
lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.[5]
Adapun komponen keterampilan
membuka pelajaran sebagai berikut.
a.
Menarik Perhatian Siswa
Cara yang
dapat dipergunakan :
1)
Gaya Mengajar Guru
Perhatian siswa dapat ditimbulkan dengan
memvariasikan gaya mengajar guru. Contoh: guru memilih posisi di kelas dan
memilih kegiatan yang berbeda dari biasanya dia kerjakan dalam membuka
pelajaran. Kali ini guru berdiri di tengah-tengah kelas untuk bercerita atau
menyampaikan informasi awal mengenai materi yang akan diajarkan, pada
kesempatan lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu
bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan.
2)
Penggunaan Alat Bantu Mengajar
Guru dapat menggunakan alat-alat bantu
mengajar seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik perhatian
siswa. Dengan digunakannya alat-alat bantu mengajar itu, disamping dapat
menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan
terjadi kaitan antara hal yang telah diketahui dengan hal baru yang akan
dipelajari.
3)
Pola Interaksi Yang Bervariasi.
Agar siswa dapat tertarik perhatiannya guru
hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan
proses belajar-mengajar. Seperti misalnya, guru memberi perintah siswa
mengerjakan perintah itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dalam diskusi
kelompok kecil atau dalam suatu eksperimen, guru mengemukakan masalah yang
menarik ke seluruh kelas lalu siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, atau
guru menunjukkan barang yang bisa ditonton seperti model-model yang ada
manfaatnya lalu siswa diminta untuk melihatnya secara bergiliran baik secara
berkelompok atau sendiri-sendiri.[6]
b.
Menimbulkan Motivasi
Sedikitnya ada
4 cara untuk menimbulkan motivasi siswa, yaitu :
1)
Dengan Hangat dan Antusias
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias,
bersahabat dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan
faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan kesenangan dalam
mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
2)
Menimbulkan Rasa Ingin Tahu
Guru dapat meningkatkan motivasi siswa dengan
cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya, dengan
menceritakan pada siswa sejarah phytagoras yang dapat menimbulkan pertanyaan,
menunjukkan suatu gambar atau mendemonstrasikan suatu peristiwa. Lalu guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan cerita, gambar, atau
peristiwa tersebut. Cara-cari ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi siswa.
3)
Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat
melontarkan ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi diri
kenyataan sehari-hari. Contoh : kita tahu bahwa segitiga merupakan bangun datar
yang dibatasi oleh tiga sisi, Lalu mengapa tower seluler dibangun oleh kumpulan
segitiga-segitiga?
4)
Dengan Memperhatikan Minat Siswa.
Menyesuaikan topik pelajaran dengan minat
siswa karena motivasi dan minat dipengaruhi oleh faktor-faktor
jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam
menentukan aktivitas yang harus dipilih oleh guru bagi siswa suatu sekolah
perlu dipertimbangkan faktor-faktor tersebut. Misalnya, siswa tersebut
menganalisis bangunan yang ada di sekitar mereka, atau kendaraan-kendaraan yang
lewat, dan sebagainya adalah sangat menarik minat mereka.[7]
c.
Memberi Acuan (Structuring)
Yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik
dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran
yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh
dalam mempelajari materi pelajaran tersebut. Untuk itu cara
yang dilakukan adalah :
1)
Mengemukakan tujuan dan batas tugas
Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan
tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa agar
mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi pelajaran
yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan. Contoh : misal
ada tiga buah gambar segitiga siku-siku dengan posisi sisi miring yang berbeda
di tiap segitiga. Siswa disuruh mengamati ketiga gambar segitiga tersbut dan
menyimpulkan apa yang dilihatnya.
2)
Menyarankan Langkah-Langkah Yang
Akan dilakukan
Tujuannya adalah agar dalam pelajaran siswa
akan terarah usahanya dalam mempelajari materi dan tugas jika guru memberi
saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan misalnya :
Guru : tugas kalian adalah membuktikan rumus
volum kerucut. Langkah yang harus dikerjakan adalah:
a)
Buatlah model tabung serta kerucut tanpa bidang alas dari kertas karton
b)
Isilah kerucut sampai penuh denagn
pasir/beras
c)
Tuangkan beras/pasir tersebut ke
model tabung
d)
Ulangi kegiatan tersebut sampai
tabung penuh dengan pasir/beras
e)
Apa yang dapat anda simpulkan?
3)
Mengingatkan Masalah Pokok Yang
Dibahas
Dengan mengingatkan siswa untuk menemukan
hal-hal yang positif dari sifat suatu konsep, tanda, media, hewan dan
lain-lain. Selain itu siswa perlu diingatkan untuk menemukan hal negatif yang
hilang atau kurang lengkap. Contoh : Periksalah bangun-bangun datar berikut
ini. Tentukan bangun datar mana yang termasuk ke dalam jajar genjang. Dan
jelaskan mengapa bangun datar yang lain tidak termasuk ke dalam jajar genjang?
4)
Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan guru sebelum mulai
menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi
pelajaran yang akan dipelajari. Contoh : Sebelum mulai mempelajari tentang
mean, median dan modus, guru akan menanyakan tentang data tunggal untuk
membantu siswa memahami dari mean, median, dan modus tersebut (apersepsi).[8]
d.
Membuat Kaitan
jika guru akan mengerjakan materi baru perlu
menghubungkan dengan hal yang telah dikenal siswa atau pengalaman atau minat
dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman. Hal-hal yang telah dikenal,
pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan bahan pengait.
Contoh : Usaha guru untuk membuat kaitan :
1)
Permulaan pelajaran guru meninjau
kembali sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan
pertanyaan atau merangkum inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
2)
Guru membandingkan atau
mempertentangkan dengan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah
diketahui. Hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan
pengetahuan lama yang telah dikuasai. Contoh : Guru lebih dahulu mengajukan
pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum
mengerjakan pembagian.
3)
Guru menjelaskan konsepnya atau
pengertiannya lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci. Hal ini
dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru. Contoh : guru lebih dahulu menjelaskan
pengertian turunan sebelum ia menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan
integral.[9]
Setelah kita mengetahui komponen keterampilan membuka pelajaran,
sebaiknya kita juga harus mengetahui komponen keterampilan menutup
pelajaran. Menjelang
akhir pelajaran atau akhir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan
kegiatan menutup pelajaran, agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang
pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Cara yang dapat dilakukan adalah
:
a.
Meninjau Kembali, yakni Akhir
kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah
dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi : Merangkum inti pelajaran. Misalnya
: siswa diminta membuat rangkuman secara lisan tentang pelajaran yang beru
dipelajarinya, jika rangkuman yang dibuat siswa itu salah atau kurang sempurna,
guru harus membenarkan rumusan tersebut.
b.
Membuat ringkasan, yakni adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki
buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali. Misalnya : setelah siswa
mempelajari secara individual tentang kubus, guru meminta siswa menyebutkan
inti materi yang dipelajari. Sementara itu guru menuliskan inti materi
pelajaran yang ditemukan siswa-siswa di papan tulis.
c.
Mengevaluasi, yakni salah satu
upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh
terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi. Bentuk-Bentuk Evaluasi
Itu Meliputi :
1)
Mendemonstrasikan ketrampilan
Contoh : misalnya setelah siswa membuat
kerangka kubus, guru dapat meminta siswa untuk menjelaskan komponen yang ada
dalam kubus tersebut.
2)
Mengaplikasikan ide baru pada
situasi lain
Contoh : setelah guru menerangkan persamaan
kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan.
3)
Mengekpresikan pendapat siswa
sendiri
Contoh : setelah penjelasan seorang siswa
mendemonstrasikan sisi miring di depan kelas, lalu siswa lain diminta untuk mengemukakan
pendapat mereka tentang sisi miring yang sudah dijelaskan tadi.
4)
Soal-soal tertulis
Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk
dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian maupun tes
objektif, dan melengkapi lembaran kerja.[10]
2.
Keterampilan Menjelaskan
Dalam kehidupan sehari-hari istilah
menjelaskan diartikan sama dengan menceritakan. Keterampilan menjelaskan adalah
mendeskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta, dan data
sesuai dengan waktu. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
memberikan suatu penjelasan, diantaranya sebagai berikut.
a.
Penjelasan dapat diberikan selama
pembelajaran, baik di awal, di tengah, maupun di akhir pembelajaran.
b.
Penjelasan harus menarik perhatian
peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar
c.
Penjelasan dapat diberikan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar
yang sudah direncanakan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan
pembelajaran.[11]
Adapun tujuan keterampilan
menjelaskan adalah sebagai berikut.
a.
Membimbing peserta didik memahami
berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur.
b.
Membimbing peserta didik menjawab
pertanyaan “mengapa” secara bernalar.
c.
Melibatkan peserta didik untuk
berfikir.
d.
Mendapatkan balikan mengenai
pemahaman peserta didik.
e.
Menolong peserta didik menghayati
berbagai proses penalaran.
Untuk mempelajari bagaimana
keterampilan menjelaskan pelajaran, maka guru harus mengetahui komponen apa
saja yang ada dalam keterampilan menjelaskan. Yangmana dipaparkan sebagai
berikut.
a.
Analisis dan Perencanaan
Menjelaskan
Ada dua hal yang perlu dianalisis dan
direncanakan pada keterampilan menjelaskan, yaitu isi pesan yang akan
disampaikan dan si penerima pesan itu sendiri, yaitu peserta didik.
Keberhasilan menjelaskan isi pesan akan terletak pada bagaimana perencanaan itu
dibuat, dan keberhasilan perencanaan akan terletak pada bagian analisis
pemecahan masalah yang diorganisasi secara sistematis.
b.
Penyajian Suatu Penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan
hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)
Bahasa yang diucapkan harus jelas
dan enak didengar, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, tapi dapat
didengar oleh seluruh peserta.
2)
Gunakan intonasi sesuai dengan materi
yang dijelaskan
3)
Gunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, serta hindarkan kata-kata yang tidak perlu, seperti “eu”, “mm”,
“ya”, “ya ya’, “ya toh”, (hal ini perlu dilatih dan dibiasakan)
4)
Bila ada istilah-istilah khusus
atau baru, berlatih definisi yang tepat
5)
Perhatikanlah, apakah semua peserta
didik dapat menerima penjelasan, dan apakah penjelasan yang diberikan dapat
dipahami serta menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi belajar mereka.[12]
3.
Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya sangat perlu
dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Guru yang menggunakan strategi bertanya yang baik terhadap siswa secara
individual ternyata membantu siswa memiliki harga diri, menciptakan rasa aman,
dan memahami identitasnya.
Melalui penggunaan pertanyaan oleh
guru dalam kegiatan belajar-mengajar, juga meningkatkan cara berfikir siswa,
mempengaruhi secara positif dalam pencapaian hasil belajar siswa, menjamin rasa
percaya diri dan kemampuan dirinya dalam belajar (Cuningham, 1994). Adapun
syarat yang ditujukan kepada guru untuk dapat mengajukan pertanyaan kepada
siswa saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu:
a.
Pertanya diungkapkan dengan
kata-kata atau bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa
b.
Pertanyaan diungkapkan secara
singkat dan jelas
c.
Pertanyaan tidak terlalu luas
cakupannya, bersifat spesifik atau khusus
d.
Pertanyaan yang diajukan tidak
mengandung makna ganda.[13]
Adapun
beberapa tujuan yang ingin dicapai seorang guru dengan mengajukan pertanyaan,
antara lain:
a.
Membangkitkan minat dan rasa ingin
tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan
b.
Memusatkan perhatian siswa terhadap
mutu pokok bahasan atau konsep
c.
Mendiagnosa kesulitan-kesulitan
khusus yang menghambat siswa belajar
d.
Mengembangkan cara belajar siswa
aktif
e.
Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengasimilasikan informasi
f.
Memperbaiki salah pengertian dan salah
pemahaman konsep oleh siswa
g.
Mendorong siswa mengemukakan
pendapatnya dalam diskusi
h.
Menguji dan mengukur hasil belajar
siswa. (Bolla dan Pah, 1984)
Keterampilan bertanya yang perlu
dikuasai guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya
lanjutan.
a.
Keterampilan Bertanya Dasar
1)
Pertanyaan yang jelas dan singkat
2)
Pemberian acuan
3)
Memusatkan perhatian
4)
Memberi kesempatan dan menyebarkan
pertanyaan
5)
Pemberian kesempatan berpikir
6)
Pemberian tuntutan.
b.
Keterampilan Bertanya Lanjutan
1)
Pengubahan tuntunan tingkat
kognitif
2)
Pengaturan urutan pertanyaan
3)
Pertanyaan pelacak.[14]
4.
Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah respon terhadap
suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut. Adapun tujuan
keterampilan memberi penguatan, yaitu :
a.
Meningkatkan perhatian siswa pada
pelajaran
b.
Meningkatkan motivasi belajar siswa
c.
Memudahkan siswa untuk belajar
d.
Membina tingkah laku siswa yang
negatif dan tingkah laku yang positif
Untuk
mengetahui bagaimana cara memberi penguatan kepada siswa, hendaknya kita
mengetahui beberapa komponen-komponen keterampilan penguatan sebagai berikut.
a.
Penguatan verbal
Penguatan
verbal biasanya diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan, dan sebagainya. Misalnya : “Pintar sekali,”Bagus”, ”Betul”,
“Seratus buat Nani”.
b.
Penguatan Non-verbal
1)
Penguatan berupa gerakan mimik dan
badan, misalnya : acungan jempol, senyuman, kerut kening, wajah cerah.
2)
Penguatan dengan cara mendekati,
misalnya : Guru duduk dekat siswa, berdiri di samping siswa, berjalan di sisi
siswa.
3)
Pengaturan dengan kegiatan
menyenangkan. Dalam hal ini guru dapat menggunakan macam-macam kegiatan yang
disenangi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya, apabila siswa dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia dapat diminta untuk membanu teman
lainnya.
4)
Penguatan berupa simbol dan benda,
misalnya kartu bergambar lencana, bintang dari plastik.
5)
Penguatan tak penuh, yang diberikan
apabila siswa memberi jawabannya sebagian yang benar. Dalam hal ini guru tidak
boleh langsung menyalahkan siswa, tetapi sebaiknya memberikan penguatan tak
penuh, misalnya “Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih dapat disempurnakan”
sehingga siswa tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan
ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya.
Adapun Prinsip-prinsip
keterampilan penguatan sebagai berikut.
a.
Kehangatan dan antusias
b.
Kebermaknaan
c.
Menghindari respons yang negatif
d.
Penguatan pada perseorangan
e.
Penguatan pada kelompok siswa
f.
Penguatan yang diberikan dengan
segera
g.
Penguatan yang diberikan secara
variatif.
5.
Keterampilan Membimbing Diskusi
Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses
percakapan yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap
muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman,
mengambil keputusan, memecahkan suatu masalah. Jadi pengertian keterampilan
melaksanakan kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok
kecil dengan efektif.
Berikut adalah
tujuan dari keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu :
a.
Siswa dapat memberi informasi atau
pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan
oleh mereka.
b.
Siswa dapat mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
c.
Siswa terlibat dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan.
Adapun komponen-komponen
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil sebagai berikut.
a.
Memusatkan perhatian siswa pada
tujuan dan topik diskusi.
b.
Memperjelas masalah maupun usulan
atau pendapat.
c.
Menganalisis pandangan atau
pendapat siswa.
d.
Meningkatkan usulan siswa.
e.
Menyebarluaskan kesempatan
berpartisipasi.
f.
Menutup diskusi.
Adapun prinsip-prinsip keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil sebagai berikut.
a.
Diskusi hendaknya berlangsung dalam
“iklim terbuka”. Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi,
kehangatan hubungan antarpribadi, kesediaan menerima, dan mengenal lebih jauh
topik diskusi, dan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian, semua
anggota kelompok mempunyai keinginan untuk mengenal dan dihargai, dapat merasa
aman, dan bebas mengemukakan pendapat.
b.
Perlu perencanaan dan persiapan
yang matang, meliputi :
1)
Topik yang dipilih hendaknya sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai, minat, dan kemampuan siswa.
2)
Masalah hendaknya mengandung
jawaban yang kompleks, bukan jawaban tunggal.
3)
Adanya informasi pendahuluan yang
berhubungan dengan topik tersebut agar para siswaa memiliki latar belakang
pengetahuan yang sama.
4)
Guru harus benar-benar siap dengan
sumber informasi sebagai motivator sehingga mampu memberikan penjelasan dan
mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memotivasi siswa.
6.
Keterampilan Menggunakan Variasi
(Variation Skills)
Keterampilan menggunakan variasi
merupakan keterampilan guru yang sama pentingnya dengan keterampilan lain.
Bayangkan saja apabila guru mengajar dengan nada yang sama (datar dan berdiri
di tempat yang sama dari awal sampai akhir pengajaran. Tentu akan membosankan
dan peserta didik jadi tidak bersemangat untuk belajar Oleh karena itu, guru
harus memiliki keterampilan menggunakan variasi dan bila perlu terus berlatih
menggunakan variasi yang menarik tetapi efektif.
Variasi dapat diartikan sebagai
sesuatu yang lain dari biasanya. Memvariasi berarti mengubah-ubah agar lain
dari yang biasanya Misalnya, seorang anak muda yang mengganti warna motornya
dengan warna yang tidak biasanya atau mengganti bentuk kaca motornya dengan
bentuk yang berbeda. Kemudian ia menambahkan benda-benda asing di beberapa
bagian motornya. Hal itu dilakukan untuk menghindari kesan jenuh dari
pemandangan yang itu-itu saja. Dengan kata lain, agar tidak membosankan dan
tetap menarik.
Dalam konteks pembelajaran, guru
juga harus terampil menggunakan variasi mengajar agar pengajarannya tidak
membosankan. Misalnya dengan mengubah-ubah nada suara, mengganti posisi
mengajar, dan memberikan kesenyapan. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak
bosan dan tetap antusias mengikuti pelajaran. Jadi, makna variasi di sini
adalah segala tindakan guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan
peserta didik dan menjaga perhatian peserta didik.[15]
Variasi dalam pembelajaran antara
lain bertujuan sebagai berikut.
a.
Meningkatkan atensi peserta didik
terhadap materi pembelajaran.
b.
Memberikan kesempatan kepada
seluruh peserta didik dengan berbagai gaya belajar masing-masing untuk terikat
dengan pembelajaran.
c.
Meningkatkan perilaku positif
peserta didik terhadap pembelajaran, membuat kondisi yang kondusif bagi makin
intensifnya interaksi anatara peserta didik dengan guru maupun antarpeserta
didik.
d.
Memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan potensi
kognitifnya masing-masing.
e.
Membuka kemungkinan bagi pelayanan
terhadap siswa secara individual, sehingga setiap siswa merasa diperhatikan
oleh guru.
f.
Meningkatkan kemungkinan
berfungsinya motivasi dan kuriositas (rasa ingin tahu) melalui kegiatan
observasi, investigasi, dan eksplorasi karena pengembangan inkuiri.[16]
Adapun prinsip-prinsip yang perlu
dipahami dalam keterampilan variasi adalah sebagai berikut.
a.
Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif.
b.
Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat.
c.
Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan
direncanakan sebelumnya.
d.
Penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan
siswa.[17]
Beberapa aspek yang perlu
mendapatkan variasi ialah aspek gaya mengajar, aspek penggunaan alat indra, dan
aspek interaksi pembelajaran. Secara lebih rinci, berikut komponen-komponen
variasi mengajar.
a.
Variasi gaya mengajar
Variasi
gaya mengajar mencakup suara guru, gerak, kesenyapan perubahan posisi,
pemusatan perhatian, dan kontak pandang.
1)
Variasi Suara
Suara guru sebaiknya jernih, jelas,dan berirama agar informasi yang
disampaikan dapat diterima dengan baik.
2)
Varoasi mimik dan gerak
Variasi mimik dan gerak akan memperjelas informasi yang diberikan oleh
guru. Kemampuan guru dalam melakukan perubahan mimik dan perubahan gerak akan
mempermudah peserta didik dalam memahami apa yang dimaksud oleh guru. Biasanya
ada pesan-pesan tertentu yang kurang efektif apabila disampaikan secara verbal,
tetapi akan lebih efektif apabila disqmpaikan secara verbal, tetapi akan pebih
efektif dan bahkan bermakna apabila disampaikan dengan gerak mimik dan gerak
badan.
3)
Kesenyapan (diam sejenak)
Setelah penjelasan guru berlangsung lama, biasanya akan muncul gejala
peserta didik merasa jenuh. Biasanya sebagian peserta didik akan mengobrol dan
tidak memerhatikan guru. Oleh karena itu, perhatian peserta didik perlu di
refresh agar kembali segar seperti sediakala. Caranya ialah dengan menciptakan
suasana senyap atau diam sejenak. Dengan diam sejenak, peserta didik akan
mencari tahu mengapa guru tidak melanjutkan penjelasannya. Dengan sendirinya
peserta didik yang merasa ngobrol terus akan sadar dan menghentikan perbuatannya.
4)
Perubahan posisi
Dalam mengajar, guru harus mampu menjangkau ke seluruh bagian kelas.
Artinya, semua bagian kelas harus dapat dikendalikan oleh guru, baik peserta
didik yang duduk dibangku barisan depan maupun peserta didik yang duduk di
bangku barisan belakang. Apabila posisi guru hanya di depan bagian tengah saja,
peserta didik yang duduk di bangku bagian belakang sis pinggir akan kurang
mendapat perhatian dari proses pengajaran guru. Oleh karena itu, guru perlu
mrngadakan variasi dengan mengubah posisi maju-mundur dan depan-belakang.
5)
Pemusatan perhatian
Pemusatan perhatian digunakan guru untuk mengarahkan perhatian peserta
didik pada persoalan dalam pembelajaran. Teknik pemusatan dapat dilakukan
secara verbal, nonverbal, dan kombinasi antara ver dan nonverbal. Teknik
pemusatan secara verbal dilakukan dengan ucapan guru, seperti
"Dengarkanlah baik-baik", "Ayo langkah-langkahnya", dan
"Coba lihat gambar ini Teknik pemusatan secara nonverbal dapat dilakukan dengan
cara menunjuk pada benda, menggerak- gerakan tangan, dan menggerakkan badan.
Namun, biasanya teknik pemusatan yang sering diguna ialah teknik kombinasi.
Teknik kombinasi lebih memperjelas arah pemusatan dan mempertegasnya.
Contohnya, sambil menunjuk ke gambar guru berkata, "Coba lihat bagian
itu!".
6)
Kontak pandang
Kontak pandang antara guru dan peserta didik akan menimbulkan kesan
mantap dengan apa yang sedang dibicarakan. Guru menjelaskan materi pelajaran
sambil menatap mata peserta didik juga dapat menimbulkan kesan akrab. Dengan
demikian, peserta didik akan semakin yakin dengan apa yang disampaikan oleh
guru
b. Variasi
penggunaan alat indra
Modalitas peserta didik
bermacam-macam, ada yang cenderung memiliki gaya belajar visual, ada yang
memiliki gaya belajar auditorial, dan ada pula yang memiliki gaya belajar
kinestetik. Di sini dibutuhkan peran guru untuk melakukan variasi media
pembelajaran agar kecenderungan media tidak hanya melayani satu gaya belajar
saja.
Media pembelajaran yang baik ialah
media pembelajaran yang paling efektif dalam menunjang tujuan pembelajaran
berdasarkan gaya belajar peserta didik. Bagi peserta didik yang memiliki gaya
belajar visual akan mudah mencerna informasi dengan alat indra penglihatannya.
Jadi, hendaknya peserta didik disuguhkan materi pembelajaran berupa
gambar-gambar, poster, grafik, diagram sketsa, video, dan lain-lain. Bagi
peserta didik yang memiliki gaya belajar auditorial akan mudah mencerna informasi
melalui alat indera pendengarannya. Jadi, hendaknya peserta didik disuguhkan
dengan materi pembelajaran secara verbal. Contoh media dan alat bantunya dapat
berupa: radio, puisi, penjelasan guru, dan lain sebagainya. Kemudian bagi
peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik akan mudah mencerna
informasi dengan cara melakukannya sendiri. Jadi, hendaknya peserta didik
disuguhkan materi pembelajaran melalui alat peraga atau alat percobaan yang
menarik dan menantang.
Untuk menjadikan pembelajaran lebih
variatif, perlu dilakukan pengalihan dalam menggunakan alat indra. Baik itu
indra penglihat, pencium, perasa, pendengar, maupun peraba. Pola pengalihan
penggunaan alat indera dalam kegiatan pembelajaran oleh Edi Soegito &
Yuliani Nurani (2003: 4.13), dicontohkan sebagai berikut.
1)
Mendengarkan-melihat-mendengarkan. Misalnya, guru menjelaskan sambil menunjuk gambar di papan tulis,
kemudian meneruskan penjelasannya kembali
2)
Melihat-mendengarkan-melihat. Misalnya, guru memperlihatkan gambar, mengomentarinya dan menunjuk
ke bagian gambar yang dimaksudkan.
3)
Mendengarkan-mencium-mendengarkan. Misalnya, guru akan menjelaskan
perubahan sesuatu secara kimiawi, meminta siswa mencium bau contoh bahan bakar
yang tersedia dan melanjutkan penjelasannya kembali.
4)
Mencium-mendengarkan-mencium. Misalnya, guru menjelaskan secara lisan, menyilahkan kembali siswa
mencium rempah-rempah itu.
5)
Mendengarkan-meraba-mendengarkan. Misalnya, guru menjelaskan konsep tekstur, meminta siswa meraba
berbagai kain, memberikan tambahan.
6)
Meraba-mendengarkan-meraba. Misalnya, guru mengedarkan contoh tanah diikuti dengan penjelasan
lisan, meminta siswa untuk lebih lanjut memeriksa contoh tanah itu kembali.
7)
Mendengarkan-merasakan-mendengarkan. Misalnya, guru menjelaskan rasa benda sambil menyuruh siswa untuk
mengecap rasanya dengan ujung lidah, kemudian diteruskan dengan penjelasan
lebih lanjut.
8)
Merasakan-mendengarkan-merasakan. Misalnya, siswa mencicipi makanan untuk dapat menentukan
teksturnya, guru membicarakan hasil pengecapan itu,kemudian siswa diminta untuk
mencicipi makanan itu kembali
c.
Variasi interaksi pembelajaran
Untuk
menghindari kebosanan, guru hendaknya menggunakan variasi interaksi dalam
pembelajaran. Kombinasi pola interaksi pembelajaran akan menghasilkan
pembelajaran yang menyenang karena dapat mengubah bentuk, kegiatan, atau
suasana kelas. Pengubahan pola interaksi harus disesuaikan dengan jenis materi,
tujuan pembelajaran, alat, dan media yang digunakan agar proses pembelajaran
menjadi berkualitas. Ada tiga macam interaksi, yaitu gaya interaksi
guru-kelompok peserta didik, interaksi guru-peserta didik, dan interaksi
peserta-peserta didik.
1)
Interaksi guru kelompok peserta
didik
Penggunaan pola ini lebih didominasi oleh
guru, sehingga bersifat teacher centered.
Misalnya guru berceramah di depan kelas dan peserta didik mendengarkan. Bisa
juga guru mendemonstrasikan proses perpindahan panas pada mata pelajaran IPA.
2)
Interaksi guru peserta didik
Dalam interaksi ini, berlangsung dengan pola
dua arah. Guru menunjuk peserta didik tertentu untuk menjawab pertanyaan atau
guru menugasi peserta didik tertentu untuk melakukan suatu kegiatan. Interaksi
semacam ini akan meningkatkan kedekatan antara guru dan peserta didik karena
bersifat personal. Oleh karena itu, guru harus melakukan interaksi personal
secara merata agar semua peserta didik merasa diperhatikan. Misalnya, hari ini
melakukan interaksi personal dengan beberapa peserta didik, kemudian besok
dilanjutkan dengan berinteraksi bersama peserta didik lainnya.
3)
Interaksi peserta didik-peserta
didik
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pola
interaksi peserta didik dengan peserta didik bersifat student centered. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok
kemudian setiap kelompok diberi permasalahan yang harus didiskusikan. akan
terjadi pola interaksi peserta didik dengan peserta didik. Guru harus mengawasi
semua kelompok agar proses diskusi tetap berlangsung dengan baik. Apabila dalam
satu kelompok tidak terjadi proses diskusi, guru berkewajiban membimbing atau "memancing"
terjadinya diskusi.[18]
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang
diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan,
mengembangkan hubungan interpersonal, serta mempertahankan organisasi kelas
yang efektif.[19]
Keterampilan
mengelola kelas merupaka keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengem balikannya ke kondisi yang optimal jika
terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan
remedial.[20]
Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan komponen keterampilan
mengelola kelas adalah sebagai
berikut.
a.
Kehangatan dan keantusiasan
b.
Penggunaan bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah belajar
siswa.
c.
Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar, dan pola
interaksi.
d.
Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi
mengajarnya untuk mencegah gangguan-gangguan yang timbul.
e.
Penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perha tian
siswa pada hal-hal negatif.
f.
Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara
memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.[21]
Komponen pengelolaan kelas terbagi
menjadi dua, yaitu komponen yang bersifat preventif dan komponen yang bersifat
kuratif. Komponen yang bersifat preventif ialah komponen yang berhubungan
dengan tindakan penciptaan dan pemeliharaan kondisi optimal. Keterampilan ini
berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan
pelajaran yang meliputi keterampilan sebagai berikut.
a.
Menunjukkan sikap tanggap
Guru harus
tanggap terhadap aktivitas peserta didik di kela Apakah peserta didik
mengerjakan tugas atau tidak, guru harus memberikan responss. Guru yang tanggap
terhadap aktivitas peserta didik akan menimbulkan kesan bahwa guru hadir
bersamanya sebagai pembimbing. Cara yang dapat dilakukan ialah dengan mendekati
peserta didik, melakukan kontak mata, memberi reaksi atas gangguan yang muncul,
dan memberi komentar terhadap hasil pekerjaan peserta didik.
b.
Memberi perhatian secara visual dan
verb Perhatian secara visual bisa dalam bentuk pengalihan pandangan atau gerak
fisik. Sedangkan perhatian secara verbal bisa dalam bentuk penjelasan dan
komentar.
c.
Memusatkan perhatian kelompok
Kegiatan pembelajaran bisa dipertahankan apabila guru mampu memusatkan
perhatian kelompok pada tugas-tugas. Misalnya dengan meminta peserta didik
untuk mempresentasikan hasil karyanya atau melaporkan hasil yang dicapai.
d.
Memberi petunjuk yang jelas Sebelum
peserta didik melakukan kegiatan belajar, guru harus memberikan petunjuk yang
jelas, singkat, dan dipahami. Tujuannya ialah agar proses kegiatan yang
dijalankan sesuai dengan prosedur dan hasil yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diinginkan.
e.
Menegur dengan bijaksana Teguran
diperlukan untuk mengatasi gangguan yang dibuat oleh seorang atau sekelompok
peserta didik. Teguran yang diberikan hendaknya tegas dan jelas, tetapi tidak
menyakiti hati peserta didik.
f.
Memberi penguatan Penguatan sangat
diperlukan untuk menjaga tingkah laku yang diinginkan dan untuk mengurangi atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Peserta didik yang berperilaku
seperti apa yang diharapkan diberi penguatan positifagardiikuti oleh peserta
didik yang lain. Selain itu, peserta didik yang mengganggu proses pembelajaran
diberi penguatan negatif seperti teguran agar berhenti mengganggu proses
pembelajaran dan menjadi pelajaran buat yang lain.
Sedangkan komponen yang bersifat
kuratif ialah komponen yang berhubungan dengan tindakan untuk mengembalikan
kondisi belajar menjadi optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan responss
guru untuk menanggulangi berbagai gangguan yang muncul dari peserta didik.
Untuk mengatasinya ada 3 jenis strategi yang dapat digunakan oleh guru, sebagai
berikut.
a.
Memodifikasi tingkah laku Guru
hendaknya menganalisis masalah/kesulitan dan memodifikasi tingkah laku tersebut
dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b.
Pemecahan masalah kelompok sebaiknya
guru menggunakan pendekatan masalah kelompok dengan cara memperlancar
tugas-tugas melalui kerja sama diantara peserta didik dan memelihara
kegiatan-kegiatan kelompok
c.
Menemukan dan mengatasi penyebab
timbulnya masalah Setiap masalah yang muncul, guru hendaknya mencari akar
permasalahanya kemudian dicari solusi terbaik.[22]
Adapun tugas guru dalam
keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut.
a.
Memberikan rangsangan kepada siswa dengan menyediakan tugas-tugas
pembelajaran yang kaya (rich learning tasks) dan terancang baik, untuk
meningkatkan perkembangan intelektual, emosional, spiritual dan sosial siswa.
b.
Berinteraksi dengan siswa untuk mendorong keberanian, mengilhami,
menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai
dan merayakan perkembangan, pertumbuhan, dan keberhasilan.
c.
Menunjukkan keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari mempelajari
suatu pokok bahasan.
d.
Berperan sebagai seseorang yang membantu, seseorang yang mengerahkan dan
memberi penegasan, seseorang yang memberi jiwa dan mengilhami siswa dengan cara
membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias, gairah dari seorang pembelajar
yang berani mengambil risiko (risk taking learner). dengan demikian guru
berperan sebagai pemberi informasi (informer), fasilitator dan seorang
artis.
e.
Menciptakan suasana pembelajaran
yang membuat siswa nyaman tinggal di kelas, menyenangkan (joyful learning),
kondusif bagi terciptanya kreativitas dan inovasi juga demokratisasi, sehingga
efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ini adalah esensi dari PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan).
f.
Selanjutnya seorang guru juga harus memfalitasi, mendukung, dan
mengakomodasikan agar siswa mampu:
1) membangun
pengetahuannya sendiri terkait pokok bahasan mata pelajaran melalui proses
eksplorasi, interaksi, dan refleksi yang berpusat pada tugas pembelajaran yang
kaya;
2) mengembangkan
dan meningkatkan keterampilan sesuai dengan pokok bahasan mata pelajaran,
mengembangkan keterampilan berkomunikasi, memecahkan masalah,pemikiran logis,
pemikiran kreatif, penggunaan teknologi, kemampuan mandiri dan saling
ketergantungan;
3) menggunakan
keterampilannya agar dapat bekerja secara efektif, penuh percaya diri, peka dan
penuh kejujuran dalam situasi yang penuh tantangan baru, kompleksitas, kendala
perbedaan, bias, ketidaktentuan, dan berbagai kerancuan;
4) berperan
sebagai individu yang mampu memilih dan menggunakan secara bijaksana berbagai
kaidah dan hukum kelimuan yang telah ada, prinsip-prinsip dan pola pikir yang
melatarbelakangi berbagai hukum tersebut, menciptakan kaidah-kaidah baru agar
dapat lebih efektif penerapannya sesuai dengan situasi yang sedang berlangsung.
Di sini peran siswa dikembangkan sebagai
pengguna ilmu (complier), penuntut ilmu (cognizer), dan pencipta
ilmu (creator), (dikembangkan dari Flewelling dan Higginson, 2003: 7).[23]
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Mengajar
kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks
belajar-mengajar yang hanya melayani 38 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya
seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini
dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
[24]
Keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan merupakan keterampilan yang cukup kompleks dan memerlukan
penguasaan keterampilan-keterampilan sebelumnya, yakni keterampilan bertanya,
memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, dan membimbing diskusi
kelompok kecil. Keberhasilannya sangat ditentukan oleh pengetahuan, kemampuan,
kreativitas, serta hubungan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.[25]
Agar pembelajaran kelompok kecil
dan perorangan berlangsung efektif, berikut prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan guru.
a.
Tidak semua topik dapat dipelajari dengan efektif dalam kegiatan
kelompok kecil dan perorangan.
b.
Kenali peserta didik secara perorangan.
c.
Variasi pengorganisasian kelas disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai, kemampuan peserta didik, fasilitas, dan waktu, serta kemampuan guru.
d.
Beri kebebasan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan
keinginannya.
e.
Langkah pertama yangharusdilakukanguruadalah mengorganisasikan peserta
didik, menyiapkan sumber dan alat, serta mengatur ruang dan waktu yang
diperlukan.
f.
Bimbinglah peserta didik agar mampu menyelesaikan masalah yang
ditemuinya.
g.
Akhirilah dengan kulminasi sehingga peserta didik dapat saling belajar.
h.
Libatkan peserta didik dalam menilai hasil belajar.[26]
Berikut adalah empat komponen yang
perlu dikuasai guru untuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan, yakni:
a.
Keterampilan mengadakan pendekatan
secara pribadi. Prinsip yang penting dalam pengajaran kelompok kecil dan
perorangan adalah terjadinya hubungan yang akrab antara guru dan siswa. Suasana
ini dapat diciptakan dengan cara:
1)
Menunjukkan kehangatan dan kepekaan
terhadap kebutuhan siswa.
2)
Memberikan respons positif terhadap
pikiran siswa.
3)
Membangun hubungan saling
mempercayai.
4)
Menunjukkan kesiapan untuk membantu
siswa tanpa kecenderungan mengambil alih atau mendominasi tugas siswa.
5)
Mendengarkan secara simpati.
6)
Menerima perasaan siswa dengan
penuh pengertian dan keterbukaan.
7)
Berusaha mengendalikan situasi
sehingga siswa merasa aman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi.
b.
Keterampilan mengorganisasi
Keterampilan yang diperlukan dalam peran guru sebagai organisator selama
pelajaran berlangsung adalah:
1)
Memberikan orientsi umum tentang
tujuan, tugas, atau masalah yang akan dipecahkan secara jelas.
2)
Memvariasikan kegiatan yang
mencakup penetapan ruangan kerja, peralatan, cara kerja, aturan, dan waktu.
3)
Membentuk kelompok yang tepat pada
berbagai tugas dan kebutuhan siswa.
4)
Mengkoordinasikan kegiatan dengan
cara melihat kemajuan serta penggunaan materi dan sumber sehingga dapat
memberikan ban tuan dengan tepat.
5)
Membagi-bagi perhatian kepada
berbagai tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru siap datang membantu siapa
saja yang memerlukannya.
6)
Mengakhiri kegiatan dengan suatu
kulminasi yang dapat berupa laporan hasil dan kesimpulan dari kegiatan.
c.
Keterampilan membimbing dan
memudahkan belajar
Keterampilan ini diperlukan untuk membantu
siswa maju tanpa mengalami frustasi. Adapun beberapa keterampilan yang
menunjang adalah:
1)
Memberikan penguatan.
2)
Mengembangkan supervisi proses
awal, yang dikerjakan dengan tujuan melihat apakah siswa sudah bekerja sesuai
dengan arah, memberi bantuan bila diperlukan, dan sebagainya.
3)
Mengadakan supervisi proses lanjut,
dikerjakan setelah kegiatan berjalan lama, dan sifatnya selektif. Interaksi
yang muncul dapat berupa memberikan bimbingan tambahan, melibatkan diri sebagai
peserta untuk memotivasi siswa, memimpin diskusi, dan sebagai katalisator.
4)
Mengadakan supervisi pemaduan,
dikerjakan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana tujuan telah dapat dicapai
dalam rangka menyiapkan pelaksanaan rangkuman, dan pemantapan. Pada akhirnya
siswa dapat saling belajar serta memperoleh wawasan yang menyeluruh tentang
kegiatan tersebut.
d.
Keterampilan merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar nengajar. Keterampilan ini meliputi:
1)
Membantu siswa menetapkan tujuan
pelajaran
2)
Merencanakan kegiatan belajar
bersama siswa.
3)
Berperan sebagai penasihat bagi
siswa bila perlu.
4)
Membantu menilai pencapaian dan
kemajuan sendiri.[27]
C.
Macam-macam Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran IPS MI
Bila keterampilan mengajar dasar diaplikasikan
dalam pembelajaran IPS maka diperlukan beberapa keterampilan lainnya. Diantaranya
ialah keterampilan mengajar cara memahami IPS MI, mengajarkan sikap, minat dan
nilai, serta mengajarkan cara mengajak berpikir siswa-siswi. Mengenai
macam-macam keterampilan mengajar dalam pembelajaran IPS MI akan
diuraikan sebagai berikut.
1.
Mengajarkan cara memahami
Didalamnya
terkait pada pengajaran konsep dan generalisasi. Konsep adalah suatu pengertian
abstrak yang diasosiasikan dengan simbol sekelompok benda, peristiwa atau ide. Sedangkan
generalisasi adalah suatu pengertian (berupa pernyataan) yang dibentuk oleh sejumlah
konsep.
Yangmana generalisasi merupakan beberapa konsep yang saling
berkaitan dan kebenarannya masih perlu diuji. Berikut ini ada beberapa
saran dalam mengajarkan konsep:
a.
Berkaitan berbagai pengalaman
b.
Hindari ketergantungan yang besar
pada kegiatan verbal
c.
Uraikan pengertian resmi konsep
secara jelas
d.
Gunakan cara-cara yang dapat
mengungkapkan
e.
Gunakan teknik menemukan sendiri
f.
Berikan kesempatan kepada
siswa-siswi untuk membentuk konsep dan generalisasi sendiri melalui kesimpulan
induktif dan deduktif.[28]
Dalam mengajar siswa-siswi dengan
menggunakan penarikan kesimpulan secara deduktif digunakan metode-metode
seperti pemecahan masalah, metode studi kasus, cerita perumpamaan dan metode
induktif. Di dalam mengembangkan generalisasi dengan cara/proses induktif dan
deduktif harus dilakukan dengan memberikan bimbingan sebagai beriikut.
a.
Tunjukkan elemen pokok
b.
Gunakan apa yang disebut dengan “Advance
Organizer” (AO), yang bentuknya merupakan ringkasan sekitar 500 kata atau
lebih.
c.
Membantu perkembangan berpikir
berbeda (Divergent Thinking) yang orsinil
d.
Tumbuhkan sikap kritis terhadap
konsep sendiri.
e.
Tumbuhkan keberanian pada
siswa-siswi untuk menguji generalisasi yang telah dirumuskan.
2.
Mengajarkan sikap, minat, dan
nilai-nilai
Cara untuk mengembangkan sikap antara lain
dengan:
a.
Meniru orang lain baik disadari
atau tidak tidak, dan biasanya kita akan mencoba memiliki sikap orang-orang
yang sering berhubungan dengan kita.
b.
Mengenali sebuah model dan berusaha
meniru perilaku model tersebut.
Biasanya yang dijadikan model adalah yang lebih tua atau yang leboh berpengaruh karena memiliki kelebihan-kelabihan tertentu.
Biasanya yang dijadikan model adalah yang lebih tua atau yang leboh berpengaruh karena memiliki kelebihan-kelabihan tertentu.
c.
Pengalaman emosional yang baik dan
sikap ideal yang telah disiapkan diikuti secara terus-menerus sampai menjadi
suatu kebiasaan. [29]
Sedangkan
untuk mengembangkan nilai-nilai, menurut beberapa ahli dalam bidang ini (Raths,
Harmin, dan Simon), bahwa seseorang ingin mengembangkan nilai-nilai pada
siswa-siswi, lebih baik jika ia melakukan:
a.
Memberikan kemungkinan kepada
siswa-siswi untuk memilih secara bebas
b.
Membantu menemukan dan menguji
berbagai alternative bila dihadapkan dengan pilihan
c.
Membantu siswa-siswi untuk
menimbang pilihan-pilihan yang ada secara hati-hati dan mencoba membayangkan
akibat-akibat yang mungkin ditimbulkannya.
d.
Mendorong siswa-siswi untuk mempertimbangkan
sesuatu yang dianggap bernilai dan yang dihargai.
e.
Beri kesempatan kepada mereka untuk
menjelaskan kepada teman-teman lainnya tentang pilihan mereka.
f.
Bantu mereka untuk bertindak, hidup
dan berperilaku sesuai dengan pilihannya.
g.
Berikan kemungkinan kepada mereka
untuk menguji atau mengkaji ulang perilaku atau pola-pola perilaku dalam
kehidupannya.
3.
Mengajarkan cara berpikir
Ada beberapa faktor penting perlunya mengajak
berpikir kepada siswa-siswi:
a.
Mengidentifikasi keterampilan yang
dapat membantu siswa-siswi
b.
Guna menciptakan metode-metode
mengajar “baru”, Bahwasanya berpikir merupakan kegiatan mental. Beberapa
kegiatan mental yang terlibat di dalam proses berpikir tersebut diantaranya
adalah:
1)
Melakukan pengamatan secara seksama
2)
Mengingat/menghafal
3)
Berimajinasi
4)
Bertanya
5)
Menafsirkan
6)
Menilai
7)
Member pendapat.[30]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan makalah ini sebagai berikut.
1.
Keterampilan dasar mengajar
merupakan keterampilan yang kompleks, yang pada dasarnya merupakan
pengintegrasian untuh dari berbagai keterampilan yang jumlahnya sangat
banyak.
2.
Beberapa keterampilan dasar
mengajar dalam pembelajaran IPS MI yang harus dikuasai oleh guru antara lain
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan,
keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan
variasi, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola
kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
3.
Sedangkan untuk mengaplikasikan
keterampilan dasar mengajar tersebut maka diperlukan beberapa keterampilan lain
yang dianjurkan guru IPS MI untuk dikuasai dan kemudian diaplikasikan dalam
kegiatan pembelajaran IPS MI di kelas yaitu keterampilan mengajar cara
memahami IPS MI, mengajarkan sikap, minat dan nilai, serta mengajarkan cara
mengajak berpikir siswa-siswi.
B.
Saran
Dalam suatu
pembelajaran, seharusnya guru memiliki pengetahuan tentang ketrampilan dasar
mengajar, terutama pembelajaran IPS. Dari pemaparan penulis dalam makalah ini
diharapkan pembaca khususnya calon guru agar dapat memahami isi makalah ini,
sehingga dapat mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Semoga kita
dapat mengambil manfaat dari apa yang telah tertulis di makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful. 2010. Guru dan
Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Barnawi & Mohammad Arifin. 2012. Etika & Profesi Kependidikan. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Eko Purwana, Agung, dkk. 2009. Pembelajaran
IPS MI Edisi Pertama. Surabaya: LAPIS-PGMI.
Hasibuan dan Moedjiono. 2012. Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Irawan, Prasetya, dkk. 1996. Teori Belajar,
Motivasi dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Marno dan M. Idris. 2014. Strategi, Metode,
dan Teknik Mengajar. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2011. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana.
Sapriya. 2008. Pendidikan IPS. Bandung:
Laboratorium PKn Press.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar
di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suyono & Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[1] Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Kencana, 2011) hlm.
155-156.
[3] Marno dan M. Idris, Strategi, Metode,
dan Teknik Mengajar, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2014), hlm. 75.
[6] Prasetya
Irawan, dkk, Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), hlm. 121.
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak
Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya, 2010), hlm. 98.
[15] Barnawi &
Mohammad Arifin, Etika & Profesi
Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 213-214.
[16] Suyono & Hariyanto, Belajar dan
Pembelajaran : Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 228.
[17] Hasibuan
dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 66.
[24] Hasibuan dan Moedjiono, Proses, ………. , hlm. 77.
[25] Hasibuan dan Moedjiono, Proses, ………. , hlm. 80.
[28] Agung Eko Purwana, dkk., Pembelajaran
IPS MI Edisi Pertama. Surabaya: LAPIS-PGMI. 2009. Hlm. 35.
Komentar
Posting Komentar