model pembelajaran IPS SD/MI


MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPS
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pembelajaran IPS”




Dosen Pengampu : 
                                                                          Drs. Nadlir, M.Pd.I 
                                                                   Disusun Oleh Kelompok 8 :
1.      Nafi’atul Ulum            (D97216066)
2.      Rahmania                    (D97216073)
3.      Sri Indah                     (D97216084)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2018

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT  yang  senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis menyajikan sebuah poembahasan tentang Model-model Pembelajaran IPS.
Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Nadlir, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Pembelajaran IPS yang telah memberikan  arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang  selalu  mendukung  kelancaran tugas kami, serta pada tim anggota kelompok kami yang selalu kompak dan  konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kemajuan makalah ini kedepannya. Sekiranya hanya ini lah yang dapat penulis sampaikan , semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan pengguan makalah ini.

Surabaya, April 2018

                                                                                                            Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                        I
DAFTAR ISI                                                                                                        II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................................... 2
D. Manfaat............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran....................................................................... 3
B. Model-model pembelajaran IPS di SD/MI....................................................... 7
C. Kriteria Model Pembelajaran IPS .................................................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................................... 18
B. Saran................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar merupakan usaha sadar seseorang untuk menambah ilmu pengetahuannya. Selama ini belajar hanya diartikan saat seseorang berada pada bangku pendidikan. Dimana siswa duduk dengan tenang dan guru yang menerangkan materi di depan kelas.
Proses belajar seperti ini, merupakan komunikasi satu arah yang cenderung membuat siswa akan pasif dan mematikan daya berfikir anak yang imajinatif serta kreatif. Untuk membangkitkan semangat belajar anak, disinilah peran penting seorang guru sebagai sumber belajar, namun tidak hanya sebagai sumber belajar tapi sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta didik.
Untuk mewujudkan itu semua, diperlukanlah model-model pembelajaran yang efektif dan kreatif, sehingga mampu membangkitkan minat serta rasa ingin tahu siswa dalam belajar, khususnya dalam pembelajaran IPS.
Dari sinilah penggunaan model pembelajaran sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena model mengajar merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti yang diharapkan.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Apa pengertian dari model pembelajaran?
  2. Apa saja model-model pembelajaran IPS SD/MI?
  3. Apa saja kriteria model pembelajaran IPS ?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kami dapat bertujuan sebagai beikut:
  1. Mampu memahami pengertian dari model pembelajaran
  2. Mampu menjelaskan model-model pembelajaran IPS MI
  3. Mampu menjelaskan kriteria model pembelajaran IPS MI
D.    Manfaat
     Dengan tersusunnya makalah ini semoga memiliki manfaat sebagai berikut:
1.      Menambah wawasan atau pengetahuan mengenai model-model pembelajaran.
2.      Menambah wawasan atau pengetahuan mengenai model-model pembelajaran IPS MI.
3.      Menambah wawasan atau pengetahuan mengenai kriteria model pembelajaran IPS MI.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Model Pembelajaran
Model diartikan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.[1]
Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan bentuk aslinya.[2]
Menurut Alan Pritchard, definisi pembelajaran adalah “the individual process of constructing understanding based on experience from a wide range of source.”[3] Jadi, pembelajaran adalah proses individual dalam membangun pengetahuan yang berdasarkan pada pengalaman dari sumber yang luas.
Istilah model pembelajaran memiliki berbagai pengertian, pengertian menurut beberapa ahli diantaranya:
  1. Menurut Adi dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran,  model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
  2. Menurut Mulyani dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran (Learning Teaching Strategy) Model Mengajar merupakan suatu pola atau rencana yang dipakai guru dalam mengorganisasikan materi pembelajaran, maupun kegiatan siswa dan dapat dijadikan petunjuk bagaimana guru mengajar didepan kelas (seperti alur yang diikutinya). Penggunaan model pembelajaran tertentu akan menghasilkan pencapaian tujuan- tujuan yang telah diprogramkan maupun  yang semula tidak diprogramkan.
  3. Menurut Samatowa dalam bukunya yang berjudul Bagaimana Membelajarkan IPA di SD, model pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus- kursus, desain  unit- unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku- buku pelajaran, buku- buku kerja program multimedia, dan bantuan melalui program komputer.
  4. Menurut Paul D. Eggen, disebutkan bahwa the moddel described as being potentially large in scope, capable of organizing several lessons or a unit of study. Artinya, model dijabarkan menjadi potensi yang tidak terbatas lingkupnya, yang mana ia mampu mengorganisasikan beberapa pelajaran atau satuan pembelajaran.
  5. Arends menyatakan the tern teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals , syntax , environment, system. Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajarab tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungn, dan sistem pengelolaannya.
Definisi diatas mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan :
1.      Sebagai filosofi yang mendasar sebagai  landasan teori dan rincian tahapan dari teknik pembelajaran.
2.      Sebuah filosofi yang mendikte pendekatan- pendekatan dan metode- metode dan biasanya disajikan dalam satju paket.
3.      Sebuah penjelasan dari gaya mengajar dan ditunjukkan oleh praktik pengajaran, yang mana menjelaskan bagaimana siswa- siswa tersebut dibelajarkan.[4]
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, bahwa sesuatu dapat dijadikan model pembelajaran, jika mengandung unsur-unsur penting, diantaranya :
1.      Memiliki nama
2.      Merupakan landasan filosofis pelaksanaan pembelajaran
3.      Melandaskan pada teori belajar dan teori pembelajaran
4.      Mempunyai tujuan/ maksud tertentu
5.      Memiliki polah langkah kegiatan  belajar mengajar (sintaks) yang jelas
6.      Mengandung komponen- komponen, seperti guru, siswa, interaksi guru dan siswa, dan alat untuk menyampaikan model.[5]
Model pembelajaran IPS mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur pembelajaran pada umumnya. Keempat ciri tersebut adalah :
1.      Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya
2.      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)
3.      Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil
4.      Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
Berdasarkan ciri-ciri di atas, model-model pembelajaran terbentuk melalui kombinasi dari berbagai komponen yang meliputi:
1.      Fokus
Fokus merupakan aspek sentral sebuah model. Fokus dari sebuah sistem merujuk pada kerangka acuan yang mendasari pengembangan sebuah model. Tujuan-tujuan pengajaran dan aspek-aspek lingkungan pada dasarnya membentuk fokus dari model. Tujuan apa yang hendak dicapai merupakan bagian dari model pada umumnya.
2.      Sintaks
Sintaks atau tahapan dari model mengandung uraian tentang model dalam tindakan. Sebagai contoh misalnya adalah kegiatan-kegiatan yang disusun berdasarkan tahapan-tahapan yang jelas dari keseluruhan program yang melambangkan lingkungan pendidikan dari setiap model. Ini merupakan susunan dari keseluruhan program mengajar.
3.      Sistem sosial
Mengajar pada dasarnya adalah menggambarkan hubungan antara guru dengan peserta didik dalam satu system. Oleh sebab itu elemen ketiga dari model mengajar mengarah pada dua bagian yaitu peranan guru dan peserta didik, khususnya hubungan hirarkis atau hubungan kewenangan, serta norma-norma atau perilaku peserta didik yang dianggap baik. Dengan demikian maka system social merupakan bagian penting dari setiap model. Mempelajari sesuatu ditentukan oleh jenis hubungan yang tersusun selama proses mengajar
4.      Sistem pendukung
Aspek yang terpenting dan utama dari suatu model adalah elemen pendukung yang tujuannya adalah memberikan kemudahan kepada guru dan peserta didik bagi berhasilnya dengan baik penerapan strategi mengajar.
Dengan demikian model mengajar adalah sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti yang diharapkan. Model akan mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran dalam membantu peserta didik mencapai berbagai tujuan.[6]
Menurut Kemp (dalam trianto,2007:53), pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Setiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dapat dimulai dari titik mana pun sesuai siklus tersebut.akan tetapi, karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia itu di mulai dari tujuan.
Model pengembangan sistem penbelajaran ini memuat pengembangan perangkat pembelajaran. Ada sepuluh unsur secara perancangan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1.              Identifikasi masalah pembelajaran
2.              Analisis siswa
3.              Analisis tugas
4.              Merumusan indikator
5.              Penyusunan instrument evaluasi
6.              Strategi pembelajaran
7.              Pemilihan media atau sumber belajar
8.              Memerinci pelayanan penunjang
9.              Menyiapkan evaluasi hasil belajar dan hasil program
10.          Melakukan kegiatan revisi perangkat pembelajaran.[7]
B.     Model – Model Pembelajaran IPS SD/MI
Model pembelajaran IPS memiliki karakteristik tersendiri yakni menekankan hubungan individu dengan orang lain atau masyarakat, sehingga model dalam kategori ini lebih terfokus pada peningkatan kemampuan pendekatan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis, bekerja sama secara produktif. Model-model pembelajaran yang dimasukkan dalam kategori model pembelajarn IPS adalah :
1.      Model Pencapaian Konsep
Model inidikembangkan oleh Jerome S Bruner, Jacqueline Goodrow dan George Austin berdasarkan hasil studynya mengenai berfikir manusia. Model ini di dasarkan pada penekanan bahwa lingkungan penuh dengan hal-hal yang berbeda dan mustahil dapat menyesuaikan diri dengannya jika manusia tidak dilengkapi dengan kemampuan untuk membedakan dan mengelompokkkan segala sesuatu itu kedalam kelompok-kelompok.
Dengan metode yang sesuai dengan perkembangan intelektual anak, kepadanya dapat di ajarkan konsep-konsep seperti “ set theory “ atau teori set dalam matematika, “ fungsi”, prinsip bahwa keseluruhan tetap kuantitasnya walaupun dibagi dalam beberapa bagian dan bahwa bagian-bagian dapat dikumpulkan kembali menjadi keseluruhan.[8]
Sebagai contoh : konsep “ Gunung” dalam Geografi, Konsep “Perubahan” dalam sejarah, konsep”uang” Ekonomi dan lain sebagainya.
Pemrolehan konsep berproses melalui empat fase seperti berikut :
a)      Fase pertama
Pada fase pertama, data dipresentasikan kepada siswa. Data, mungkin saja tentang kejadian-kejadian. Dalam hal ini siswa didorong untuk menarik konsep atau prinsip-prinsip yang membedakan yang digunakan atas dasar penyeleksian unit-unit.
b)      Fase kedua
Tahapan pada fase ini dimulai dengan menganalisis strategi-strategi untuk memperoleh konsep. Beberapa siswa akan mulai dengan gagasan umum dan secara bertahap mempersempit menjadi lebih khusus dalam pernyataan konsepnya.
c)      Fase ketiga
Pada fase ini, siswa mengkaji jenis-jenis konsep dan atribut-atributnya dalam berbagai jenis bahan yang sesuai dengan usia dan pengalamannya. Semakin meningkat usia siswa semakin meningkat pula kerumitan pengembangan konsep.
d)     Fase keempat
Pada tahapan ini, siswa mencoba membentuk konsep-konsep, oleh karena itu model ini disebut juga “concept formation” atau “concept learning” dan mengajarkannya pada orang lain untuk memperoleh konsep melalui bermain.
Pada tahap akhir model, siswa menganalisis konsep dan strategi yang telah ditempuhnya. Model ini mensyaratkan bahwa bahan-bahan itu telah disusun sehingga konsep-konsep yang telah ada melekat pada bahan yang diajarkan.[9]
2.      Model Berpikir Induktif atau Inductive Thinking
Model ini dikembangkan oleh Hilda Taba dengan tujuan untuk mendorong para pelajar menemukan dan menorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, dan menjajaki berbagai cara yang dapat menjadikan para peserta didik lebih terampil dalam bersikap dan mengorganisasikan informasi, dalam melakukan hipotesis yang melukiskan hubungan antar berbagai data.[10]
3.      Model Penelitian atau Inquiry Training
Model inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang modern yang dapat dipergunakan pada berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Pelaksanaan inkuiri di dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial dirasionalisasi pada pandangan dasar bahwa dalam model pembelajaran tersebut, siswa didorong untuk mencari dan mendapatkan informasi melalui kegiatan belajar mandiri.
Model inkuiri pada hakekatnya merupakan penerapan metode ilmiah khususnya di lapangan Sains, namun dapat dilakukan terhadap berbagai pemecahan problem sosial. Savage Amstrong mengemukakan bahwa model tersebut secara luas dapat digunakan dalam proses pembelajaran Social Studies. Pengembangan strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sangat sesuai dengan karakteristik materil pendidikan Pengetahuan Sosial yang bertujuan mengembangkan tanggung jawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai anggota masyarakat dan warganegara.[11]
Pengunaan model ini memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan kemampuan berpikir maupun pengetahuan. Sikap dan nilai pada peserta didik dibanding dengan pendekatan klasikal atau tradisional. Menurut para ahli, pendekatan inkuiri merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas. Pendekatan ini cukup ampuh karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa (student-centred instruction) daripada kepada guru (teacher-centred instruction).[12]
Model inquiry training memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu:
a)      Menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan).
b)      Menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa tampilnya masalah).
c)      Mengkaji data dan mengeksprimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis).
d)     Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan.
e)      Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang menantang peserta didik untuk melakukan penelitian. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah strategi penelitian dan semangat kreatif. Langkah-langkahinquiry adalah sebagai berikut[13] :
a)      Langkah pertama adalah orientasi, peserta didik mengidentifikasi masalah, dengan pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
b)      Langkah kedua hipotesis, yaitu menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.
c)      Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan.
d)     Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis diperluas kajiannya dalam pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.
e)      Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau pengujian bagi hipotesis tersebut.
f)       Langkah keenam generalization, pada taraf ini inquiry sudah sampai pada tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah.
4.        Model Memorisasi atau Memorization
Model ini dikembangkan Pressley dan Levin. Memorisasi adalah teknik yang digunakan untuk menghafalkan dan mengasimilasikan sesuatu informasi, guru dapat menggunakan model ini untuk membimbing penyampaian materi yang bertujuan agar para pelajar dapat dengan mudah menagkap informasi baru.
5.      Model Investigasi Kelompok atau Group Investigation
Model ini dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert A.Thelen yang menggabungkan pandangan-pandangan proses sosial yang demokratik dengan penggunaan strategi-strategi ilmiah untuk membantu manusia menciptakan pengetahuan dan masyarakat yang teratur dengan baik.
Penerapan model ini dimulai dengan menghadapkan siswa kepada masalah, yang muncul dari sumber yang berbeda-beda. Masalah itu bisa merupakan bagian dari suatu pengalaman. Permasalahan yang dihadirkan dapat disediakan oleh guru ataupun muncul dari kelas. Jika ada siswa bereaksi terhadap masalah tersebut maka guru menarik perhatian mereka terhadap reaksi yang berbeda. Jika siswa telah menunjukkan minat terhadap reaksi-reaksi yang berbeda itu maka guru mendorong siswa untuk merumuskan masalah untuk diri mereka. Setelah dirumuskan siswa mengkajinya dengan memperhatikan peranan dan mengorganisasi dirinya, kemudian bertindak dan melaporkan hasilnya.
Beberapa hal yang dapat ditarik dari model ini adalah:
a)      Sistem sosial. Model ini bersifat demokratik, karena masalah tidak hanya dimunculkan oleh guru, tetapi bisa juga muncul dari siswa. Guru dan siswa memiliki status yang sama. 
b)      Prinsip-prinsip reaksinya adalah guru bertindak sebagai konselor tanpa mengganggu struktur yang ada.[14]
c)      Sistem yang menunjang. Dukungan yang diberikan guru bersifat ekstensif dan responsif terhadap apa yang dibutuhkan siswa. Disamping itu hubungan dan kontak dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dan orang-orang yang ada di sekitar siswa juga diperlukan oleh siswa untuk memecahkan masalah yang menjadi fokus pelajaran.
d)     Model dapat digunakan untuk semua bidang pelajaran dan juga dapat digunakan sebagai aspek di dalam merumuskan dan memecahkan masalah siswa.
Model group investigation memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu sebagai berikut[15] :
a)        Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topic, merumuskan permasalahan.
b)        Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya, siapa melakukan apa, apa tujuannya).
c)        Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis datam membuat referensi).
d)       Organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulen).
e)        Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan).
f)         Evaluating (masing-masing peserta didik melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, peserta didik dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman).
6.      Model Bermain Peran atau Role Playing
Penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman lainnya ialah bermain peran. Pada umumnya siswa yang menpunyai usia 9 atau yang lebih tua, menyenagi penggunaan strategi ini karena berkenaan dengan isu- isu sosial dan kesempatan komunikasi interpersonal di dalam kelas. Di dalam bermain, peran guru menerima peran noninterpersonal di dalam kelas.  Siswa menerima karakter, perasaan, dan ide- ide orang lain dalam suatu situasi yang khusus.
Ada beberapa keuntungan penggunaan pendekatan instruksional ini di dalam kelas, yaitu pada waktu dilaksanakannya bermain peran, siswa dapat bertindak dan mengekspresikan perasaan dan pendapat tanpa kekhawatiran mendapat sanksi. Mereka dapat pula mengurangi dan mendiskusikan isu- isu yang bersifat manusiawi dan pribadi tanpa ada kecemasan. Bermain peran kemungkinan para siswa mengidentifikasi situasi- situasi dunia nyata dan dengan ide- ide orang lain. Identifikasi tersebut mungkin cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter orang lain. Dengan cara ini, anak- anak dilengkapi dengan cara yang aman untuk meneliti dan mempertunjukkan masalah- masalah diantara kelompok/ individu- individu.[16]
7.      Model Penelaahan Yurisprudensi
Model ini dikembangkan oleh Pressley dan Levin . Model ini merupakan model yang melibatkan intelektual yang relatif lebih rumi. Dasar dari model ini adalah proses kesepakatan sosial atau “ Social Negotation”. Model ini menuntut para psreta didik untuk menguji dirinya sendiri, perilaku kelompok, dan proses sosial yang lebih besar.
8.      Model Inkuiri Sosial
Model ini dikembangkan oleh Bryron Massialas dan Benyamin Cox, atas dasar kerangak konseptual yang sama dengan penelitian ilmiyah yang diterapkan dalam bidang ilmu-ilmu alamiyah dan model penelitian sosial dalam bidang ilmu-ilmu sosial. Model yang lebih spesifik dikembangkan dengan menggunakan metode-metode keilmuan antropologi, sejarah, geografi, psikologo sosial,dan sosiologi. Model ini telah dimanfaatkan pada tingkat sekolah dan perguruan tinggi.[17]
Secara umum inkuri dapat diartikan mengembangan kemampuan siswa untuk memikirkan secara sungguh-sungguh dan terarah serta merefleksikan hakekat sosial kehidupan, khususnya kehidupan siswa sendiri dan arah kehidupan masyarakat dalam upaya memecahkan masalah-masalah sosial.
Enam langkah dalam penerapan model ini, yaitu:
a)      Orientasi terhadap masalah
b)      Menyusun hipotesis
c)      Melakukan perumusan dan pembatasan masalah
d)     Melakukan eksplorasi
e)      Mengumpulkan fakta-fakta dan data berdasarkan hasil analisis yang dirumuskan.
f)       Generalisasi atau pernyataan terhadap masalah.[18]
Model menghubungkan istilah inkuiri dengan pengembangan kemampuan peserta didik untuk menemukan dan merefleksikan sifat kehidupan sosial, terutama sebagai latihan hidup sendiri dan langsung dalam masyarakat. Guru berperan sebagai reflector dan pembimbing yaitu memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menjelaskan kedudukan mereka dalam proses belajarnya.[19] Terdapat tiga cirri pokok dalam model pembelajaran iinkuiri sosial, yaitu :
a)        Adanya aspek-aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbuhkan tercipatanya suatu diskusi kelas.
b)        Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah.
c)        Mempergunakan fakta sebagai pengujian hipotesis.
C.    Kriteria Model Pembelajaran IPS
Karakteristik peserta didik MI dalam pembelajaran IPS didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik bukan hanya menjadi sasaran yang harus menerima materi IPS yang diajarkan, melainkan mereka harus diperlakukan sebagai subjek yang menjalani proses belajar IPS secara aktif. Oleh karena itu, hal-hal yang berkenaan dengan hakekat dirinya harus diperhatikan secara sungguh-sungguh. Diantaranya :
1.      Kondisi dan perkembangan mentalnya harus menjadi acuan dalam menentukan model penyajian yang paling serasi
2.      Kesadaran mentalnya, seperti minat, dorongan mengetahui kenyataannya, dan dorongan menemukan sendiri gejala-gejala kehidupan harus ditumbuh kembangkan dengan model pembelajaran yang menarik dan bermakna
3.      Potensi yang dimilikinya, seperti sikap mentalnya, daya rasional dan emosional, serta ketrampilan yang akan dikembangkan melalui pembelajaran IPS dibina ke arah kematangan dan kedewasaan.
Unsur Model dan Strategi Pembelajaran yang Efektif Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran, mengemukakan unsur-unsur pembelajaran yang efektif sebagai berikut :
1.      Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru
a)      Motivasi pembelajaran peserta didik
b)      Kondisi guru siap membelajarkan peserta didik
  1. Unsur pembelajaran kongruen dengan unsur belajar
a)      Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran.
b)      Sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada buku pelajaran, pribadi guru, dan sumber masyarakat.
c)      Pengadaan alat-alat Bantu belajar dilakukan oleh guru, peserta didik sendiri, dan bantuan orangtua.
d)     Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif
e)      Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan binaan.[20]
Selain uraian diatas, terdapat beberapa kriteria model pembelajaran IPS di MI yang di dasarkan pada tujuan pembelajaran IPS pada jenjang MI dan karakteristik peserta didik MI sebagaimana yang ditulis pada makalah Managing Basic Educational (2006); Departemen Pendidikan Nasional (2003). Adapun kriteria yang dimaksud adalah :
1.      Model yang akan diterapkan sedapat mungkin menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, seperti kenampakan alam, koperasi, kantor kepala desa, informasi kependudukan
2.      Dalam penerapan model harus di dampingi narasumber, mengingat kondisi dan perkembangan mental peserta didik MI yang masih terbatas pada hal-hal yang bersifat konkrit, berbeda dengan peserta didik pada jenjang yang lebih tinggi
3.      Model yang akan diterapkan sedapat mungkin menjadikan peristiwa-peristiwa sosial yang baru menjadi focus pembelajaran yang dikaitkan dengan materi IPS yang akan diajarkan
4.      Model yang diterapkan memungkinkan peserta didik menentukan konsep, prinsip dan tehnik interaksi dengan lingkungan
5.      Model yang diterapkan memiliki relevansi dengan kehidupan peserta didik sehari-hari
6.      Model yang diterapkan memberikan rasa aman dan senang kepada peserta didik hingga dapat belajar dengan betah dan dapat merangsang berfikir kreatif.[21]














BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Model mengajar adalah sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku peserta didik seperti yang diharapkan. Model akan mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran dalam membantu peserta didik mencapai berbagai tujuan.
Model-model pembelajaran yang dimasukkan dalam kategori model pembelajarn IPS adalah :
1.      Model Pencapaian Konsep
2.      Model Berpikir Induktif atau Inductive Thinking
3.      Model Penelitian atau Inquiry Training
4.      Model Memorisasi atau Memorization
5.      Model Investigasi Kelompok atau Group Investigation
6.      Model Bermain Peran atau Role Playing
7.      Model Penelaahan Yurisprudensi
8.      Model Inkuiri Sosial
Adapun kriteria model pembelajran IPS adalah :
1.      Model yang akan diterapkan sedapat mungkin menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, seperti kenampakan alam, koperasi, kantor kepala desa, informasi kependudukan
2.      Dalam penerapan model harus di dampingi narasumber, mengingat kondisi dan perkembangan mental peserta didik MI yang masih terbatas pada hal-hal yang bersifat konkrit, berbeda dengan peserta didik pada jenjang yang lebih tinggi
3.      Model yang akan diterapkan sedapat mungkin menjadikan peristiwa-peristiwa sosial yang baru menjadi focus pembelajaran yang dikaitkan dengan materi IPS yang akan diajarkan
4.      Model yang diterapkan memungkinkan peserta didik menentukan konsep, prinsip dan tehnik interaksi dengan lingkungan
5.      Model yang diterapkan memiliki relevansi dengan kehidupan peserta didik sehari-hari
6.      Model yang diterapkan memberikan rasa aman dan senang kepada peserta didik hingga dapat belajar dengan betah dan dapat merangsang berfikir kreatif.
B.     Saran
Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru pemula maka akan dibuat bingung mengenai strategi dan model pembelajaran efektif untuk dipakai peserta didik. Maka dari itu tugas seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. sehingga proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa belajar akan lebih antusias, tidak merasa bosan dan mampu mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih menyenangkan karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS.








DAFTAR PUSTAKA

Ahsan Sofyan, Model dan Strategi Pembelajaran IPS, http://andiaccank.blogspot.com/2011/08/model-dan-strategi-pembelajaran-yang.html (diakses tanggal 5 April 2018)
Dwiluky, Model Pembelajaran IPS, http://dwiluky.wordpress.com/2011/02/12/model-pembelajaran-ips/ (diakses tanggal 5 april 2018)
Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani. 2011.  strategi belajar mengajar, Bandung: PUSTAKA SETIA.
Nadlir, dkk. 2009. Pembelajaran IPS MI. Surabaya: LAPIS-PGMI.
Nasution, S. 1992. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Pritchard, Alan. 2005. Ways of Learning. New York: David Fulton Publisher.
Rachmah, Huriah. 2014. Pengembangan Profesi Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suprihatiningrum Jamil. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Wahab, Abdul Aziz. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.


[1] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), Hal. 21.
[2] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), Hal. 175.
[3]Alan Pritchard, Ways of Learning, (New York: David Fulton Publisher, 2005), Hal. 2.
[4] Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2012), Hal. 142
[5] Ibid. Hal. 144
[6] Nadlir, dkk, Pembelajaran IPS MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), Hal. 8-10
[7] Hamdani, strategi belaja mengajar, (Bandung: PUSTAKA SETIA. 2011), Hal. 24
[8] S.nasution, Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Hal. 9
[9] Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), (Bandung: Alfabeta, 2007), Hal. 68.
[10] Nadlir, dkk, Pembelajaran IPS MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), Hal. 8-12
[11] Dwiluky, Model Pembelajaran IPS, diakses dari http://dwiluky.wordpress.com/2011/02/12/model-pembelajaran-ips/ pada tanggal 5 april 2018 pukul 20.08
[12] Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Hal. 78.
[13] Ibid.
[14] Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), (Bandung: Alfabeta, 2007), Hal. 61.
[15] Huriah Rachmah, Pengembangan Profesi Pendidikan IPS, (Bandung: Alfabeta, 2014), Hal. 87
[16] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Hal. 214
[17] Nadlir, dkk, Pembelajaran IPS MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), Hal. 8-13,8-14
[18] Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), (Bandung: Alfabeta, 2007), Hal. 62.
[19] Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Hal. 86.
[20] Ahsan Sofyan, Model dan Strategi Pembelajaran IPS, diakses dari http://andiaccank.blogspot.com/2011/08/model-dan-strategi-pembelajaran-yang.html pada tanggal 5 April 2018 pukul 20.23
[21] Nadlir, dkk, Pembelajaran IPS MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), Hal. 8-17

Komentar