MEMAHAMI STRATEGI PEMBELAJARAN IPS
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah:
PEMBELAJARAN IPS
Dosen Pengampu :
Drs. Nadlir, M. Pd. I
Disusun Oleh:
1. Rizka Ani Puspita (D97216076)
2. Uci Nurhayati (D97216088)
3. Yusril Lukluatul Mas’ulah (D97216093)
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmat-Nya lah kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni berupa ajaran agama Islam.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPS semester empat tahun ajaran 2018. Adapun topik yang dibahas di dalam makalah ini adalah “Memahami Strategi Pembelajaran IPS”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Nadlir, M. Pd. I selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran IPS.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Kiranya harapan kami makalah ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita semua.
Surabaya, 31 Maret 2018
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN ................................... 4
B. PRINSIP-PRINSIP STRATEGI PEMBELAJARAN ............................ 5
C. STRATEGI PEMBELAJARAN IPS ...................................................... 6
D. STRATEGI PEMBELAJARAN SIKLUS (LEARNING CYCLE) ....... 9
E. KARYAWISATA (STUDY TOUR/WISATA LAPANGAN) .............. 12
F. STRATEGI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN ......................... 16
G. STRATEGI PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING ................ 17
H. STARTEGI PAKEM .............................................................................. 19
I. STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW ................... 20
J. STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG ...................................... 22
K. STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI ............................................ 23
L. STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL ............................. 26
M. STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH .................... 27
N. STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) ................... 29
O. STRATEGI PENILAIAN SEDERHANA ............................................. 30
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 33
B. SARAN .................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik. Ada 3 tujuan membelajarkan IPS kepada siswa, yaitu agar setiap peserta didik menjadi warga negara yang baik, melatih peserta didik berkemampuan untuk berpikir matang dalam menghadapi dan memecahkan masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya.
Pada jenjang SD, pencapaian tujuan yang demikian itu bukan merupakan pekerjaan yang mudah, karena (1) saat ini mata pelajaran IPS menjadi pelajaran yang dianggap kurang penting dibandingkan dengan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya, seperti Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA yang ditujunjukkan melalui kenyataan bahwa IPS tidak lagi menjadi mata pelajaran yang diujikan secara nasional, (2) IPS juga diasumsikan oleh masyarakat dan kalangan guru sendiri sebagai pelajaran yang kurang menarik karena hanya bersifat hafalan, kurang menantang untuk berpikir, sarat dengan kumpulan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan, dan (3) Kesulitan yang lain ialah soal pendekatan, apakah sejarah dipandang ilmu ataukah sastra (Kuntowijoyo, 2013).
Kondisi pembelajaran IPS dewasa ini khususnya pada jenjang sekolah dasar, menunjukkan indikasi bahwa pola pembelajaran yang dikembangkan oleh guru cenderung bersifat guru sentris, sehingga peserta didik hanya menjadi obyek pembelajaran. Model pembelajaran yang demikian, lebih cenderung berangkat dari asumsi dasar bahwa pembelajaran IPS hanya dimaksudkan untuk mentransfer pengetahuan atau konsep dari kepala guru ke kepala siswa. Akibatnya, mungkin guru telah merasa membelajarkan namun siswa belum belajar.
2
Menurut Brown (2009:9) memperjelas konsep pembelajaran dengan menambahkan kata kunci yang harus diperhatikan, yaitu pembelajaran menyangkut hal praktis, pembelajaran adalah penyampaian informasi, pembelajaran adalah memerlukan keaktifan dan kesadaran, pembelajaran relatif permanen, dan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku.
Selain pendekatan yang harus diberikan kepada siswa dalam pembelajaran yang tak kalah pentingnya adalah strategi pembelajaran. Dapat dikemukakan bahwa dalam mengajar seorang dapat saja memilih lebih dari satu strategi mengajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa pengertian strategi pembelajaran?
2. Apa saja prinsip-prinsip strategi pembelajaran?
3. Apa strategi pembelajaran IPS?
4. Apa strategi pembelajaran siklus (Learning Cycle)?
5. Apa strategi pembelajaran karyawisata (widyawisata//study tour/wisata lapangan)?
6. Apa strategi pembelajaran menyenangkan?
7. Apa strategi pembelajaran Cooperatif Learning?
8. Apa strategi pembelajaran PAKEM?
9. Apa strategi pembelajaran Kooperatif Jigsaw?
10. Apa strategi pembelajaran langsung?
11. Apa strategi pembelajaran inkuiri?
12. Apa strategi pembelajaran inkuiri sosial?
13. Apa strategi pembelajaran berbasis masalah?
14. Apa strategi pembelajaran kontekstual (CTL)?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip strategi pembelajaran
3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran IPS
3
4. Untuk mengetahui strategi pembelajaran siklus (Learning Cycle)
5. Untuk mengetahui strategi pembelajaran karyawisata (widyawisata//study tour/wisata lapangan)
6. Untuk mengetahui strategi pembelajaran menyenangkan
7. Untuk mengetahui strategi pembelajaran Cooperatif Learning
8. Untuk mengetahui strategi pembelajaran PAKEM
9. Untuk mengetahui strategi pembelajaran Kooperatif Jigsaw
10. Untuk mengetahui strategi pembelajaran langsung
11. Untuk mengetahui strategi pembelajaran inkuiri
12. Untuk mengetahui strategi pembelajaran inkuiri sosial
13. Untuk mengetahui strategi pembelajaran berbasis masalah
14. Untuk mengetahui strategi pembelajaran kontekstual (CTL)
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran. Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti “jenderal” atau “panglima”, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejendralan atau ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang. Pengertian strategi tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan, yang dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien (Gulo, 2002).
Definisi yang lebih komperhensif mengenai strategi pembelajaran daripada yang disebutkan diatas adalah definisi yang dikemukakan oleh Dick dan Carey (1990). Mereka menjelaskan bahwa strategi pemeblajaran terdiri dari seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.1
Pendapat yang lebih spesifik tentang strategi pembelajaran dinyatakan oleh Romiszowski (1981) yang menyatakn bahwa strategi adalah sebagai titik pandang dan arah berbuat yang diambil dalam rangka memilih metode pembelajaran yang tepat, yang selanjutnya mengarah pada yang lebih khusus, yaitu rencana, taktik, dan latihan. Seiring dengan pendapat di atas Reigeluth (1983), juga menyatakan konsep yang tidak jauh berbeda, bahwa strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dengan demikian, strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran.
1 Suyadi, 2013, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 13-14.
5
Ada bebrapa strategi yang dapat digunakan guru untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif. Reigeluth (1983) membagi strategi pembelajaran menjadi 3 aspek, yaitu (1) strategi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan. Strategi pengorganisasian merujuk pada bagaimana pembelajaran itu diberikan dan bahan ajar disajikan. Metode penyampaian berhubungan dengan media pengajaran dan bagaimana siswa dapat mengerti dengan media yang digunqakan. Strategi pengelolaan meliputi penjadwalan dan pengalokasian pengajaran yang diorganisasikan.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan (Djamarah dan Zain: 2010). Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dengan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran adalah berkenaan dengan pendekatan pembelajaran sebagai suatu cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi perkuliahan dan mahasiswa, metode dan teknik pembelajaran, dan media pembelajaran yaitu berupa peralatan dan bahan pelajaran, serta waktu yang dihgunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditentukan.2 Strategi pembelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematis, pola-pola umum kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.3
2 Martinis Yamin, 2013, Strategi dan Metodr dalam Model Pembelajaran, Jakarta: Referensi (GP Press Group), hal. 7.
3 Nunuk Suryani. Strategi Belajar Mengajar. (Yogyakarta: Ombak, 2012), hal. 1-3
6
B. Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran
Prinsip-prinsip strategi pembelajaran yang dimaksud adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua kondisi pembelajaran. Prinsip-prinsip umum strategi pembelajaran sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Tujuan
Dalam strategi pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan sikap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang kita inginkan adalah perubahan perilaku setiap siswa.
3. Aktivitas
Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Demikian juga sasaran belajar yakni tidak hanya aspek kognitif saja, melainkan juga aspek afektif dan psikomotorik.
4. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek kognitif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus
7
dapat mengembangkan seluruh aspek kehidupan siswa secara terintegrasi.4
C. Strategi Pembelajaran Ips
1. Strategi urutan penyampaian suksesif
Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih dari satu, maka menurut strategi urutan penyampaikan suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalan baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. Contoh yang sama, misalnya guru akan mengajarkan materi nasionalisme. Pertama-tama guru menyajikan pengertian nasionalisme. Setelah pengertian disajikan, maka makna mendalam, baru kemudian menyajikan contoh-contoh perilaku yang bersifat cerminan nasionalisme.
2. Strategi penyampaian fakta
Jika guru harus menyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dan sebagainya) strategi yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar. Kemudian berikan bantuan kepada siswa untuk menghafal. Bantuan diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna, menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai, dan asosiasi berpasangan. Contoh: dengan menggunakan jembatan keledai (mnemonics), yaitu LEMHANNAS dan IPOLEKSOSBUDHANKAMNAS.
3. Strategi penyampaian konsep
Materi pembelajaran jenis konsepadalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dan sebagainya.
4 Nunuk Suryani. Strategi Belajar Mengajar. (Yogyakarta: Ombak, 2012), hal. 9-10
8
Langkah-langkah mengajarkan konsep: (1) menyajikan konsep, (2) pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), (3) pemberihan latihan (excercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, (4) pemberian umpan balik, dan (5) pemberian tes.
Contoh:
Penyajian konsep budaya
Langkah 1: penyajian konsep
Langkah 2: pemberian bantuan
Pertama siswa dibantu untuk menghafal konsep dengan kalimat sendiri, tidak harus hafal verbal terhadap konsep yang dipelajari (dalam hal ini pasal tentang keterwakilan politik perempuan).
Langkah 3: umpan balik
Berikan umpan balik atau informasi apakah siswa benar atau salah dalam memberikan contoh. Jika benar memberikan konfirmasi, jika salah berikan koreksi atau pembetulan.
Langkah 4: tes
Berikan tes untuk menilai apakah siswa benar-benar telah paham terhadap materi pelestarian budaya daerah. Soal tes hendaknya berbeda dengan contoh kasus yang telah diberikan pada saat penyampaian konsep dan soal latihan untuk menghindari siswa hanya hafal, tetapi tidak paham.
4. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip
Yang termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, dan teori.
Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaranjenis prinsip adalah: (a) sajikan prispip hasil penelusuran di perpustakaan lewat penguasaan, (b) berikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip dalam kehidupan sehari-hari, (c) berikan soal-soal latihan, (d) berikan umpan balik, dan (e) berikan tes atau penilaian praktek.
5. Strategi penyampaian prosedur
9
Tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktikkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah dalam mengerjakan suatu tugas secara urut. Misalnya langkah-langkah mencoblosan tanda gambar dalam pemilu presiden langsung 5 juli 2004.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur meliputi:
a) Menyajikan prosedur.
b) Pemberian bantuan dengan jalan mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur.
c) Memberikan latihan (praktik)
d) Memberikan umpan balik.
e) Memberikan tes.
6. Strategi mengajarkan/menyampaikan materi aspek sikap (afektif)
Termasuk materi pembelajaran aspek sikap(afektif) adalah pemberian respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian.
Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain: penciptaan kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran atau dogma.
Contoh:
Penciptaan kondisi.
Agar memiliki sikap disiplin dalam berlalu lintas, di jalan buat rambu-rambu lalu lintas. Pemodelan atau contoh: disajikan contoh atau model seseorang, baik nyata ataupun fiktif yang perilakunya diidolakan oleh siswa. Misalnya tokoh agama atau tokoh nasional yang menjadi idola anak.5
D. Strategi pembelajaran siklus (Learning Cycle)
Pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran siklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Improvement Study/
5 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta:Bumi Aksara, 2012) hal.184
10
SCIS (Trowbridge & bybee, 1996). Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:
1. Eksplorasi (exploration),
2. Pengenalan konsep (concept introduction), dan
3. Penerapan konsep (concept aplication).
Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap (Lorbach, 2002) yang terdiri atas tahap (a) pembangkitan minat (engagement), (b) eksplorasi (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration), dan (e) evaluasi (evaluation).
1. Tahap Pembelajaran
a. Pembangkitan minat (engagement)
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar Pada tahp ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa akan memberikan respons/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada/tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
b. Eksplorasi (exploration)
Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis baru,
11
mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.
c. Penjelasan (explanation)
Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai bahan diskusi.
d. Elaborasi (elaboration)
Elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
e. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan metode siklus belajar yang sedang
12
diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan tahapan dalam strategi pembelajaran bersiklus seperti yang telah dipaparkan, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Perbedaan mendasar antara model pembelajaran siklus belajar dengan pembelajaran konvensional adalah guru lebih banyak bertanya daripada memberi tahu. Misalnya, pada waktu akan melakukan eksperimen terhadap suatu permasalahan, guru tidak memberi petunjuk langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, tetapi guru mengajukan pertanyaan penuntun tentang apa yang akan dilakukan siswa, apa alasan siswa merencanakan atau memutuskan perlakuan yang demikian. Dengan demikian, kemampuan analisis, evaluatif, dan argumentatif siswa dapat berkembang dan meningkat secara signifikan.6
E. Karyawisata (Widyawisata/Study Tour/Wisata Lapangan)
1. Pengertian dan tujuan karyawisata
Apabila ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret dari sekedar apa yang telah diberikan di kelas dan memang tidak memungkinkan terjadi di kelas, maka dapat diperoleh pengalaman-pengalaman langsung dan yang riil dengan jalan kunjungan-kunjungan khusus ke tempat-tempat tertentu. Tempat-tempat tersebut misalnyalingkungan (fasilitas) sekolah maupun lingkungan yang jauh sebagai metode karyawisata. Dalam pengertian pendidikan, menurut Sudjana dan Rivai, karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelas
6 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta:Bumi Aksara, 2013) hal.170
13
untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kulikuler di sekolah.
Proses pembelajaran melalui karyawisata adalah proses pembelajaran dengan membawa siswa mempelajari bahan-bahan (sumber-sumbersumber) belajar di luar kelas.
Dengan maksud agar siswa lebih memahami serta memiliki wawasan yang luas tentang bahan ajar yang telah dipelajarinya di dalam kelas. Atau, dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa karyawisata adalah suatu upaya untuk meningkatkan diri siswa dengan kehidupan nyata (real life) yng menjadi sumber belajar bagi siswa. Banyak istilah yang digunakan, tetapi maksudnya sama dengan karyawisata, seperti widyawisata, study tour, dan lain sebagainya.
Menurut Santyasa, widyawisata adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan melalui kenjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai bahan integral dari seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Menurut Supriatna dan rekan-rekannya, tujuan metode karya wisata adalah:
a. Agar siswa dapat membandingkan apa yang mereka pelajari di dalam kelas secara teoritis dengan keadaan nyata di lapangan atau membandingkan antara teori dan praktik penggunaannya.
b. Untuk menghilangkan kejenuhan siswa belajar.
c. Sebagai rekreasi stabil belajar.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan belajar melalui karyawisata /widyawisata adalah:
a. Siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna.
b. Membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki dan mempelajari sesuatu.
14
c. Memperkaya dan meyempurnakan pengetahuan yang diperoleh siswa di dalam kelas.
d. Mendorong belajar dengan pengamatan sendiri.
e. Memberikan pemahaman terhadap lingkungan sekitar.
f. Melatih seni hidup bersama dan tanggung jawab bersama.
g. Menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru dan siswa, mengintegrasikan pengajaran di kelas dengan kehidupan nyata.
h. Memberikan motivasi untuk penelitian dan penemuan baru.
i. Memupuk rasa cinta terhadap alam sekitarnya.
Kekurangan metode karyawisata yang perlu diperhatikan agar dapat diantisipasi oleh guru ialah:
A. Memlihara persiapan yang relatif lama dan cukup matang.
B. Memerlukan sarana dan biaya yang relatif tinggi.
C. Persiapan yang kurang matang dapat mengganggu tujuan.
D. Memiliki risiko yang cukup tinggi.
2. Prosedur/langkah-langkah pelaksanaan karyawisata
Karyawisata sebaiknya dilakukan di akhir semester dan dikaitkan dengan keperluan pembelajaran dari berbagai bidang studi secara bersama-sama dan dibimbing oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Manakala guru menggunakan karyawisata dalam proses pembelajaran di lapangan maka, dalam pelaksanaannya dapat mengikuti langkah-langkah seperti dijelaskan di bawah ini.
a. Perencanaan
D. Rumuskan tujuan karyawisata yang akndilakukan secara spesifik. Tujuan karyawisata tidak terlepas dari tujuan pembelajaran.
E. Menetapkan objek sesuai dengan tujuan karyawisata. Karyawisata bukan hanya sekedar rekreasi, akan tetapi merupakan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebelum siswa menggunakan objek sebagi tempat belajar
15
melalui karyawisata, sebaiknya dilakukan penjajakan atau observasi pendahuluan terlebih dahulu.
F. Manakala tempat karyawisata cukup jauh dari lokasi sekolah sebaiknya dibentuk organisasi kepanitiaan. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan karyawisata berjalan lancar.
G. Buatlah petunjuk teknis dan atau lembaran kegiatan yang harus dikerjakan siswa selama karyawisata. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari karyawisata hanya sekedar rekreasi.
b. Pelaksanaan
H. Pada waktu pelaksanaan karyawisata, perhatikan semua kegiatan yang dilakukan siswa baik kegiatan pada kelompok maupun kegiatan individual. Sekalipun unsur rekreasi dalam karyawisata penting, akan tetapi janganlah dijadikan sebagai prioritas utama.
I. Apabila menemui masalah atau hambatan, segeralah dicari jalan keluar dengan merundingkannya baik panitia maupun dengan peserta.
J. Kontrol siswa dalam mengerjakan tugas yang lain. Sempatkan waktu untuk mendiskusikan penemuan-penemuan yang menarik dengan siswa. Berikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk memaparkan hasil atau fenomena yang terjadi.
c. Tindak lanjut
K. Mintalah laporan karyawisata baik laporan kelompok atau laporan individual.
L. Laporan sangat penting sebagai bahan informasi untuk menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Berdasarkan hasil laporan bisa dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya misalnya dengan demonstrasi.
M. Berilah nilai, baik penilaian bersifat umum ataupun penilaian khusus.
16
N. Penilaian umum adalah penilaian yang diberikan pada proses yang bersifat normatif, sedangkan penilaian khusus adalah penilaian kepada setiap siswa sehubungan dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
O. Apabila dipandang perlu, guru bisa memberikan tugas-tugas lanjutan, misalnya membuat artikel atau mengarang yang berhubungan dengan perjalanan karyawisata.
Dalam karyawisata tentunya perlu persiapan yang matang demi menghindari risiko yang terjadi. Kemudian setelah pelaksanaan harus diadakan tindak lanjut (follow up). Kegiatan tindak lanjut dilakukan di sekolah bisa berupa diskusi, pemaparan hasil, laporan karyawisata, maupun penilaian hasil kunjungan.7
F. Strategi Pembelajaran Menyenangkan
Bobbi DePorter menyatakan bahwa strategi pembelajaran menyenangkan adalah strategi yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menerapkan kurikulum, menyampaikan materi, memudahkan proses belajar.
DePorter, Reardon, dan singer menggambarkan strategi pembelajaran menyenangkan dengan menata suasana kelas sebagai berikut: (1) menata lingkungan kelas, agar dapat dengan baik memengaruhi kemampuan siswa untuk terfokus dan menyerap informasi, (2) meningkatkan pemahaman melalui gambar seperti poster ikon akan menampilkan isi pelajaran secara visual, sementara poster afirmasi yang lucu dan mengandung humor akan menguatkan dialog internal siswa, (3) alat bantu belajar dalam berbagai bentuk seperti kartun dan karikatur dapat menghidupkan gagasan abstrak dan mengikutsertakan pelajar kinestetik, (4)
7 Husamah, Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2013) hal.53
17
pengaturan bangku mendukung hasil belajar, (5) musik membuka kunci keadaan belajar optimal dan membantu menciptakan asosiasi, (6) gaya lain dapat digunakan pada saat jeda, membuat kuis, pertanyaan lucu, humor, penjelasan tentang transisi menggunakan berbagai sumber.8
G. Strategi Pembelajaran Cooperatif Learning
Cooperative mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan, 1996). Slavin (1984) mengatakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya, dikatakan pula keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Pada dasarnya Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. 9
1. Langkah-langkah dalam pembelajaran Cooperative Learning
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan seorang pendidik (guru) untuk melaksanakan strategi pembelajaran Cooperative:10
8 Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor (Jakarta:Bumi Aksara, 2011) hal.17&21
9 Etin Solihatin & Raharjo, 2007, Cooperative Learning Analisis Model Pemeblajaran IPS, Jakarta: PT Bumi Aksara, hal. 4
10 Suyadi, 2013, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 70-71.
18
Tahapan Cooperative Learning Tindakan Guru Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi peserta dan motivasi peserta didik Pendidik (guru) menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi peserta didik
Tahap 2
Menyajikan informasi
Pendidik (guru) menyajikan informasi kepada peserta didik dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan Tahap 3 Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar Pendidik (guru) menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Tahap 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Pendidik (guru) membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Tahap 5 Evaluasi Pendidik (guru) mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Tahap 6
Memberikan Penghargaan
Pendidik (guru) mencari cara-cara untuk menghargai – baik upaya maupun hasil belajar – individu atau kelompok peserta didik
19
H. Pengertian Startegi PAKEM
PAKEM yaitu kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (Jamal Ma’mur Asmani, 2011). Istilah “Aktif” dalam PAKEM dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga peserta didik aktif bertanya maupun mengemukakan pendapat; “Kreatif” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang beragam, sehingga peserta didik tidak merasa jenuh, namun penuh variiasi, informasi baru, dan suasana belajar yang segar. “Efektif” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga pembelajaran berjalan secara maksimal dengan memanfaatkan sumber belajar yang minimal. “Menyenangkan” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga peserta didik senang mengikuti pelajarannya, termasuk senang pada gurunya.11
Dalam perkembangannya, PAKEM banyak dimodifikasi para akademisi ,aupun praktisi pendidikan dengan beragam nama. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
2. PAIKEMI: Pembelajaran Aaktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Islami.
3. PAIKEM GEMBROT: Pembelajaran Aktif, Inovatif. Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira, dan Berbobot.12
a. Langkah-langkah Pembelajaran Strategi PAKEM
1) Review
Guru dan siswa meninjau ulang pelajaran yang lampau.
2) Pengembangan
11 Suyadi, 2013, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 161-162.
12 Ibid, hal. 162.
20
Guru senantiasa menyajikan ide baru dan baru dan perluasan konsep.
3) Latihan terkontrol
Guru memeriksa kemungkinan terjadinya miskonsepsi. Dianjurkan dengan kerja kelompok.
4) Seat Work
Siswa bekerja mandiri atau dalam kelompok dengan perluasan konsep.
5) Laporan siswa perorangan atau kelompok
Hasil kerja individu atau kelompok dialporkan sebagai penilaian jika perlu ada perbaikan.
6) Pendalaman materi
Peserta didik diajak bermain dengan tujuan untuk memperdalam materi.
7) Pajangan hasil karya
Hasil karya dipajangkan berfungsi sebagai apresiasi karya dan perpustakaan kelas/sudut baca.
8) Pemberian PR untuk tindak lanjut13
I. Strategi Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Jigsaw merupakan suatu struktur kooperatif yang setiap anggota kelompoknya bertanggungjawab untuk mempelajari anggota-anggota lain tentang salah satu bagian materi. Dalam penerapan jigsaw, setiap anggota kelompok diberi bagian materi yang harus dipelajari oleh seluruh kelompok dan menjadi “pakar” di bagiannya. Peserta didik harus saling mengajari, jadi konstribusinya setiap orang penting. Versi yang lebih baru, Jigsaw II, menambahkan expert group (kelompok ahli) yang para peserta didiknya memiliki materi sama dari setiap kelompoknya dan setelah itu merencanakan cara untuk mengajarkan informasi itu kepada para anggota
13 http://sd012singingi.blogspot.co.id/2009/11/langkah-langkah-pakem.html?m=1 , (online) 26 Maret 2018
21
kelompoknya. Setelah itu, para peserta didik kembali ke kelompok belajarnya, dengan membawa keahliannya.
Pada intinya Strategi Kooperatif Jigsaw adalah penerapan kerjasama kelompok peserta didik di dalam kelompok-kelompok dengan tingkat kemampuan heterogen dan masing-masing peserta didik bertanggung jawab atas satu posri bahan.14
1. Langkah-langkah Strategi Kooperatif Jigsaw
a. Guru membagi suatu kelas menjadi bebrapa kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan bagian materi peserta didik yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalm tipe Jigsaw ini, setiap peserta didik diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua peserta didik dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group). Dalam kelompok ahli, peserta didik mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
b. Setelah peserta didik berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk mneyajikan hasil diskusi kelompk yang telah dilakukan agar pembelajar dapat menyamankan presepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
c. Pembelajaran memberikan kuis untuk peserta didik secara individual.
14 Martinis yamin, 2013, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, Jakarta: Referensi (GP Group), hal. 89-90.
22
d. Pembelajaran memberikan penghargaaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
e. Materi sebaaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigswa untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan satu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.15
J. Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung ini dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan meransang mereka berpikir.
Menurut Silberman (dalam Suryanti dkk, 2008: 35), strategi pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan peserta didik kepada materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan materi pelajaran apa pun. 16
1. Fase-fase Pembelajaran Langsung
a. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
1) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa-siswanya melalui rangkaian
15 Martinis yamin, 2013, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, Jakarta: Referensi (GP Group), hal. 94-95.
16 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, 2010, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, hal. 39.
23
rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu.
2) Menyiapkan siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan.
b. Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini adalah dengan mendemosntrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif, seperti berikut ini:
1) Menyampaikan Informasi dengan jelas
2) Melakukan Demonstrasi
c. Menyediakan Latiha Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terrbimbing”. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
d. Menganalisis Pemahaman dan memberikan umpan balik
Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik.guru dapat menggunakan cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa.
e. Memberikan kesempatan latihan mandiri.
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pembelajran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri,
24
merupakan kesmepatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. 17
K. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian,sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Tujuan utama pembelajaran menggunakan strategi inkuiri ini adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi ini menempatkan siswa sebagai objek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self ). Dengan
17 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, 2010, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, hal. 43-47.
25
demikian, strategi pembelajaran ini menempatkan guru bukan sebagai belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran ini siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.18
1. Langkah-langkah pembelajaran Inkuiri:
a. Orientasi
Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Menjelaskan topik atau materi yang akan di bahas, dan tujuan yang akan di capai.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki tersebut.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan
18 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 196-197
26
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguju Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran.
L. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Pada awalnya strategi pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu alam (natural science). Namun demikian, para ahli pendidikan ilmu sosial mengadopsi strategi inkuiri yang kemudian dinamakan inkuiri sosial. Hal ini didasarkan pada asumsi pentingnya pembelajaran IPS pada masyarakat yang semakin cepat berubah, seperti yang dikemukakan Robert A. Wilkins yang menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berpikir. Terjadinya ledakan pengetahuan, menurutnya, menuntut perubahan pola mengajar dari yang hanya sekedar mengingat fakta yang biasa dilakukan melalui strategi pembelajaran dengan metode latihan (drill) dalam pola tradisional menjadi pengembangan berpikir kritis (critical thingking). Strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir adalah strategi inkuiri sosial.
Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa. Bruce Joyce dan Marsha Weil menjelaskan: “lebih dari satu abad istilah inkuiri mengandung makna
27
sebagai salah satu usaha ke arah pembaruan pendidikan. Namun demikian, istilah inkuiri sering digunakan dalam bermacam-macam arti. Ada yang menggunakannya berhubungan dengan strategi mengajar yang berpusat pada siswa, ada juga yang menghubungkan istilah inkuiri dengan mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan dan merefleksikan sifat-sifat kehidupan sosial, terutama untuk melatih siswa agar hidup mandiri dalam masyarakatnya.
Ada tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial. Pertama, adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri. Ketiga, penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis.
Dari karakteristik inkuiri seperti yang telah diuraikan di atas, maka tampak inkuiri sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan inkuiri pada umumnya. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji adalah masalah-masalah sosial atau masalah kehidupan masyarakat.19
M. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari SPBM. Pertama, SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa adanya masalah maka tidak mungkin ada proses
19 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 202-206
28
pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lainnya misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.20
1. Tahapan-tahapan SPBM:
a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah (kesimpulan), yaitu langakh siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.21
20 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 214-215
21 Ibid, hal. 217
29
N. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching and Learnin (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari konsep tersebut, ada 3 hal yang harus kita pahami. Petama, CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar, di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.22
1. Asas-Asas CTL
a. Kontruktivisme, yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
22 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 255-256
30
b. Inkuiri, yaitu proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
c. Bertanya (Questioning), yaitu bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
d. Masyarakat belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar ini sangat disarankan dalam pembelajaran CTL, karena suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain.
e. Pemodelan (Modelling), yaitu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
f. Refleksi (Reflection), yaitu proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
g. Penilaian nyata (Authentic Assessment), yaitu proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.23
O. Strategi Penilaian Sederhana (Pertanyaan yang dimiliki Siswa)
Strategi ini merupakan cara yang tidak membuat siswa takut mempelajari apa yang mereka butuhkan dan harapkan. Cara ini memanfaatkan teknik yang mengundang partisispasi melalui penulisan, bukannya pembicaraan.
1. Prosedur
23 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 262-269
31
a. Berikan kartu indeks kosong kepada tiap siswa.
b. Perintahkan tiap siswa untuk menuliskan pertanaan yang mereka miliki tentang materi palajaran atau sifat dari pelajaran yang mereka ikuti (nama tidak perlu dicantumkan). Sebagai contoh, seorang siswa dapat bertanya: “Bagaimana runtuhnya kerajaan Majapahit?.
c. Bagikan kartu tersebut ke seluruh kelompok searah jarum jam. Ketika masing-masing kartu dibagikan kepada siswa berikutnya, dia harus membacanya dan memberi tanda centang pada kartu itu jika berisi pertanyaan yang merupakan persoalan yang dihadapi siswa yang membacanya.
d. Ketika semua kartu siswa kembali kepada pemiliknya, tiap siswa harus meninjau semua “pertanyaan” kelompok. Sampai disini, kenali pertanyaan yang menerima banyak suara (tanda centang). Berikan jawaban kepada masing-masing pertanyaan ini dengan (a) memberikan jawaban yang langsung dan singkat; (b) menunda pertanyaan hingga waktu yang lebih tepat; atau (c) mengemukakan bahwa untuk saat ini anda belum mampu menjawab pertanyaan atau persoalan ini (janjikan jawaban secara pribadi, jika memungkinkan).
e. Perintahkan siswa untuk berbagi pertanyaan mereka secara sukarela, seklaipun pertanyaan mereka itu tidak mendapatkan suara (tanda centang) paling banyak.
f. Kumpulkan semua kartu. Kartu-kartu itu mungkin berisi pertanyaan yang dapat anda jawab pada pelajaran atau pertemuan mendatang.
2. Variasi
a. Jika kelas terlalu besar hingga waktunya tidak cukup untuk membagikan kartu ke seluruh kelompok, bagilah kelas menjadi sub-sub kelompok dan ikuti instruksi yang sama.
32
Atau, kumpulkan saja kartu-kartu tersebut tanpa mengharuskan mereka mengedarkannya ke seluruh kelas dan merespon pada satu sampel pertanyaan.
b. Sebagai alternatif dari pengajuan pertanyaan pada kartu indeks, perintahkan siswa untuk menuliskan harapan dan/atau keprihatinan mereka tentang mata pelajaran ini, topik yang mereka harapkan akan dibahas oleh anda, atau aturan dasar untuk partisispasi kelas yang mesti mereka patuhi.24
24 Dr. Melvin L. Silberman, 2016, Active Learning 101 cara belajar siswa aktif, (Bandung: Penerbit Nuansa), hal. 91-92.
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. strategi pembelajaran adalah berkenaan dengan pendekatan pembelajaran sebagai suatu cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Prinsip-prinsip strategi pembelajaran. Prinsip umum strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua kondisi pembelajaran. Prinsip-prinsip umum strategi pembelajaran sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Tujuan
2. Individualitas
3. Aktivitas
4. Integritas
3. Strategi pembelajaran ips (Strategi urutan penyampaian suksesif, Strategi penyampaian fakta, Strategi penyampaian konsep, Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, Strategi penyampaian prosedur, Strategi mengajarkan/menyampaikan materi aspek sikap (afektif))
4. Strategi pembelajaran siklus (learning cycle). Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang mengalami perkembangan dari 3 menjadi 5.
5. Karyawisata (study tour/wisata lapangan). karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kulikuler di sekolah. Proses pembelajaran melalui karyawisata adalah proses pembelajaran dengan membawa siswa mempelajari bahan-bahan (sumber-sumbersumber) belajar di luar kelas.
6. Strategi pembelajaran menyenangkan. strategi pembelajaran menyenangkan adalah strategi yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menerapkan kurikulum, menyampaikan materi, memudahkan proses belajar.
34
7. Strategi pembelajaran cooperatif learning. Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
8. Startegi pakem. Pembelajaran PAKEM merupakan suatu strategi yang menuntut guru dan siswa dapat Aktif, kreatif dalam suatu pembelajaran. Menggunakan suatu pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan.
9. Strategi pembelajaran kooperatif jigsaw. Jigsaw merupakan suatu struktur kooperatif yang setiap anggota kelompoknya bertanggungjawab untuk mempelajari anggota-anggota lain tentang salah satu bagian materi.
10. Strategi pembelajaran langsung. Strategi pembelajaran langsung ini dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan meransang mereka berpikir.
11. Strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Strategi pembelajaran inkuiri sosial. Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa.
12. Strategi pembelajaran berbasis masalah. SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
13. Strategi pembelajaran kontekstual (CTL). Contextual Teaching and Learnin (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
14. Strategi Penilaian Sederhana (Pertanyaan yang dimiliki siswa). Strategi ini merupakan cara yang tidak membuat siswa takut mempelajari apa yang
35
mereka butuhkan dan harapkan. Cara ini memanfaatkan teknik yang mengundang partisispasi melalui penulisan, bukannya pembicaraan. B. Saran
Bagi seorang guru atau calon guru sngatlah penting mengerti dan memahami tentang strategi pembelajaran, khususnya strategi pembelajaran IPS. Dimana sebelum memberikan sebuah materi atau pembelajaran diharapkan sorang guru mampu dan mengerti tentang pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dan mendukung terhadap tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang ada.
Dengan adanya makalah ini, kelompok kami berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk kalangan masyarakat. Kami selaku pihak penyusun juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini demi kesempurnaan tugas kami pada waktu yang akan datang.
36
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya
Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta:Bumi Aksara
Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta:Prestasi Pustaka
L. Silberman, Melvin. 2016, Active Learning 101 cara belajar siswa aktif, Bandung: Penerbit NuansaS anjaya,
Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara
Singingi, http://sd012singingi.blogspot.co.id/2009/11/langkah-langkah-pakem.html?m=1 , (online) 26 Maret 2018
Suryani, Nunuk. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:Bumi Aksara
Wena, Made. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:Bumi Aksara
Wina. 2011. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metodr dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press Group).
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah:
PEMBELAJARAN IPS
Dosen Pengampu :
Drs. Nadlir, M. Pd. I
Disusun Oleh:
1. Rizka Ani Puspita (D97216076)
2. Uci Nurhayati (D97216088)
3. Yusril Lukluatul Mas’ulah (D97216093)
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmat-Nya lah kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni berupa ajaran agama Islam.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPS semester empat tahun ajaran 2018. Adapun topik yang dibahas di dalam makalah ini adalah “Memahami Strategi Pembelajaran IPS”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Nadlir, M. Pd. I selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran IPS.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Kiranya harapan kami makalah ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita semua.
Surabaya, 31 Maret 2018
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN ................................... 4
B. PRINSIP-PRINSIP STRATEGI PEMBELAJARAN ............................ 5
C. STRATEGI PEMBELAJARAN IPS ...................................................... 6
D. STRATEGI PEMBELAJARAN SIKLUS (LEARNING CYCLE) ....... 9
E. KARYAWISATA (STUDY TOUR/WISATA LAPANGAN) .............. 12
F. STRATEGI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN ......................... 16
G. STRATEGI PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING ................ 17
H. STARTEGI PAKEM .............................................................................. 19
I. STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW ................... 20
J. STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG ...................................... 22
K. STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI ............................................ 23
L. STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL ............................. 26
M. STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH .................... 27
N. STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) ................... 29
O. STRATEGI PENILAIAN SEDERHANA ............................................. 30
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 33
B. SARAN .................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik. Ada 3 tujuan membelajarkan IPS kepada siswa, yaitu agar setiap peserta didik menjadi warga negara yang baik, melatih peserta didik berkemampuan untuk berpikir matang dalam menghadapi dan memecahkan masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya.
Pada jenjang SD, pencapaian tujuan yang demikian itu bukan merupakan pekerjaan yang mudah, karena (1) saat ini mata pelajaran IPS menjadi pelajaran yang dianggap kurang penting dibandingkan dengan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya, seperti Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA yang ditujunjukkan melalui kenyataan bahwa IPS tidak lagi menjadi mata pelajaran yang diujikan secara nasional, (2) IPS juga diasumsikan oleh masyarakat dan kalangan guru sendiri sebagai pelajaran yang kurang menarik karena hanya bersifat hafalan, kurang menantang untuk berpikir, sarat dengan kumpulan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan, dan (3) Kesulitan yang lain ialah soal pendekatan, apakah sejarah dipandang ilmu ataukah sastra (Kuntowijoyo, 2013).
Kondisi pembelajaran IPS dewasa ini khususnya pada jenjang sekolah dasar, menunjukkan indikasi bahwa pola pembelajaran yang dikembangkan oleh guru cenderung bersifat guru sentris, sehingga peserta didik hanya menjadi obyek pembelajaran. Model pembelajaran yang demikian, lebih cenderung berangkat dari asumsi dasar bahwa pembelajaran IPS hanya dimaksudkan untuk mentransfer pengetahuan atau konsep dari kepala guru ke kepala siswa. Akibatnya, mungkin guru telah merasa membelajarkan namun siswa belum belajar.
2
Menurut Brown (2009:9) memperjelas konsep pembelajaran dengan menambahkan kata kunci yang harus diperhatikan, yaitu pembelajaran menyangkut hal praktis, pembelajaran adalah penyampaian informasi, pembelajaran adalah memerlukan keaktifan dan kesadaran, pembelajaran relatif permanen, dan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku.
Selain pendekatan yang harus diberikan kepada siswa dalam pembelajaran yang tak kalah pentingnya adalah strategi pembelajaran. Dapat dikemukakan bahwa dalam mengajar seorang dapat saja memilih lebih dari satu strategi mengajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa pengertian strategi pembelajaran?
2. Apa saja prinsip-prinsip strategi pembelajaran?
3. Apa strategi pembelajaran IPS?
4. Apa strategi pembelajaran siklus (Learning Cycle)?
5. Apa strategi pembelajaran karyawisata (widyawisata//study tour/wisata lapangan)?
6. Apa strategi pembelajaran menyenangkan?
7. Apa strategi pembelajaran Cooperatif Learning?
8. Apa strategi pembelajaran PAKEM?
9. Apa strategi pembelajaran Kooperatif Jigsaw?
10. Apa strategi pembelajaran langsung?
11. Apa strategi pembelajaran inkuiri?
12. Apa strategi pembelajaran inkuiri sosial?
13. Apa strategi pembelajaran berbasis masalah?
14. Apa strategi pembelajaran kontekstual (CTL)?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip strategi pembelajaran
3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran IPS
3
4. Untuk mengetahui strategi pembelajaran siklus (Learning Cycle)
5. Untuk mengetahui strategi pembelajaran karyawisata (widyawisata//study tour/wisata lapangan)
6. Untuk mengetahui strategi pembelajaran menyenangkan
7. Untuk mengetahui strategi pembelajaran Cooperatif Learning
8. Untuk mengetahui strategi pembelajaran PAKEM
9. Untuk mengetahui strategi pembelajaran Kooperatif Jigsaw
10. Untuk mengetahui strategi pembelajaran langsung
11. Untuk mengetahui strategi pembelajaran inkuiri
12. Untuk mengetahui strategi pembelajaran inkuiri sosial
13. Untuk mengetahui strategi pembelajaran berbasis masalah
14. Untuk mengetahui strategi pembelajaran kontekstual (CTL)
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran. Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti “jenderal” atau “panglima”, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejendralan atau ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang. Pengertian strategi tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan, yang dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien (Gulo, 2002).
Definisi yang lebih komperhensif mengenai strategi pembelajaran daripada yang disebutkan diatas adalah definisi yang dikemukakan oleh Dick dan Carey (1990). Mereka menjelaskan bahwa strategi pemeblajaran terdiri dari seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.1
Pendapat yang lebih spesifik tentang strategi pembelajaran dinyatakan oleh Romiszowski (1981) yang menyatakn bahwa strategi adalah sebagai titik pandang dan arah berbuat yang diambil dalam rangka memilih metode pembelajaran yang tepat, yang selanjutnya mengarah pada yang lebih khusus, yaitu rencana, taktik, dan latihan. Seiring dengan pendapat di atas Reigeluth (1983), juga menyatakan konsep yang tidak jauh berbeda, bahwa strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dengan demikian, strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran.
1 Suyadi, 2013, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 13-14.
5
Ada bebrapa strategi yang dapat digunakan guru untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif. Reigeluth (1983) membagi strategi pembelajaran menjadi 3 aspek, yaitu (1) strategi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan. Strategi pengorganisasian merujuk pada bagaimana pembelajaran itu diberikan dan bahan ajar disajikan. Metode penyampaian berhubungan dengan media pengajaran dan bagaimana siswa dapat mengerti dengan media yang digunqakan. Strategi pengelolaan meliputi penjadwalan dan pengalokasian pengajaran yang diorganisasikan.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan (Djamarah dan Zain: 2010). Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dengan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran adalah berkenaan dengan pendekatan pembelajaran sebagai suatu cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi perkuliahan dan mahasiswa, metode dan teknik pembelajaran, dan media pembelajaran yaitu berupa peralatan dan bahan pelajaran, serta waktu yang dihgunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditentukan.2 Strategi pembelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematis, pola-pola umum kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.3
2 Martinis Yamin, 2013, Strategi dan Metodr dalam Model Pembelajaran, Jakarta: Referensi (GP Press Group), hal. 7.
3 Nunuk Suryani. Strategi Belajar Mengajar. (Yogyakarta: Ombak, 2012), hal. 1-3
6
B. Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran
Prinsip-prinsip strategi pembelajaran yang dimaksud adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua kondisi pembelajaran. Prinsip-prinsip umum strategi pembelajaran sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Tujuan
Dalam strategi pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan sikap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang kita inginkan adalah perubahan perilaku setiap siswa.
3. Aktivitas
Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Demikian juga sasaran belajar yakni tidak hanya aspek kognitif saja, melainkan juga aspek afektif dan psikomotorik.
4. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek kognitif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus
7
dapat mengembangkan seluruh aspek kehidupan siswa secara terintegrasi.4
C. Strategi Pembelajaran Ips
1. Strategi urutan penyampaian suksesif
Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih dari satu, maka menurut strategi urutan penyampaikan suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalan baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. Contoh yang sama, misalnya guru akan mengajarkan materi nasionalisme. Pertama-tama guru menyajikan pengertian nasionalisme. Setelah pengertian disajikan, maka makna mendalam, baru kemudian menyajikan contoh-contoh perilaku yang bersifat cerminan nasionalisme.
2. Strategi penyampaian fakta
Jika guru harus menyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dan sebagainya) strategi yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar. Kemudian berikan bantuan kepada siswa untuk menghafal. Bantuan diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna, menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai, dan asosiasi berpasangan. Contoh: dengan menggunakan jembatan keledai (mnemonics), yaitu LEMHANNAS dan IPOLEKSOSBUDHANKAMNAS.
3. Strategi penyampaian konsep
Materi pembelajaran jenis konsepadalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dan sebagainya.
4 Nunuk Suryani. Strategi Belajar Mengajar. (Yogyakarta: Ombak, 2012), hal. 9-10
8
Langkah-langkah mengajarkan konsep: (1) menyajikan konsep, (2) pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), (3) pemberihan latihan (excercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, (4) pemberian umpan balik, dan (5) pemberian tes.
Contoh:
Penyajian konsep budaya
Langkah 1: penyajian konsep
Langkah 2: pemberian bantuan
Pertama siswa dibantu untuk menghafal konsep dengan kalimat sendiri, tidak harus hafal verbal terhadap konsep yang dipelajari (dalam hal ini pasal tentang keterwakilan politik perempuan).
Langkah 3: umpan balik
Berikan umpan balik atau informasi apakah siswa benar atau salah dalam memberikan contoh. Jika benar memberikan konfirmasi, jika salah berikan koreksi atau pembetulan.
Langkah 4: tes
Berikan tes untuk menilai apakah siswa benar-benar telah paham terhadap materi pelestarian budaya daerah. Soal tes hendaknya berbeda dengan contoh kasus yang telah diberikan pada saat penyampaian konsep dan soal latihan untuk menghindari siswa hanya hafal, tetapi tidak paham.
4. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip
Yang termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, dan teori.
Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaranjenis prinsip adalah: (a) sajikan prispip hasil penelusuran di perpustakaan lewat penguasaan, (b) berikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip dalam kehidupan sehari-hari, (c) berikan soal-soal latihan, (d) berikan umpan balik, dan (e) berikan tes atau penilaian praktek.
5. Strategi penyampaian prosedur
9
Tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktikkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah dalam mengerjakan suatu tugas secara urut. Misalnya langkah-langkah mencoblosan tanda gambar dalam pemilu presiden langsung 5 juli 2004.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur meliputi:
a) Menyajikan prosedur.
b) Pemberian bantuan dengan jalan mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur.
c) Memberikan latihan (praktik)
d) Memberikan umpan balik.
e) Memberikan tes.
6. Strategi mengajarkan/menyampaikan materi aspek sikap (afektif)
Termasuk materi pembelajaran aspek sikap(afektif) adalah pemberian respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian.
Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain: penciptaan kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran atau dogma.
Contoh:
Penciptaan kondisi.
Agar memiliki sikap disiplin dalam berlalu lintas, di jalan buat rambu-rambu lalu lintas. Pemodelan atau contoh: disajikan contoh atau model seseorang, baik nyata ataupun fiktif yang perilakunya diidolakan oleh siswa. Misalnya tokoh agama atau tokoh nasional yang menjadi idola anak.5
D. Strategi pembelajaran siklus (Learning Cycle)
Pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran siklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Improvement Study/
5 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta:Bumi Aksara, 2012) hal.184
10
SCIS (Trowbridge & bybee, 1996). Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:
1. Eksplorasi (exploration),
2. Pengenalan konsep (concept introduction), dan
3. Penerapan konsep (concept aplication).
Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap (Lorbach, 2002) yang terdiri atas tahap (a) pembangkitan minat (engagement), (b) eksplorasi (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration), dan (e) evaluasi (evaluation).
1. Tahap Pembelajaran
a. Pembangkitan minat (engagement)
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar Pada tahp ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa akan memberikan respons/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada/tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
b. Eksplorasi (exploration)
Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis baru,
11
mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.
c. Penjelasan (explanation)
Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai bahan diskusi.
d. Elaborasi (elaboration)
Elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
e. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan metode siklus belajar yang sedang
12
diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan tahapan dalam strategi pembelajaran bersiklus seperti yang telah dipaparkan, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Perbedaan mendasar antara model pembelajaran siklus belajar dengan pembelajaran konvensional adalah guru lebih banyak bertanya daripada memberi tahu. Misalnya, pada waktu akan melakukan eksperimen terhadap suatu permasalahan, guru tidak memberi petunjuk langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, tetapi guru mengajukan pertanyaan penuntun tentang apa yang akan dilakukan siswa, apa alasan siswa merencanakan atau memutuskan perlakuan yang demikian. Dengan demikian, kemampuan analisis, evaluatif, dan argumentatif siswa dapat berkembang dan meningkat secara signifikan.6
E. Karyawisata (Widyawisata/Study Tour/Wisata Lapangan)
1. Pengertian dan tujuan karyawisata
Apabila ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret dari sekedar apa yang telah diberikan di kelas dan memang tidak memungkinkan terjadi di kelas, maka dapat diperoleh pengalaman-pengalaman langsung dan yang riil dengan jalan kunjungan-kunjungan khusus ke tempat-tempat tertentu. Tempat-tempat tersebut misalnyalingkungan (fasilitas) sekolah maupun lingkungan yang jauh sebagai metode karyawisata. Dalam pengertian pendidikan, menurut Sudjana dan Rivai, karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelas
6 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta:Bumi Aksara, 2013) hal.170
13
untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kulikuler di sekolah.
Proses pembelajaran melalui karyawisata adalah proses pembelajaran dengan membawa siswa mempelajari bahan-bahan (sumber-sumbersumber) belajar di luar kelas.
Dengan maksud agar siswa lebih memahami serta memiliki wawasan yang luas tentang bahan ajar yang telah dipelajarinya di dalam kelas. Atau, dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa karyawisata adalah suatu upaya untuk meningkatkan diri siswa dengan kehidupan nyata (real life) yng menjadi sumber belajar bagi siswa. Banyak istilah yang digunakan, tetapi maksudnya sama dengan karyawisata, seperti widyawisata, study tour, dan lain sebagainya.
Menurut Santyasa, widyawisata adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan melalui kenjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai bahan integral dari seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Menurut Supriatna dan rekan-rekannya, tujuan metode karya wisata adalah:
a. Agar siswa dapat membandingkan apa yang mereka pelajari di dalam kelas secara teoritis dengan keadaan nyata di lapangan atau membandingkan antara teori dan praktik penggunaannya.
b. Untuk menghilangkan kejenuhan siswa belajar.
c. Sebagai rekreasi stabil belajar.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan belajar melalui karyawisata /widyawisata adalah:
a. Siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna.
b. Membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki dan mempelajari sesuatu.
14
c. Memperkaya dan meyempurnakan pengetahuan yang diperoleh siswa di dalam kelas.
d. Mendorong belajar dengan pengamatan sendiri.
e. Memberikan pemahaman terhadap lingkungan sekitar.
f. Melatih seni hidup bersama dan tanggung jawab bersama.
g. Menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru dan siswa, mengintegrasikan pengajaran di kelas dengan kehidupan nyata.
h. Memberikan motivasi untuk penelitian dan penemuan baru.
i. Memupuk rasa cinta terhadap alam sekitarnya.
Kekurangan metode karyawisata yang perlu diperhatikan agar dapat diantisipasi oleh guru ialah:
A. Memlihara persiapan yang relatif lama dan cukup matang.
B. Memerlukan sarana dan biaya yang relatif tinggi.
C. Persiapan yang kurang matang dapat mengganggu tujuan.
D. Memiliki risiko yang cukup tinggi.
2. Prosedur/langkah-langkah pelaksanaan karyawisata
Karyawisata sebaiknya dilakukan di akhir semester dan dikaitkan dengan keperluan pembelajaran dari berbagai bidang studi secara bersama-sama dan dibimbing oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Manakala guru menggunakan karyawisata dalam proses pembelajaran di lapangan maka, dalam pelaksanaannya dapat mengikuti langkah-langkah seperti dijelaskan di bawah ini.
a. Perencanaan
D. Rumuskan tujuan karyawisata yang akndilakukan secara spesifik. Tujuan karyawisata tidak terlepas dari tujuan pembelajaran.
E. Menetapkan objek sesuai dengan tujuan karyawisata. Karyawisata bukan hanya sekedar rekreasi, akan tetapi merupakan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebelum siswa menggunakan objek sebagi tempat belajar
15
melalui karyawisata, sebaiknya dilakukan penjajakan atau observasi pendahuluan terlebih dahulu.
F. Manakala tempat karyawisata cukup jauh dari lokasi sekolah sebaiknya dibentuk organisasi kepanitiaan. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan karyawisata berjalan lancar.
G. Buatlah petunjuk teknis dan atau lembaran kegiatan yang harus dikerjakan siswa selama karyawisata. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari karyawisata hanya sekedar rekreasi.
b. Pelaksanaan
H. Pada waktu pelaksanaan karyawisata, perhatikan semua kegiatan yang dilakukan siswa baik kegiatan pada kelompok maupun kegiatan individual. Sekalipun unsur rekreasi dalam karyawisata penting, akan tetapi janganlah dijadikan sebagai prioritas utama.
I. Apabila menemui masalah atau hambatan, segeralah dicari jalan keluar dengan merundingkannya baik panitia maupun dengan peserta.
J. Kontrol siswa dalam mengerjakan tugas yang lain. Sempatkan waktu untuk mendiskusikan penemuan-penemuan yang menarik dengan siswa. Berikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk memaparkan hasil atau fenomena yang terjadi.
c. Tindak lanjut
K. Mintalah laporan karyawisata baik laporan kelompok atau laporan individual.
L. Laporan sangat penting sebagai bahan informasi untuk menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Berdasarkan hasil laporan bisa dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya misalnya dengan demonstrasi.
M. Berilah nilai, baik penilaian bersifat umum ataupun penilaian khusus.
16
N. Penilaian umum adalah penilaian yang diberikan pada proses yang bersifat normatif, sedangkan penilaian khusus adalah penilaian kepada setiap siswa sehubungan dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
O. Apabila dipandang perlu, guru bisa memberikan tugas-tugas lanjutan, misalnya membuat artikel atau mengarang yang berhubungan dengan perjalanan karyawisata.
Dalam karyawisata tentunya perlu persiapan yang matang demi menghindari risiko yang terjadi. Kemudian setelah pelaksanaan harus diadakan tindak lanjut (follow up). Kegiatan tindak lanjut dilakukan di sekolah bisa berupa diskusi, pemaparan hasil, laporan karyawisata, maupun penilaian hasil kunjungan.7
F. Strategi Pembelajaran Menyenangkan
Bobbi DePorter menyatakan bahwa strategi pembelajaran menyenangkan adalah strategi yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menerapkan kurikulum, menyampaikan materi, memudahkan proses belajar.
DePorter, Reardon, dan singer menggambarkan strategi pembelajaran menyenangkan dengan menata suasana kelas sebagai berikut: (1) menata lingkungan kelas, agar dapat dengan baik memengaruhi kemampuan siswa untuk terfokus dan menyerap informasi, (2) meningkatkan pemahaman melalui gambar seperti poster ikon akan menampilkan isi pelajaran secara visual, sementara poster afirmasi yang lucu dan mengandung humor akan menguatkan dialog internal siswa, (3) alat bantu belajar dalam berbagai bentuk seperti kartun dan karikatur dapat menghidupkan gagasan abstrak dan mengikutsertakan pelajar kinestetik, (4)
7 Husamah, Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2013) hal.53
17
pengaturan bangku mendukung hasil belajar, (5) musik membuka kunci keadaan belajar optimal dan membantu menciptakan asosiasi, (6) gaya lain dapat digunakan pada saat jeda, membuat kuis, pertanyaan lucu, humor, penjelasan tentang transisi menggunakan berbagai sumber.8
G. Strategi Pembelajaran Cooperatif Learning
Cooperative mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan, 1996). Slavin (1984) mengatakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya, dikatakan pula keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Pada dasarnya Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. 9
1. Langkah-langkah dalam pembelajaran Cooperative Learning
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan seorang pendidik (guru) untuk melaksanakan strategi pembelajaran Cooperative:10
8 Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor (Jakarta:Bumi Aksara, 2011) hal.17&21
9 Etin Solihatin & Raharjo, 2007, Cooperative Learning Analisis Model Pemeblajaran IPS, Jakarta: PT Bumi Aksara, hal. 4
10 Suyadi, 2013, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 70-71.
18
Tahapan Cooperative Learning Tindakan Guru Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi peserta dan motivasi peserta didik Pendidik (guru) menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi peserta didik
Tahap 2
Menyajikan informasi
Pendidik (guru) menyajikan informasi kepada peserta didik dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan Tahap 3 Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar Pendidik (guru) menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Tahap 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Pendidik (guru) membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Tahap 5 Evaluasi Pendidik (guru) mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Tahap 6
Memberikan Penghargaan
Pendidik (guru) mencari cara-cara untuk menghargai – baik upaya maupun hasil belajar – individu atau kelompok peserta didik
19
H. Pengertian Startegi PAKEM
PAKEM yaitu kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (Jamal Ma’mur Asmani, 2011). Istilah “Aktif” dalam PAKEM dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga peserta didik aktif bertanya maupun mengemukakan pendapat; “Kreatif” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang beragam, sehingga peserta didik tidak merasa jenuh, namun penuh variiasi, informasi baru, dan suasana belajar yang segar. “Efektif” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga pembelajaran berjalan secara maksimal dengan memanfaatkan sumber belajar yang minimal. “Menyenangkan” dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga peserta didik senang mengikuti pelajarannya, termasuk senang pada gurunya.11
Dalam perkembangannya, PAKEM banyak dimodifikasi para akademisi ,aupun praktisi pendidikan dengan beragam nama. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
2. PAIKEMI: Pembelajaran Aaktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Islami.
3. PAIKEM GEMBROT: Pembelajaran Aktif, Inovatif. Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira, dan Berbobot.12
a. Langkah-langkah Pembelajaran Strategi PAKEM
1) Review
Guru dan siswa meninjau ulang pelajaran yang lampau.
2) Pengembangan
11 Suyadi, 2013, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 161-162.
12 Ibid, hal. 162.
20
Guru senantiasa menyajikan ide baru dan baru dan perluasan konsep.
3) Latihan terkontrol
Guru memeriksa kemungkinan terjadinya miskonsepsi. Dianjurkan dengan kerja kelompok.
4) Seat Work
Siswa bekerja mandiri atau dalam kelompok dengan perluasan konsep.
5) Laporan siswa perorangan atau kelompok
Hasil kerja individu atau kelompok dialporkan sebagai penilaian jika perlu ada perbaikan.
6) Pendalaman materi
Peserta didik diajak bermain dengan tujuan untuk memperdalam materi.
7) Pajangan hasil karya
Hasil karya dipajangkan berfungsi sebagai apresiasi karya dan perpustakaan kelas/sudut baca.
8) Pemberian PR untuk tindak lanjut13
I. Strategi Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Jigsaw merupakan suatu struktur kooperatif yang setiap anggota kelompoknya bertanggungjawab untuk mempelajari anggota-anggota lain tentang salah satu bagian materi. Dalam penerapan jigsaw, setiap anggota kelompok diberi bagian materi yang harus dipelajari oleh seluruh kelompok dan menjadi “pakar” di bagiannya. Peserta didik harus saling mengajari, jadi konstribusinya setiap orang penting. Versi yang lebih baru, Jigsaw II, menambahkan expert group (kelompok ahli) yang para peserta didiknya memiliki materi sama dari setiap kelompoknya dan setelah itu merencanakan cara untuk mengajarkan informasi itu kepada para anggota
13 http://sd012singingi.blogspot.co.id/2009/11/langkah-langkah-pakem.html?m=1 , (online) 26 Maret 2018
21
kelompoknya. Setelah itu, para peserta didik kembali ke kelompok belajarnya, dengan membawa keahliannya.
Pada intinya Strategi Kooperatif Jigsaw adalah penerapan kerjasama kelompok peserta didik di dalam kelompok-kelompok dengan tingkat kemampuan heterogen dan masing-masing peserta didik bertanggung jawab atas satu posri bahan.14
1. Langkah-langkah Strategi Kooperatif Jigsaw
a. Guru membagi suatu kelas menjadi bebrapa kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan bagian materi peserta didik yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalm tipe Jigsaw ini, setiap peserta didik diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua peserta didik dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group). Dalam kelompok ahli, peserta didik mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
b. Setelah peserta didik berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk mneyajikan hasil diskusi kelompk yang telah dilakukan agar pembelajar dapat menyamankan presepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
c. Pembelajaran memberikan kuis untuk peserta didik secara individual.
14 Martinis yamin, 2013, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, Jakarta: Referensi (GP Group), hal. 89-90.
22
d. Pembelajaran memberikan penghargaaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
e. Materi sebaaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigswa untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan satu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.15
J. Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung ini dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan meransang mereka berpikir.
Menurut Silberman (dalam Suryanti dkk, 2008: 35), strategi pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan peserta didik kepada materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan materi pelajaran apa pun. 16
1. Fase-fase Pembelajaran Langsung
a. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
1) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa-siswanya melalui rangkaian
15 Martinis yamin, 2013, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, Jakarta: Referensi (GP Group), hal. 94-95.
16 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, 2010, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, hal. 39.
23
rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu.
2) Menyiapkan siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan.
b. Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini adalah dengan mendemosntrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif, seperti berikut ini:
1) Menyampaikan Informasi dengan jelas
2) Melakukan Demonstrasi
c. Menyediakan Latiha Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terrbimbing”. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
d. Menganalisis Pemahaman dan memberikan umpan balik
Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik.guru dapat menggunakan cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa.
e. Memberikan kesempatan latihan mandiri.
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pembelajran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri,
24
merupakan kesmepatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. 17
K. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian,sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Tujuan utama pembelajaran menggunakan strategi inkuiri ini adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi ini menempatkan siswa sebagai objek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self ). Dengan
17 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, 2010, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, hal. 43-47.
25
demikian, strategi pembelajaran ini menempatkan guru bukan sebagai belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran ini siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.18
1. Langkah-langkah pembelajaran Inkuiri:
a. Orientasi
Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Menjelaskan topik atau materi yang akan di bahas, dan tujuan yang akan di capai.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki tersebut.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan
18 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 196-197
26
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguju Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran.
L. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Pada awalnya strategi pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu alam (natural science). Namun demikian, para ahli pendidikan ilmu sosial mengadopsi strategi inkuiri yang kemudian dinamakan inkuiri sosial. Hal ini didasarkan pada asumsi pentingnya pembelajaran IPS pada masyarakat yang semakin cepat berubah, seperti yang dikemukakan Robert A. Wilkins yang menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berpikir. Terjadinya ledakan pengetahuan, menurutnya, menuntut perubahan pola mengajar dari yang hanya sekedar mengingat fakta yang biasa dilakukan melalui strategi pembelajaran dengan metode latihan (drill) dalam pola tradisional menjadi pengembangan berpikir kritis (critical thingking). Strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir adalah strategi inkuiri sosial.
Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa. Bruce Joyce dan Marsha Weil menjelaskan: “lebih dari satu abad istilah inkuiri mengandung makna
27
sebagai salah satu usaha ke arah pembaruan pendidikan. Namun demikian, istilah inkuiri sering digunakan dalam bermacam-macam arti. Ada yang menggunakannya berhubungan dengan strategi mengajar yang berpusat pada siswa, ada juga yang menghubungkan istilah inkuiri dengan mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan dan merefleksikan sifat-sifat kehidupan sosial, terutama untuk melatih siswa agar hidup mandiri dalam masyarakatnya.
Ada tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial. Pertama, adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri. Ketiga, penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis.
Dari karakteristik inkuiri seperti yang telah diuraikan di atas, maka tampak inkuiri sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan inkuiri pada umumnya. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji adalah masalah-masalah sosial atau masalah kehidupan masyarakat.19
M. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari SPBM. Pertama, SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa adanya masalah maka tidak mungkin ada proses
19 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 202-206
28
pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lainnya misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.20
1. Tahapan-tahapan SPBM:
a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah (kesimpulan), yaitu langakh siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.21
20 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 214-215
21 Ibid, hal. 217
29
N. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching and Learnin (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari konsep tersebut, ada 3 hal yang harus kita pahami. Petama, CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar, di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.22
1. Asas-Asas CTL
a. Kontruktivisme, yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
22 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 255-256
30
b. Inkuiri, yaitu proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
c. Bertanya (Questioning), yaitu bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
d. Masyarakat belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar ini sangat disarankan dalam pembelajaran CTL, karena suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain.
e. Pemodelan (Modelling), yaitu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
f. Refleksi (Reflection), yaitu proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
g. Penilaian nyata (Authentic Assessment), yaitu proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.23
O. Strategi Penilaian Sederhana (Pertanyaan yang dimiliki Siswa)
Strategi ini merupakan cara yang tidak membuat siswa takut mempelajari apa yang mereka butuhkan dan harapkan. Cara ini memanfaatkan teknik yang mengundang partisispasi melalui penulisan, bukannya pembicaraan.
1. Prosedur
23 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 262-269
31
a. Berikan kartu indeks kosong kepada tiap siswa.
b. Perintahkan tiap siswa untuk menuliskan pertanaan yang mereka miliki tentang materi palajaran atau sifat dari pelajaran yang mereka ikuti (nama tidak perlu dicantumkan). Sebagai contoh, seorang siswa dapat bertanya: “Bagaimana runtuhnya kerajaan Majapahit?.
c. Bagikan kartu tersebut ke seluruh kelompok searah jarum jam. Ketika masing-masing kartu dibagikan kepada siswa berikutnya, dia harus membacanya dan memberi tanda centang pada kartu itu jika berisi pertanyaan yang merupakan persoalan yang dihadapi siswa yang membacanya.
d. Ketika semua kartu siswa kembali kepada pemiliknya, tiap siswa harus meninjau semua “pertanyaan” kelompok. Sampai disini, kenali pertanyaan yang menerima banyak suara (tanda centang). Berikan jawaban kepada masing-masing pertanyaan ini dengan (a) memberikan jawaban yang langsung dan singkat; (b) menunda pertanyaan hingga waktu yang lebih tepat; atau (c) mengemukakan bahwa untuk saat ini anda belum mampu menjawab pertanyaan atau persoalan ini (janjikan jawaban secara pribadi, jika memungkinkan).
e. Perintahkan siswa untuk berbagi pertanyaan mereka secara sukarela, seklaipun pertanyaan mereka itu tidak mendapatkan suara (tanda centang) paling banyak.
f. Kumpulkan semua kartu. Kartu-kartu itu mungkin berisi pertanyaan yang dapat anda jawab pada pelajaran atau pertemuan mendatang.
2. Variasi
a. Jika kelas terlalu besar hingga waktunya tidak cukup untuk membagikan kartu ke seluruh kelompok, bagilah kelas menjadi sub-sub kelompok dan ikuti instruksi yang sama.
32
Atau, kumpulkan saja kartu-kartu tersebut tanpa mengharuskan mereka mengedarkannya ke seluruh kelas dan merespon pada satu sampel pertanyaan.
b. Sebagai alternatif dari pengajuan pertanyaan pada kartu indeks, perintahkan siswa untuk menuliskan harapan dan/atau keprihatinan mereka tentang mata pelajaran ini, topik yang mereka harapkan akan dibahas oleh anda, atau aturan dasar untuk partisispasi kelas yang mesti mereka patuhi.24
24 Dr. Melvin L. Silberman, 2016, Active Learning 101 cara belajar siswa aktif, (Bandung: Penerbit Nuansa), hal. 91-92.
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. strategi pembelajaran adalah berkenaan dengan pendekatan pembelajaran sebagai suatu cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Prinsip-prinsip strategi pembelajaran. Prinsip umum strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua kondisi pembelajaran. Prinsip-prinsip umum strategi pembelajaran sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Tujuan
2. Individualitas
3. Aktivitas
4. Integritas
3. Strategi pembelajaran ips (Strategi urutan penyampaian suksesif, Strategi penyampaian fakta, Strategi penyampaian konsep, Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, Strategi penyampaian prosedur, Strategi mengajarkan/menyampaikan materi aspek sikap (afektif))
4. Strategi pembelajaran siklus (learning cycle). Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang mengalami perkembangan dari 3 menjadi 5.
5. Karyawisata (study tour/wisata lapangan). karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kulikuler di sekolah. Proses pembelajaran melalui karyawisata adalah proses pembelajaran dengan membawa siswa mempelajari bahan-bahan (sumber-sumbersumber) belajar di luar kelas.
6. Strategi pembelajaran menyenangkan. strategi pembelajaran menyenangkan adalah strategi yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menerapkan kurikulum, menyampaikan materi, memudahkan proses belajar.
34
7. Strategi pembelajaran cooperatif learning. Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
8. Startegi pakem. Pembelajaran PAKEM merupakan suatu strategi yang menuntut guru dan siswa dapat Aktif, kreatif dalam suatu pembelajaran. Menggunakan suatu pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan.
9. Strategi pembelajaran kooperatif jigsaw. Jigsaw merupakan suatu struktur kooperatif yang setiap anggota kelompoknya bertanggungjawab untuk mempelajari anggota-anggota lain tentang salah satu bagian materi.
10. Strategi pembelajaran langsung. Strategi pembelajaran langsung ini dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan meransang mereka berpikir.
11. Strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Strategi pembelajaran inkuiri sosial. Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa.
12. Strategi pembelajaran berbasis masalah. SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
13. Strategi pembelajaran kontekstual (CTL). Contextual Teaching and Learnin (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
14. Strategi Penilaian Sederhana (Pertanyaan yang dimiliki siswa). Strategi ini merupakan cara yang tidak membuat siswa takut mempelajari apa yang
35
mereka butuhkan dan harapkan. Cara ini memanfaatkan teknik yang mengundang partisispasi melalui penulisan, bukannya pembicaraan. B. Saran
Bagi seorang guru atau calon guru sngatlah penting mengerti dan memahami tentang strategi pembelajaran, khususnya strategi pembelajaran IPS. Dimana sebelum memberikan sebuah materi atau pembelajaran diharapkan sorang guru mampu dan mengerti tentang pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dan mendukung terhadap tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang ada.
Dengan adanya makalah ini, kelompok kami berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk kalangan masyarakat. Kami selaku pihak penyusun juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini demi kesempurnaan tugas kami pada waktu yang akan datang.
36
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya
Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta:Bumi Aksara
Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta:Prestasi Pustaka
L. Silberman, Melvin. 2016, Active Learning 101 cara belajar siswa aktif, Bandung: Penerbit NuansaS anjaya,
Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara
Singingi, http://sd012singingi.blogspot.co.id/2009/11/langkah-langkah-pakem.html?m=1 , (online) 26 Maret 2018
Suryani, Nunuk. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:Bumi Aksara
Wena, Made. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:Bumi Aksara
Wina. 2011. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metodr dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press Group).
Komentar
Posting Komentar